27 Akhir Pekan

Pada saat bersamaan, Lucas tidak mengalihkan pandangannya pada dua orang yang duduk tak jauh dari mejanya. Sejak kedua orang itu masuk dan duduk di sana, Lucas sudah mengamati gerak-gerik tidak biasa yang terjadi diantara kedua orang itu.

"Apa yang kamu lihat?"

Lucas menunjuk dengan dagunya ke arah Selena dan Andre yang fokus makan. Daniel melirik ke tempat Lucas menunjuk.

Bukannya itu Andre yang sedang duduk bersama gadis imut-mu itu?" Daniel berkata dengan tatapan penasaran, "Sepertinya mereka sangat dekat. Aku belum pernah melihat Andre berkencan sebelumnya. Kupikir dia laki-laki yang sejenis denganmu. Muak dengan perempuan. Ternyata aku salah..."

Lucas melirik Daniel tajam, "Bisakah kamu tidak membuat tebakan acak seperti itu. Lagipula, siapa yang kamu sebut sejenis hah?"

Daniel menggaruk hidungnya sebagai pengalih dari tatapan kesal Lucas, "Kamu tidak benar-benar membenci Andre karena gadis itu kan, Lucas?"

"Apa maksudmu?"

Daniel tahu jika dia melanjutkan perkataannya kemungkinan tinju Lucas melayang ke wajahnya akan terjadi, tapi dia tidak bisa menahan kegembiraannya saat menemukan sesuatu yang menurutnya menarik. "Sejak gadis itu membuat masalah denganmu, kamu tampak lebih hidup. Kupikir, alasan kenapa kamu membenci orang seperti Andre adalah karena gadis itu. Apa aku benar?"

"Kamu terlalu banyak waktu luang ya akhir-akhir ini. Sampai-sampai memiliki waktu untuk memikirkan hal tak penting begini."

Daniel memiliki firasat buruk saat matanya saling menatap dengan mata Lucas yang dingin.

"Tidak, tidak, tidak... Aku benar-benar sibuk, sungguh..."

Lucas tidak peduli, sudah cukup dia di olok-olok oleh Daniel gara-gara Selena beberapa terakhir ini. Sudah waktunya bagi dia untuk membalas dendam, "Tidak, kamu benar-benar sangat menganggur, Niel. Aku akan memberitahu nenek nanti supaya memberimu tugas agar kamu tidak mengganggur. Aku dengar paman Takeshi akan datang ke Indonesia, sepertinya kamu merupakan orang terbaik untuk membantunya beradaptasi selama dia disini."

"Kamu bercanda kan Lucas?" tanya Daniel hampir lemas.

"Aku sudah mengirim pesan singkat baru saja. Tenang, kalau kamu sering berada disisi paman, kamu akan menemukan sikapnya yang penuh kelembutan."

"Lucas..." panggil Daniel tak percaya. Lembut katanya? Kapan sepupu iblisnya itu mengetik pesan kepada pamannya yang berada di Jepang? Jelas-jelas ponsel milik Lucas masih ada di atas meja. Tidak mungkin kalau Lucas mengirim pesan hanya dengan tatapannya saja. Sangat mustahil! Kecuali... Jika rencana itu sudah dipikirkan Lucas jauh-jauh hari sebelumnya.

"Kamu sengaja mencari kesalahanku untuk mendorong ku ke sisi paman lagi kan?"

Lucas menyeringai.

"Kamu benar-benar licik, sialan!" geram Daniel tidak dapat menahan amarah. Dia sungguhan tamat sekarang. Berada dekat dengan paman Takeshi merupakan traumanya yang sampai kini belum bisa dia atasi. Pria yang dia panggil paman itu tak lain adalah kakak kandung dari ayahnya sendiri.

Bukan tanpa alasan Daniel sangat takut pada Takeshi. Dikarenakan Takeshi tidak memiliki anak laki-laki di keluarganya, Daniel yang merupakan satu-satunya bocah terdekat yang berada dissisinya dulu waktu di Jepang, mendidik Daniel dengan sangat ketat sekali hingga membuat Daniel kecil takut sampai dia tumbuh dewasa.

"Paman Takeshi tidak seburuk kelihatanya, Niel. Kamu tahu itu." kata Lucas mencoba mengungkap fakta. Nyatanya, apa yang dikatakan Lucas memang benar. Jika saja bukan karena didikan keras dan ketat Takeshi, Daniel pasti akan tumbuh dengan mental lemah dan menjadi bodoh seperti saudara kandungnya yang lain. Kalau bukan karena didikan penuh disiplin Takeshi, Daniel pasti akan dilengserkan dari menjadi ahlis waris keluarganya sendiri dikarenakan tidak kompeten menurut para pemegang saham kolot tua di rumah sakit itu.

Meski Lucas seringkali mengatakan hal tersebut, Daniel tidak bisa dengan mudah menerima kebenaran itu. Yang dia ingat dengan jelas tentang pamannya hanyalah cambukan di seluruh tubuhnya yang dia terima dari tangan pamannya sendiri.

***

"Aku mau ke toilet sebentar." ujar Selena setelah selesai dengan makanannya. Perutnya mulai sesak karena kebanyakan makan, sampai rasanya dia sangat mengantuk sekarang.

Andre mengangguk, "Perlu aku antar?" ucapnya dengan senyum. Kemarahan yang tadi ada sudah menghilang sepenuhnya. Baik Selena dan Andre mulai bersikap seperti biasa.

"Dasar cabul!" kata Selena melotot jengkel. Dengan cemberut gadis itu berjalan ke samping restoran dimana kamar mandi umum diletakkan di sana. Dia perlu mengambil jalan memutar lalu melewati lorong yang cukup ditempati dua orang untuk sampai ke toilet. Kamar mandi wanita dan laki-laki berada saling berhadapan. Alhasil, saat Selena selesai menggunakan kamar mandi, dia berpapasan dengan Lucas yang muncul di depannya.

"Kak Lucas..." panggil Selena terkejut. Tidak menyangka jika mereka akan bertemu lagi di tempat selain sekolah.

Lucas mengangguk singkat sebagai tanggapan dari sapaan Selena. Pria itu tetap berdiri di luar pintu masuk kamar mandi, tidak berniat melanjutkan berjalan.

Selena dibuat salah tingkah hanya dengan keberadaan Lucas yang luar biasa terasa auranya. Meskipun pria rupawan itu hanya berdiri tanpa melakukan apapun, sudah mampu membuat Selena merona wajahnya.

"Kalau begitu, aku duluan kak." Selena berpamitan lebih dulu. Tidak tahan dengan aura Lucas yang mengesankan jika mereka saling berdekatan.

"Tunggu..." Lucas memanggil, Selena berhenti, lalu berpaling ke belakang. Wajahnya menunjukkan ekspresi tanda tanya.

"Ada apa kak?"

"Kamu dekat dengannya."

***

Don't forget support for this novel. Please vote, review and comment if you like this story. Thank you, guys.

avataravatar
Next chapter