19 Musuh Dalam Selimut

"Di mana teman-teman kami?" Sadik menghunuskan pisau ke leher Nova.

"Tidak tahu!" Mata Nova lemas tidak memperlihatkan rasa takut sedikitpun.

"Anda kira saya buta di tengah malam itu, kalian menawan prajurit kami dan membunuh mereka yang melawan," Sadik meninju wajah Nova. Pipinya berubah biru dengan cepat.

"Tidak mungkin!"

"Baiklaaaaah kami menawan mereka. Di saat seperti ini Pasukan Aliansi sangat membutuhkan kerja sama dari seluruh tenaga Pasukan Kompleks".

"Kalian membutuhkan kerja sama seperti apa? Apa ini ada hubungannya dengan penculikan ini?" tanyaku.

"Kami membutuhkan Pasukan Kompleks untuk menghancurkan diri kalian sendiri. Itulah kerja sama yang kami Pasukan Aliansi butuhkan!" ujar Nova tertawa terbahak-bahak.

"Akan kubuat kau menarik kata-katamu tentang kompleks kami" Sadik mengambil ancang-ancang. Aku langsung memegang lengannya yang dikeraskan. Tidak pernah kulihat Sadik seemosi ini.

"Cukup! Biar aku yang urus dari sini."

"Tapi ketua, kakakku!"

"Kita semua satu tim, tidak mungkin kutinggalkan mereka. Akan kucoba cari tahu, aku lebih mengenal orang ini dibandingkanmu," Sadik menghela nafas panjang lalu mundur sambil meringkuk di kursi lainnya.

"Nova!" aku berusaha tenang, "Dimana teman-temanku yang kalian tawan?"

"Ada di penjara di universitas yang baru saja kita lewati tadi. Tapi percuma saja, kalian tidak akan bisa menyelamatkan mereka," Nova tersenyum.

Ia jelas menikmati keadaan yang terjadi pada timku sekarang. Aku mengambil kursi di dekatnya. Kutatap wajahnya sambil tersenyum. "Apa kau juga membenci kami?"

"Hah? Tentu saja seluruh Bandung dan Sumedang membenci kalian karena kalian pengecut, berapa sanak saudara dari orang-orang ini yang kalian bunuh karena minta pertolongan? Asal tahu saja, kami lebih benci kalian daripada kami terhadap Pasukan Elang di Ciragam sana," nada suaranya mulai parau.

"Maafkan kami, tapi kami tidak punya pilihan lain," ujarku mengerti sekali bagaimana rasanya ditinggalkan orang yang disayangi.

"TIDAK PUNYA PILIHAN LAIN? Itukah yang kalian katakan pada diri kalian setelah melakukan tindakan bejat tak manusiawi setiap harinya? Suatu hari saat tempat ini tidak dapat menerima para pengungsi, gubernur memerintahkan agar para pengungsi digilir ke kompleks, tahukah kalian apa yang terjadi? Kalian Pasukan Kompleks berbohong kalau para pengungsi dalam keadaan aman. Orang tuaku yang pengungsi dari kampung menjadi korban!" air mata mulai berlinang dari wajah kusamnya.

Ternyata benar, ketakutanku yang sebenarnya ditampakkan sedemikian jelas di hadapan kami. Ketika teman kami sendiri sebenarnya sudah muak melihat kelakuan kami. Tapi sama sekali tak kusangka mereka akan memulai pergerakan mereka sekarang.

"Dengar! Jika kau membebaskan kami sekarang. Aku akan berjanji dengan hidupku, akan kuubah jalan hidup Pasukan Kompleks. Kau bisa percaya kata-kataku," ujarku berusaha membendung air mata saat memegang tangan Nova.

"Sudah terlambat! Atas rencana hebat Sang penyelamat, kami akan menyatukan kembali wilayah dalam kabut dimulai dari menyingkirkan kalian lalu menyingkirkan Pasukan Elang," Nova tersenyum puas, "Ia tahu dimana akan menyerang kompleks menyedihkan kalian."

"Kalian yang sekarang saja tidak bisa memukul mundur serangan Pasukan Elang, mimpi ya melakukan semua ini tanpa bantuan makanan dan logistik dari kami?" Sadik beranjak.

"Tidak apa-apa, kami punya rencana yang lebih besar dengan kalian. Setelah Pasukan Kompleks ditaklukkan, Pasukan Elang akan dapat ditaklukkan dengan cepat".

"Yang akan kau lakukan hanyalah memanas-manasi area ini saja, lalu anggap saja kau berhasil dan semuanya kembali berada di tangan Pasukan Aliansi, namun kalian akan tetap berada di sangkar kabut ini seperti 2 tahun lalu. Menunggu dan menunggu sampai ada Pasukan Elang kedua yang mengacaukan lalu siklus ini akan terulang lagi," aku menambah argumen.

