29 Dia Berkencan?

"Mama ikut papa pergi ke Malang dua hari yang lalu, Tante. Kalau Tante ingin menemui mama, mungkin minggu depan mereka sudah kembali ke Jember." jawab Andre tatkala Lyana bertanya mengenai ibunya.

Maya dan Burhan memang terbiasa pergi ke luar kota dikarenakan profesi sang suami yang baru-baru ini naik jabatan. Alhasil, karena kesibukan pekerjaan itulah membuat Lyana jarang sekali bisa berkumpul dengan Maya yang notabene merupakan sahabat satu-satunya.

Seperti perintah sang ibu yang baru saja menyuruhnya pergi, Selena meninggalkan Andre berdua saja dengan Lyana. Gadis itu hanya bergumam terima kasih pada Andre sebelum sosoknya kemudian menghilang ke arah dapur berada.

Andre menatap pada punggung Selena yang tampak rapuh dan menyedihkan. Sejujurnya, kalau bukan karena egonya dia mungkin sudah mendekap tubuh gadis itu sejak dulu sekali. Namun sebuah alasan yang penting menghentikan dia untuk melakukan hal itu.

"Kalau begitu saya akan pulang, Tan. Terima kasih sudah mengijinkan saya pergi bersama Selena."

Lyana tersenyum. Wajahnya yang biasa datar itu kini melengkungkan senyuman tipis pada Andre, "Apa yang kamu katakan, Andre. Tentu saja Tante akan memperbolehkan Selena ikut pergi bersamamu. Bagaimana pun juga kamu ini adalah calon suami Selena. Sudah seharusnya bagi kalian untuk saling dekat satu sama lain."

Benar, sejak awal, Lyana dan Maya sepakat akan menjodohkan Andre dan Selena. Sejak tahu bahwa Lyana memiliki seorang putri dan Maya memiliki seorang putra, keduanya memiliki perjanjian untuk menikahkan anak mereka di masa depan.

Andre sudah tahu mengenai perjanjian itu dari ibunya, dan laki-laki itu tidak menolak. Dia setuju akan ide menikahi Selena kelak, karena memang, menikahi Selena adalah apa yang dia harapkan.

Sedangkan Selena, tidak tahu sama sekali bahwa hidupnya sudah terjalin dengan Andre sejak dulu sekali. Tidak ada satupun orang yang memberitahu Selena mengenai hal penting tersebut. Bahkan Rayhan yang dianggap oleh Selena sebagai seseorang yang paling dekat dengannya di keluarganya, tidak juga berniat untuk memberitahu kabar penting itu pada gadis tersebut.

Andre tersenyum, puas dengan sikap Lyana yang sangat menerimanya. "Saya harap, Tante tetap memegang janjinya. Saya sendiri yang akan memberitahu Selena mengenai perjodohan itu nanti. Jadi selama saya belum menyatakannya pada putri Tante, saya harap Tante tidak membocorkannya pada siapapun, terlebih kepada Selena sendiri."

"Jangan khawatir, Andre. Tante tidak akan lupa dengan apa yang sudah tante janjikan padamu."

Setelah mendengar jawaban memuaskan dari Lyana, Andre pun kemudian berpamitan pulang ke rumahnya.

***

Cristine bergegas menuju ke kamarnya hingga membuat sang bunda menatapnya terheran-heran.

"Mas, ada apa dengan putrimu?" Tanya Warda ke arah suaminya yang sedang duduk santai di sofa di depan televisi.

Pria dewasa itu hanya melirik singkat pada istrinya, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya membaca koran, "Biarkan saja, Bun. Putri kita sudah besar, jangan terlalu ikut campur urusannya. Kalau nanti Ris ada masalah, kita juga yang akan dia beritahukan terlebih dulu. Kamu ini, seperti tidak mengenal watak putrimu saja."

Warda yang sedang menyetrika baju tak jauh dari ruang televisi menatap pada sang suami yang kadang bersikap acuh tak acuh. "Aku hanya mengkhawatirkannya, Mas. Akhir-akhir ini Ris seperti tidak bahagia. Aku sudah mengira itu dari awal. Jika keputusan Selena untuk memperpanjang masa kerjanya di tetap Ibu Adam, akan berdampak pada putri kita."

Krisna yang mendengar nama Selena disebut kemudian melihat sepenuhnya pada Warda, "Lalu bagaimana dengan idemu yang akan mempekerjakan Selena sebagai teman belajar Cristine? Apakah Selena bersedia? Ataukah dia menolak lagi seperti dahulu?"

Warda menghela napas pasrah, meras tertekan dengan kekeras-kepalaan Selena yang menolak usulannya, "Selena bersedia membantu Cristine dalam belajarnya, akan tetapi yang menjadi masalahnya ialah, dia tidak mau menerima uang apapun atas nama menemani putri kita belajar."

"Ah, sayang sekali." Gumam pria dewasa itu, sangat menyayangkan keputusan Selena.

Warda pun mengangkat bahunya sebagai pertanda bahwa dia sudah berupa untuk membujuk Selena. Tapi permintaannya di tolak oleh gadis itu. Dia tidak dapat berbuat apapun lagi jika Selena sudah membuat keputusannya sendiri.

Cristine yang berada di dalam kamarnya saat ini, melemparkan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidur. Ponsel yang ada di dalam tasnya dia ambil, lalu dia pun melakukan panggilan pada salah satu temannya. Selia.

"Halo, Selia... Aku ingin bertanya padamu mengenai Selena." Ucap Cristine tak sabaran.

'Ris, ada apa? Kenapa kamu tampaknya tergesa-gesa sekali?'

"Dewi baru saja memberitahuku kalau kamu melihat Selena dan Andre sedan makan bersama di Cafe. Apakah berita itu benar?" Tadi, saat dia sedang mengikuti les hariannya teman sekelasnya yang tak lain adalah Dewi, memberitahu dia tentang berita itu. Mengenai Selena yang digosipkan sedang berkencan bersama Andre hari ini. Awalnya dia tidak memercayai permata dari temannya itu, namun saat dia teringat dengan kedekatan Andre dan Ibu Selena, dia tidak bisa lagi menyangkal kemungkinan itu terjadi.

Selain Andre yang sangat dipercayai oleh tante Lyana, Selena tidak diijinkan keluar kemanapun oleh sang ibu. Jangankan ijin keluar bersenang-senang bersama dengan seorang pria, berjalan-jalam bersama dengannya saja dia harus meminta bantuan pada ibunya untuk berbicara pada Ibu Selena supaya memberinya ijin.

'Ya... Tadi aku tidak sengaja melihat Selena dan Andre duduk di cafe berduaan saja. Apakah ada masak, Ris?' tanya Selia di ujung sana.

"Tidak, Selia, tidak ada masalah sama sekali. Kalau begitu terima kasih sudah memberitahuku. Omong-omong, jika lainkali kamu menemukan Selena bepergian bersama orang lain, bisakah memberitahuku juga?"

'Oke... Aku akan mencoba mengingatnya Ris.'

"Terima kasih, Selia. Maaf ya sudah menggangu akhir pekanmu."

'Tidak masalah. Aku tutup teleponnya kalau begitu. Bye, Ris.'

"Bye Selia."

***

Don't forget support for this novel. Please vote, review and comment if you like this story. Thank you, guys.

avataravatar
Next chapter