webnovel

Unexpected

"Oke" jawab Diana singkat, Bella tampak bersemangat, karena rame-rame seperti ini jadi tambah asik pastinya.

"Gue pesenin dulu ya, lo semua mau pesen apa?" tanya Bella

"Mending biar klop, samain aja deh semuanya, mie ayam" jelas Aldo seraya memainkan rambut jabriknya.

"Oke, minumnya?"

"Jus mangga" celetuk Sakti yang nampaknya sudah kelaparan. Oiya, for your information, Sakti ini paling jago makan.

"Jus yang manis aja, jambu" lawak Aldo yang sama sekali tak lucu.

"Jus alpukat" ucap Rayn tak lupa menyunggingkan senyuman mautnya.

"Diana, Kevin lo berdua mau minum apa?" tanya Bella karena hanya mereka berdua yang tersisa.

"Jus buah naga" jawab keduanya bersamaan. Seketika semua pandangan terarah kepada Diana dan Kevin yang kebetulan duduknya bersebelahan. Diana tergeragap, lain halnya dengan Kevin yang berusaha bersikap biasa saja.

"Jodoh tuh" celetuk Aldo dengan cengengesan. Entah kenapa ucapan Aldo barusan membuat Diana salah tingkah, Kevin menautkan kedua alisnya, lalu berkata "Apaan sih" Bella terkekeh sesaat, lalu ia berdiri dari duduknya.

"Ya udah gue pesen dulu" Bella pun mengantri untuk memesan makanan.

Diana merasakan jantungnya seperti baru saja jatuh ke perut. Diana menarik napas dalam, diliriknya Kevin yang berada tepat di sebelahnya. Saat itu juga matanya bertemu dengan mata hazel itu. Untuk sesaat Diana mengagumi mata indah itu, tapi Diana langsung tersadar bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk itu. Diana pun memalingkan wajahnya menatap lurus ke depan. Namun Diana masih bisa merasakan Kevin masih menatapnya. Entah mengapa hal itu membuat Diana tambah salah tingkah. Diana meneguk ludahnya, dia menyesal karena dia tidak bisa menguasai dirinya sendiri.

"Sakti, lo kenapa sih kok asem banget muka lo?" Tanya Aldo, sedari tadi ia memperhatikan gelagat Sakti yang tidak seperti biasanya. Sakti mengacak rambutnya yang berantakan hingga kini rambutnya benar-benar mirip preman kampungan yang rambutnya jabrik. Sebelas dua belas deh dengan Aldo.

"Apes banget dah gue, tadi pagi gue dihukum Pak Bagas gegara ketahuan nyontek waktu ulangan. Mana diancem dapet nilai nol lagi" Aldo terbahak yang dibalas tatapan sinis oleh Sakti. Rayn dan Kevin terkekeh, sedangkan Diana tersenyum simpul mendengarnya.

"Mampus lo! Kelar dah hidup lo!" Tambah Aldo yang membuat hati Sakti semakin panas, kalau bukan sahabatnya pasti Sakti sudah menonjok muka sok kegantengan Aldo itu.

"Vin, kayanya otak mereka perlu diarahin ke jalan yang bener deh, lo kan jagoan sekolah.. ajarin mereka noh!" Goda Rayn, seraya menggelengkan kepala. Punya temen kok gini amat ya?

"Ya kalo mau pinter tuh belajar! Usaha dong!" Kevin membuka suaranya. Diana yang duduk di sampingnya hanya memperhatikan dengan saksama. Ia menyadari bahwa Kevin memang akrab dengan ketiganya, namun spertinya dia yang paling sedikit bicara.

"Yaelah lo gitu amat! Mending lo ajarin kita daripada pacaran mulu sama buku-buku lo itu" ucap Sakti dengan melayangkan tatapan tidak terima, namun lain halnya dengan Aldo yang cengengesan.

"Wah kalo gue thanks banget tawarannya, tapi gue sendiri mah ogah! Pusing amat hidup gue" seketika raut wajah khas Aldo itu berubah, Aldo mencibir ke arah Kevin.

"Apa salahnya lo ajarin mereka sih Vin? Secara lo pinter, peringkat satu paralel di sekolah" Rayn membujuk Kevin, nampaknya dia serius.

