3 Part 2

Nail's Pov

Segala hal yang kamu anggap benar belum tentu benar dan apa yang kamu anggap salah belum tentu salah.

###

Sejak si bungsu menikah dan ikut suaminya, rumah kami ini jadi sepi. Biasanya dia yang bikin ribut di rumah dengan keusilannya. Asry memang terlihat kalem apabila di hadapan orang lain tapi kalau sudah masuk dalam rumah manjanya dan juga usil pasti kumat. Mulai dari nyembunyiin buku-bukuku, mengotak-atik ponselku, dan masih banyak lagi keusilan-keusilannya.

Hahh, sebenarnya aku merasa seolah ada yang menusuk di hati saat Daffa melamar Arsy, seakan takdir mengejekku karena belum berani menghalalkan seorang wanita. Jangankan menghalalkan,  menemukan pujaan hati saja belum, jadi mau bagaimana lagi?  Belum ada wanita yang membuatku begitu penasaran dan ingin melindunginya. Yang saat aku melihatnya membuatku  ingin mengajak beribadah bersama. Siapa gerangan wanita itu nantinya? Batinku.

Hari ini tepat seminggu setelah lebaran berlalu, kegiatan kantor pun sudah berjalan kembali. Hari pertama masuk kerja, kami isi kegiatan dengan daling bermaafan dengan para karyawan yang tak sengaja bertemu, atau hanya karyawan yang satu devisi. Bukan tidak saling kenal tapi lebih pada formalitas atau tidaknya suasana bermaafannya. Halal bihalal yang diadakan kantor baru akan dilaksanakan besok jadi mana mungkin nunggu halal-bihalal dulu baru bermaafan. Jangan berpikiran aku bersalaman juga dengan para pegawai perempuan. Tidak, aku hanya menangkupkan kedua tangan di depan dada. 

Sebab dari Ma'qil bin Yasar, bahwasanya Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya salah seorang di antara kalian jika ditusuk dengan jarum dari besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh seorang wanita yang bukan mahramnya", (HR. Thabrani dan juga Baihaqi).

Aku memang bukanlah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan juga masa lalu yang tak tercela.  Tapi bukankah Allah selalu menerima taubat hamba-hambanya. Seperti dijelaskan dalam Ayat Al quran QS. Az Zumar: 53-54 "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)."

"Nail, kamu dipanggil sama Manager," aku mendongak mendengar salah satu teman kantorku memanggil namaku. Sebenarnya dia adalah senior di sini.

"Iya Bang, ada apa yaa?" tidak biasanya aku dipanggil oleh Manager. Karena aku hanya pegawai magang di sini. Apa aku membuat kesalahan yang fatal? Tapi apa.

"Kurang tahu gue, loe kesana aja siapa tahu penting." Bang Candra menepuk pundakku saat aku tidak segera beranjak dari kursiku.

"Oke Bang, makasih yaa?"

"Sip Bro, sama-sama."

Sesampainya di depan ruang Manager, dengan ragu aku mengetuk pintu. Berharap tidak melakukan kesalahan yang membuatku bermasalah salam menyusun skripsi.

"Masuk."

"Assalamualaikum, Bapak memanggil saya?" tanyaku saat sudah ada di ruangan Pak Ahmad Manager tempat magangku.

"Wa'alaikumussalam Nail,  sialahkan duduk."

"Terima kasih, Pak."

"Begini, besok kan akan ada acara Halal Bihalal, saya mau minta kamu jadi pembawa acara yaa? Dosenmu bilang kamu ikut Rohis berarti paham tentang agama jadi pas kalau kamu jadi pembawa acaranya."

"Apa tidak apa-apa pak? saya tidak mau disebut lancang pak,  apalagi saya hanya mahasiswa magang." Meski dalam hati ada rasa senang karena sebuah pujian dan diberikan amanah, tapi ingatkan saya jangan sampai hati ini menjadi sombong Ya Allah.

"Tidak apa-apa, biar jadi motivasi buat yang lain juga, kalau kamu bisa kenapa mereka tidak bisa?   Nail, bukankah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْـتَمَنَكَ، وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

"Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah kepadanya), dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu". [Diriwayatkan oleh al Imam Ahmad dan Ahlus Sunan].

"Dan di sini aku mengamanahkan tugas ini untukmu, meski hanya sebagai pembawa acara tapi Insha Allah dengan ilmu yang engkau miliki akan sangat membatu acara ini." Kembali Pak Achmad melanjutkan nasehatnya.