Nova mulai terkekeh. Lalu tertawa sejadi-jadinya. "Kalian kira kami hanya menyerbu Ciragam untuk membinasakan semua Pasukan Elang? Kunci area dalam kabut berada di dalam Ciragam, sesuatu yang tersembunyi di dalam kota itu yang menyebabkan semua kabut sialan ini."

Aku dan Sadikin menatap satu sama lain, bingung dengan apa yang baru saja kita dengar.

"Jangan bilang kalian semua percaya hal itu dari wanita perban aneh itu?" ujarku lebih waspada mendengar hal yang paling tidak masuk akal selama ini.

"Kalian tidak akan mengerti, aku melihat keajaiban yang Ia bisa lakukan dengan mata kepalaku sendiri. Sebuah alat yang bisa menyala di dalam sini, yang bisa digunakan untuk menemukan kunci tersebut di kota Ciragam," tawanya semakin keras.

"Sebelumnya kau mengatakan tentang keajaiban, apa yang kau maksud?" tanyaku.

"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Ia mengetahui semuanya, semua nama orang disini dan apa yang mereka lakukan, telinganya tidak tidur, ia mengetahui gerakan Pasukan Elang yang akan menyerbu, tidak ada pertempuran yang kalah saat ia menguasai tempat ini, suatu ketika ada yang berusaha membunuhnya saat ia berkhotbah, pembunuhnya hanya bisa menggenggam pistolnya namun tidak bisa menembakkan pelurunya, tiba-tiba orang itu langsung muntah dan tak sadarkan diri."

"Lalu soal Sang Penyelamat memberi harapan untuk menghilangkan kabut, apa benar adanya?"

"Menurutnya, Pasukan Elang bertanggung jawab atas semua ini, kalau mereka dibumihanguskan, semua ini akan segera berakhir," ia menghembuskan nafas lega.

"Mustahil, kabut itu lebih dulu ada dibanding pasukan terkutuk itu."

"Pasukan Elang di balik semua ini, coba lihat kabut di tempat ini, tanpa kabut ini, mereka tidak mungkin ada. Ini semua sudah masuk perhitungan mereka untuk menjajah negeri ini dengan kekerasan."

"Kau berusaha menakut-nakuti kami?" tanyaku.

"Sebaiknya mulai sekarang kalian takut apa yang akan kalian hadapi, semoga beruntung selamatkan teman-teman kalian." Ia lalu berteriak minta tolong.

Tinju Sadikin mengenai mukanya telak. Tawanya terhenti begitu saja. Lehernya tidak mampu menahan kepalanya untuk berdiri tegak. Mulutnya tidak bisa berkata-kata lagi. Namun sesuatu dari perkataannya membuatku takut.

Tangan Sadikin bergetar. "Siaaaal! Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Semuanya Sadik! Semua hal ini berhubungan. Dari pengkhianatan Amir sampai tumbangnya Bandung dan Sumedang. Pasukan Aliansi yang kita kenal dulu sudah tidak ada. Mereka semua sudah takluk pada seorang nabi palsu."

"Semua monumen disini yang dipersembahkan padanya. Kota dengan sejarah yang luas dengan jentikkan jari berhasil dihipnotis olehnya. Bagaimana seorang pengkhianat kompleks mampu melakukan hal seperti ini?" tanyanya.

"Harus langsung kita tanyakan pada orangnya karena kau baru saja meninjunya sampai semaput".

"Ketua mau yang lain pada datang begitu?" tanyanya membengkokkan alis.

"Bercanda Dik! Yang tadi juga sudah lewat. Ngomong-ngomong apa kau memata-matai Amir dan Melodi tadi?" tanyaku.

"Betul, tapi tadi saat melihat ketua dan orang ini, aku langsung mengikuti ketua", jelasnya.

"Tunggu sebentar, tadi tempat apa yang mereka datangi?"

"Sebuah universitas, ketua!".

"Mereka sekarang pasti melakukan kontak dengan saudaramu dan yang lainnya. Ayo kita bergegas!". Tanganku mulai membuka seragam coklat Nova.

"Apa yang kau lakukan ketua, katanya bergegas?" tanya Sadikin.

"Jangan menarik perhatian! Pokoknya lakukan seperti Nova mendampingiku, anggap saja kita sedang jalan-jalan, mengerti?"

"Siap mengerti!" ujar Sadikin dibelakangku.