Diana sendiri sempat terperanjat kaget, apa yang dikatakan Rayn barusan? Kevin peringkat satu paralel di sekolah? Sungguh di luar dugaannya. Selama ini Diana tidak pernah tahu siapa si juara seantero sekolahnya dan sebenarnya dia tidak kepo juga. Tapi begitu tahu siapa orangnya Diana merasa tidak percaya. Ternyata sosok itu adalah Kevin, cowok tampan berkharisma ini? Hello? Apa dunia berputar berlawanan arah? Sungguh tidak bisa dipercaya.

"Kevin.. kamu?" Ucap Diana spontan yang seketika membuat tatapan Kevin dan lainnya beralih padanya. Kevin menaikkan satu alisnya.

"Iya kenapa? Nggak nyangka ya?" tanya Kevin dengan tenang. Keep it cool.

Diana sempat gugup, namun dia berhasil melawan rasa gugupnya. Lagi-lagi dia merasakan jantungnya berdetak tidak normal.

"Kamu peringkat satu paralel?" tanya Diana pelan, Kevin dapat mengetahui bahwa di dalam kalimat tersebut terselip rasa setengah percaya. Kevin tersenyum miring.

"Iya, kenapa? Lo nggak percaya?" sindir Kevin yang sukses menohok Diana, Diana salah tingkah. Kevin yang melihat gerak-gerik Diana yang tampak menggemaskan itu sempat tersenyum simpul. Entah kenapa Diana terlihat lucu sekali. Benar-benar gadis polos.

"Bu-bukan gitu maksud aku Kevin, maksud aku itu.." Diana memotong ucapannya, dia merasa bersalah karena ucapannya sebelumnya yang terlihat merendahkan Kevin. Kevin menaikkan salah satu alisnya.

“Maksud lo apa?” lanjut Kevin penasaran. Ia penasaran alasan apa yang akan Diana buat.

"Maksud aku itu.. aku mau minta ajarin kamu" entah darimana ide gila itu muncul dibenakknya. Diana mengutuk dirinya sendiri, merasa bodoh dengan apa yang baru saja diucapkannya. Kenapa juga dia jadi bingung harus bersikap bagaimana di hadapan Kevin. Apa yang salah dengan dirinya, Ya Tuhan?

"Nah lo, Diana yang pinter aja pengin minta ajarin lo tuh!" pekik Sakti merasa ada yang membelanya. Aldo menoyor kepala Sakti seperti yang biasa Sakti lakukan padanya.

"Apa apaan sih lo?" Sakti menggeram kesal. Aldo tertawa puas. Nampaknya mereka benar-benar cocok satu sama lain.

"Hmmm.... oke gue mau ajarin lo" jelas Kevin pada akhirnya seraya menatap Diana, Diana merasakan tubuhnya menegang karena tatapan itu. Tatapan yang mengintimidasi.

"Eh, masa Diana doang sih? Mentang mentang udah kenal cewek gitu amat lo ama gue Vin" ucap Sakti sarkastis, kedua alisnya menyatu. Kevin menghela napas sesaat.

"Iya iya" jawab Kevin singkat dengan raut wajah tidak bersahabat.

"Nah gitu dong brother!" Sakti merangkul Kevin yang duduk di sebelahnya.

Tiba-tiba saja Bella datang dengan membawa nampan yang di atasnya terdapat mie ayam pesanan mereka berlima. "Asik banget ngobrolin apa sih? Lo pada nggak kasian apa sama gue, bantuin dong." Celetuk Bella yang tampak kesusahan membawa nampan tersebut. Diana berdiri berniat membantu Bella namun gerakannya terhenti ketika Aldo setengah berteriak padanya.

"Eh eh, udah biar gue aja yang bantu!" Aldo pun segera meraih nampan yang di atasnya terdapat mie ayam lima mangkuk. Setelah menyerahkannya pada Aldo, Bella berbalik lagi untuk mengambil pesanan jus mereka. Sakti menyubit lengan Aldo hingga membuat Aldo meringis kesakitan.

"Dasar modus lo!" Aldo hanya membalasnya dengan juluran lidah. Mungkin menjadi kebangaan tersendiri punya kesempatan dekat dengan Bella yang merupakan primadona sekolah.

Rayn sedari tadi diam, asik dengan spekulasi yang berputar-putar di otaknya. Ia seperti menyadari gerak-gerik dua manusia itu, Diana dan Kevin. Apalagi saat mengobrol tadi. Entah benar atau tidaknya Rayn masih harus memastikannya. Namun Rayn percaya bahwa waktu akan menjawabnya. Cepat atau lambat.

*****

Next chapter