"Insya Allah pak,  kalau Bapak, mempercayai saya, saya terima"

"Baiklah kalau begitu, kamu baliklah dulu nanti akan saya minta panitia untuk menyampaikan materinya."

"Baik Pak, saya permisi dulu Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumusalam, Nail."

Setelah selesai dari ruangan Pak Ahmad aku kembali ke meja kerjaku, berkutat kembali dengan rutinitas yang berhubungan dengan angka dan angka. Tak lupa Bang Candra merecokiku dengan pertanyaan tentang apa yang aku lakukan di ruangan pak Achmad.

# # #

"Assalamu'alaikum Abang, lagi apa?" terdengar suara dari seberang telepon gengggamku, seseorang yang aku rindukan keberadaannya, meski baru sehari dia pergi.

"Wa'alaikumussalam Dek, Abang baru selesai bikin laporan ini."

"Abang, mau nitip apa?"

"Assalamu'alaikum, Bang.  Mau nitip jodoh nggak bang?" sahut suara Daffa sebelum aku menjawab pertanyaan Arsy, wah nyolot ini adik iparku.

"Wa'alaikumussalam Daffa, dan terima kasih tawarannya, kalau berkenan bolehlah Abang di bawain salah satu bidadari surga. "Ayo aku coba nitip,  nanti awas aja kalau nggak dibawain.

"Hahahaha abang bisa saja, kita doain saja ya tahun ini Abang nikah juga." tukan giliran disuruh bawain eh, malah cuma didoainkan? Batinku.

"Aamiin," ucapku dan Arsy. Menikah adalah separuh dari menyempurnakan Agama.  Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam bersabda : ' Jika seseorang telah menikah, dia telah melengkapi separuh agamanya.  Hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam separuhnya lagi. ' (HR.  Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Maka saat seseorang mendoakanmu segera menikah maka Aamiinkan, apalagi Daffa mendoakan dirinya di rumah Allah.

"Abang gimana kerjaan kantor?" Arsy kembali memberikan pertanyaan yang kembali normal.

"Alhamdulillah Dek, lancar. Abang tadi mendapat amanah buat jadi pembawa Acara Halal Bihalal besok, jadi Abang harus mempelajari materi untuk besok,  habis ini."

"Memangnya apa materinya bang?" tanya Daffa

"Arti kemenangan Idul Fitri"

"Ohh bagus itu bang, selama ini kita mengenal kemenangan setelah berpuasa penuh di Bulan penuh berkah, sebagai perayaan yang sangat luar biasa," celetuk Daffa tiba-tiba sepertinya mereka louspeker teleponnya, tapi apa nggak mahal ya mereka ini telpon.

"Iya Daffa, makanya ini Abang lagi pelajari jadi saat besok jadi pembawa acara, pas yang penceramah menerangkan Abang tidak susah merangkumnya,  kalau kita sedikit tahu besok saat review tidak malu-maluin hehe."

"Ya sudah abang ini sudah malam Abang tidur saja, di sini sudah Adzan Magrib berarti di Jakarta kira-kira jam sebelas malam kan?"

"Iya Dek ini sudah jam sebelas malam, ya sudah kalian salat dulu sana "

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumusalam."

# # #

"Nail, ada breafhing sebentar sama panitia di lantai empat kamu kesana dulu yaa, aku mau ambil makanan dulu," ucap Boy salah satu karyawan di sini juga. Dia juga panitia acara.

"Oke siap." Keadaan mulai sepi karena sebagian sudah mulai keluar cari makan,  maklum sepuluh menit Lagi istirahat. Saat sudah di dalam Lift aku mendengar seorang berteriak "Tunggu." Mungkin dia juga ingin naik lift juga, meski tidak enak karena akan berduaan dengan yang bukan mahram tapi dia juga terburu-buru sepertinya.

"Terima kasih,"  aku jawab dengan anggukan kepala, kami sempat bertatap mata beberapa saatdan kulihat cahaya mata itu seolah mati, dan entah kenapa dadaku tiba-tiba sesak. Dia memalingkan wajahnya membuatku tersadar bahwa aku telah melakukan kesalahan besar Ya Allah maafkan hamba karena melihat yang tidak halal bagiku.

"Lantai berapa Mbak?" tanyaku karena kebetulan tombol lift ada di dekatku. 

"Lantai sepuluh."

Setelahnya kami sama-sama diam, tapi pikiranku merasa terusik mengingat tatapan matanya yang terlihat kosong.

Sesampainya di lantai empat aku turun dari lift.  Mencari keberadaan panitia, aku melihat mereka ada di ruang meeting paling pojok.

avataravatar
Next chapter