"Dengarkan aku Dik!" kedua tanganku menggenggam pundaknya yang kokoh, "Misi kita belum selesai, ada 2 orang pengkhianat yang harus kita bereskan sebagai gugus pencabut benalu. Ayo kita bawa mereka hidup-hidup agar bisa diadili."

"Lalu bagaimana kalau mereka melawan? Kau akan menembak Amir?" tanya Sadik ragu.

"Jika itu yang harus dilakukan maka aku tidak akan ragu, kita sudah sepakat untuk terus bersama-sama meskipun ia akan dipenjara."

Sadik hanya mengangguk. Meskipun tatapan matanya masih mempertanyakan semua yang akan dilakukannya. Sifatnya yang alami lebih menyayangi teman-temannya dibandingkan misi merepotkan ini. DI tambah lagi, si bodoh itu yang menyelamatkan mereka berdua, unit terbaikku dari pasukan elang. Aksimu benar-benar membuat semua perasaan disini ragu kau mau diapakan. Tapi semua kekacauan pada timku kau yang memulai Mir, akan kujebloskan kau ke penjara.

Suasana nampak biasa-biasa saja beberapa meter dari tempat kami menginterogasi Nova. Jumlah prajurit Pasukan Aliansi masih berkeliaran dengan jumlah yang kurang lebih sama dengan para pengungsi. Kurasa para pengungsi yang marah sudah kembali normal. Tapi aku akan tetap memakai barang pemberian Nova untuk berjaga-jaga.

"Hei Dik, sebenarnya aku hanya tahu beberapa bagian jawaban dari pertanyaanmu bagaimana satu orang luar dapat mempengaruhi pasukan besar seperti Pasukan Aliansi disini," celetukku ingin mengobrol.

"Kira-kira kenapa ketua?"

"Kita tahu Pasukan Aliansi adalah pasukan terbesar di dataran dalam kabut yang bahkan lebih besar dari Pasukan Elang sekalipun. Pada awalnya mereka unggul lalu sedikit demi sedikit Pasukan Elang memenangkan pertempuran demi pertempuran yang membuat Pasukan Aliansi kehilangan daerah mereka satu persatu."

"Aku sudah tahu itu, hubungan dengan pengaruh satu orang itu apa?" tanyanya.

"Dengan kekuatan yang besar, Pasukan Aliansi mempunyai satu kelemahan. Mereka selama ini bertempur tanpa tujuan seperti mayat hidup. Keberadaan mereka sebagai pelindung di dalam kabut dan sebagai perwakilan pemerintah di luar sana sudah memudar. Sentimen anti pemerintah dan anti globalisasi luar yang semakin memanas membuat semakin banyak yang berkhianat menuju Pasukan Elang. Mereka sendiri mempunyai motto yang sangat berlawanan dengan Pasukan Aliansi. Mereka sangat optimis bahwa kabut ini adalah pertanda bahwa mereka adalah penguasa yang lebih pantas dengan alasan pemerintah di luar sana sudah melupakan semua orang di dalamnya. Hal penting itu yang dimiliki oleh pasukan elang. Sebanyak apapun sumberdaya, kalau anak buahmu tidak punya tekad, sama seperti melawan diri sendiri. Lalu pertanyaannya adalah apa yang dibawa oleh Melodi untuk mengisi kekosongan itu?" tanyaku.

"Aku tidak tahu ketua".

"Harapan, pasukan terkuat di dataran ini mempunyai semuanya kecuali harapan, dan Melodi mengisi kekosongan itu dengan janji yang belum teruji." Harapan palsu yang diisi oleh Melodi, tapi tentang keajaiban yang dimaksud Nova. Apa maksudnya?

"Tapi kenapa mereka perlu menghancurkan Pasukan Kompleks terlebih dahulu sebelum mencapai tujuan mereka di Ciragam?"

"Itu dia. Aku ragu alasannya hanya karena kami suka membunuh pengungsi. Apa hanya sesimpel menjajah saja?".

"Jangan ngomong begitu ketua! Kalimat membunuh pengungsi terdengar seperti kita yang benar-benar jahat disini, ini dilakukan kan karena mencegah mereka dibunuh oleh para bandit di luar," ujar Sadikin dengan nada menenangkan.

"Lalu apa kita berhak membunuh mereka seperti itu?"

"Nggak juga sih."

"Tujuan utama kompleks melakukan tindakan seperti itu sebagian besar karena mencegah pengungsi berkumpul dengan pengungsi lainnya yang suatu hari akan bersatu melawan kita," jelasku tetap melihat arah jalan. Tapi tetap saja, apa yang Melodi inginkan dari Pasukan Kompleks?

avataravatar
Next chapter