webnovel

GARA-GARA CENDOL

Zidane dengan kaki kirinya menggiring bola, berlari dari sayap kiri lapang di kejar dengan sigap oleh Cafu tanpa memberi ruang gerak yang bebas pada lawannya. Zidane berhenti berlari dan meliukan badan nya serta mengoper bola ke arah Petit yang berdiri bebas di tengah lapang. Tanpa basa-basi Petit berlari dengan bebas karena pemain belakang dan tengah Brazil sedang dalam posisi menyerang. Serangan balik Perancis membuat pertahanan Brazil kocar-kacir. Sisa kiper seorang yang di hadapi Petit saat itu, Dia dengan rambut Blonde di kepang seperti ekor kuda berlari dengan cepat. Dengan penuh keyakinan Petit menendang Bola keras mendatar dan mengelabui Kiper Brazil, Gol buat Perancis. Kedudukan menjadi 3-0 buat kemenangan Perancis. Kemenangan Perancis di Final Piala Dunia atas Brazil bertepatan dengan kelahiran seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi pemuda penuh cerita.

Ayah Dito Bapak Zae penggemar musik, hampir semua genre musik beliau dengarkan dan Ibu Dito seorang wanita yang penuh kesabaran. Sangat berat bagi Dito lahir di dunia yang sudah mulai tua ini. Dito harus bersaing sejak masa sperma. Anda bisa bayangkan saya bersaing dengan ratusan juta saudara saya untuk bisa lahir dan menghirup udara kota Bandung. Perjuangan berat, tapi memang seperti itu kehidupan sekarang penuh target dan persaingan. Beruntungnya Dito memiliki Bapak yang tidak terlalu ikut campur dalam urusan anaknya. Beliau sangat percaya kepada keturunannya, Beliau yakin anak-anaknya bisa menyelesaikan masalah yang kelak akan mereka hadapi.

"To kumaha maneh we hirup mah rek kukumaha oge, ngan omat bapak mah nitip, ulah nepi ngerakeun kulawarga maneh. Eta hungkul" pesan Bapaknya yang tidak akan pernah Dito lupakan. Pernah pada waktu kelas dua SMP Dito bertugas memegang uang kas kelas. Seharusnya yang bertugas mengumpulkan dan menyimpan uang kas adalah Ketua murid. Pada saat Ibu Wali kelas menanyakan prihal uang kas kepada Ketua murid, uang nya tidak ada sepeser pun. Ketua murid yang laknat itu menghabiskan uang kas nya. Entah bagaimana solusinya, apa itu di ganti atau tidak Dito lupa lagi. Yang pasti Dito ingat adalah tugas pengumpulan uang kas menjadi pindah pada Dito, dengan alasan Dito duduk sebangku dengan si sialan Ketua murid. Dengan wajah menjengkelkan Ketua murid itu berkata pada Dito "Lebok ku sia!".

Akhirnya waktu berlalu, uang kas sudah terkumpul beberapa ribu. Hari begitu panas saat perjalan pulang sekolah. Di bawah pohon cengkeh yang teduh terlihat tukang cendol yang sungguh menggoda ( maaf takut salah arti, yang menggoda itu cendolnya bukan si mang cendolnya, anda mungkin bisa membayangkan rupa seorang tukang cendol seperti apa hehe ), sedangkan kondisi keuangan dalam saku hanya tersisa kertas contekan yang persentase kebenarannya kurang dari lima puluh persen. Hati bergejolak teringat uang kas tersimpan dalam tempat pensil bergambar Power Ranger. Apakah Power Ranger akan menyalamatkannya dari masalah di kemudian hari? ataukah mereka mengajak kepada suasana sejuk, manis dan nikmatnya cendol nangka di waktu siang yang panas ini. Kebimbangan dalam jiwa mulai mengarah kepada perut keroncongan. Pikiran tidak dapat berpikir dengan semestinya karena otak sudah bertugas serius saat ulangan tadi.

"Mang, cendol na hiji" tanpa pikir panjang Dito memesan cendol.

"Di bungkus ato rek di opi di dieu?" tanya si Mang cendol

"Di dieu we Mang, ameh jongjon." balas Dito.

Cendol pada saat itu memang terasa sungguh nikmat, manisnya gula di campur dengan buah nangka super wangi. Angin yang berhembus sepoi-sepoi dari bawah pohon cengkeh menambah kenikmatan segelas cendol nangka hasil uang kas teman sekelas.

"Segernya Jang? Balik sakola nginum cendol" dengan tertawa si Mang cendol bertanya.

"Asli Mang, amis tiis" jawab Dito dengan tertawa terbahak-bahak.

Tanpa beban terasa, Dito pun mengikuti jejak ketua murid itu. Menjadi seorang sialan yang memakai uang kas tanpa penyesalan atau takut. Lima ribu, sepuluh ribu uang kas saya gunakan untuk membeli makanan atau ngerental PS.

Beberapa minggu kemudian Ibu Wali kelas bertanya kepada Dito.

"Dito uang kas sudah ada berapa?"Tanya Wali kelas. "Me..menurut catatan ada tujuh puluh ribu Bu" dengan terbata-bata Dito menjawab pertanyaan wali kelas.

"Apa uang nya di bawa? Besok kita akan menjenguk Sri yang udah tiga hari sakit" kata Ibu Wali Kelas.

"Mmmm kebetulan tidak di bawa Bu, uang kas nya takut hilang jadi saya simpan di rumah" jawab Dito dengan penuh ketakutan.

"Sip! Besok bawa ya Dito jangan lupa, masih adakan uang nya?" tanya Ibu Wali kelas sambil menatap wajah Ketua murid dan wajah Dito.

"Baik Bu, besok Dito bawa uang kas nya". Jawab Dito singkat.

Next chapter