1 Part 1-Melarikan diri

"Cepat tangkap dia! Jangan sampai lolos!" seru Orangtua Gea kepada para bodyguard suruhannya.

Gea, seorang gadis cantik dan energik yang melarikan diri dari acara pertunangannya bersama Michael, anak dari rekan bisnis keluarganya. Tak ada yang salah dengan Michael. Ia pria tampan dengan tubuh proporsional. Hanya saja, Gea tak menyukainya. Ia ingin menikah dengan pilihannya sendiri bukan atas kemauan Orangtuanya.

Kini ia tengah bersembunyi di dalam sebuah drum penampungan air. Sesekali mengintip keluar dengan kedua matanya untuk memastikan situasi. Setelah ia merasa yakin aman, barulah ia keluar dari tempat persembunyiannya.

"Iiuuhh ... bau banget," gerutunya sembari mengipas-ngipaskan tangannya di depan hidung.

Gea celingukan memastikan keadaan. Saat baru saja ia hendak berlari tiba-tiba,

Klontang, klontang ...

Kakinya tak sengaja menendang kaleng kosong. Semua bodyguard termasuk Orangtuanya dan Michael ikut berlari ke arah suara untuk mengeceknya.

"Itu Non Gea! Cepat kejar!" perintah seorang bodyguard.

'Damn it! geram Gea dalam hati.'

Dengan cepat Gea berlari ke arah pintu gerbang yang tertutup rapat. Namun, seorang bodyguard berhasil menghentikannya saat ia akan memanjat gerbang. Gea yang memang jago bela diri tak tinggal diam. Ia melawan bodyguard bertubuh kekar itu.

Ciaat!

Bugh!

Duagh!

Meski badannya imut dan kecil tapi, jangan remehkan kemampuan Gea. Ia berhasil mengalahkan bodyguard itu dan langsung memanjat keluar gerbang.

"Gea!" teriak Michael yang berlari ke arahnya.

Gea yang telah berhasil keluar dari rumah langsung memasang ekspresi meledek padanya.

"Weekk!" Gea menjulurkan lidah pada Michael. "Siapa juga yang mau dijodohin sama orang nyebelin kayak kamu!" teriaknya dari luar gerbang.

"Aku nggak akan biarin kamu lolos, Gea!" sahut Michael.

"Bodo amat!" Gea mencebik.

"Penjaga! Cepat buka gerbangnya!" perintah Michael.

Gea langsung membelalakkan mata terkejut saat mengetahui tunangannya itu akan mengejarnya. Secepatnya ia berlari menjauh dari rumahnya. Ia semakin panik saat mendengar deru mobil dan motor mendekat ke arahnya. Gea tak menyerah. Ia masuk ke dalam sebuah gang perkampungan kecil untuk menghindari mereka.

Baru saja ia bisa sedikit bernafas lega, suara seru motor kembali membuatnya panik. Ia lupa kalau gang ini masih bisa untuk dilewati sepeda motor.

"Haaah ... capek," keluhnya.

Gea berlari cepat. Sialnya, ia salah memilih jalan buntu. Gea panik. Ia bingung harus lari ke mana sedangkan suara motor sport yang ditumpangi Michael semakin mendekat. Gea menatap sebuah pintu rumah di depannya.

'Nggak ada pilihan lain. Aku harus masuk ke rumah ini, batinnya.'

Dug, dug, dug, dug!

Gea terus menggedor-gedor pintu tapi, tak kunjung mendapatkan respon.

"Aduuhh ... harus gimana ini?" gumamnya panik.

Dug, dug, dug!

"Tolong dong, cepat bukain pintu!" pekiknya.

Tepat sebelum motor Michael tiba di gang itu, pintunya terbuka. Sebuah tangan kekar menarik kasar tangan Gea hingga ia terhuyung ke depan.

"Hhmp!" mulutnya dibekap saat ia hendak berteriak karena keterkejutannya.

"Sstt, diem! Nanti cowok itu denger suara kamu," desis pria yang berada di depannya.

Gea bersandar pada tembok. Satu tangan pria itu masih membekap mulutnya, satu lagi menyibak gorden sedikit untuk mengintip keluar. Michael celingukan mencari Gea.

"Perasaan ini jalan buntu tapi, kok ilang? Apa jangan-jangan ...." Michael menoleh ke pintu rumah di mana Gea bersembunyi.

Tok ... tok ... tok.

"Permisi!" ucap Michael.

Gea melotot. Menatap pria di depannya dengan wajah panik.

"Sstt ... kemarilah." Pria itu membawa Gea masuk ke kamarnya.

"Tunggulah di sini," ucapnya lalu berjalan ke arah pintu untuk menemui Michael.

"Ada apa, Mas?"

"Maaf, Mas. Tadi liat ada cewek lari ke sini nggak?" tanya Michael.

"Nggak ada."

"Mas yakin?" Michael memastikan.

"Maksud kamu saya bohong, gitu?"

"Nggak, Mas. Maaf. Permisi," ucap Michael lalu kembali ke motornya dan meninggalkan tempat ini.

Pria itu kembali ke kamarnya setelah Michael pergi.

"Keluarlah, cowok tadi udah nggak ada," ucapnya seraya membuka pintu.

Gea keluar kamar sembari matanya menatap ke sekeliling rumah.

"Makasih, ya, Mas." Gea tersenyum.

"Hm." Pria itu mengangguk.

"Ya udah, saya permisi. Sekali lagi makasih, ya," ucap Gea sebelum pergi keluar.

"Tunggu!" panggilan Pria itu menghentikan langkahnya.

"Ya?" Gea membalik badan.

"Nama kamu siapa?"

Gea tersenyum simpul.

"Gea. Nama saya Gea. Nama Mas?" Gea bertanya balik.

"Hasan," jawabnya singkat.

Gea manggut-manggut.

"Ok, Mas Hasan. Gea pergi dulu, ya. Daah!" Gea melambaikan tangan lalu pergi keluar.

Gea berjalan pelan sambil memikirkan hal apa yang akan ia lakukan. Hasan masih berdiri di pintu menatap kepergian Gea. Selarik senyum tercipta di sudut bibirnya.

"Aku harus pergi ke mana sekarang? Di mana aku bisa dapetin tempat aman?" tanya Gea pada diri sendiri.

Gea termenung sejenak hingga akhirnya ia tersenyum senang saat terbersit sebuah ide.

"Saatnya shopping," gumamnya riang sembari berjalan cepat meninggalkan perkampungan itu.

Gea mengunjungi sebuah mall. Ia membeli semua barang yang ia butuhkan untuk penyamaran dirinya sebagai laki-laki. Gea memutuskan untuk menyamar agar bisa terhindar dari incaran Michael. Kediaman Michael menjadi pilihannya untuk bersembunyi. Kebetulan rumah Michael sedang membuka lowongan dua orang Security untuk menjaga rumahnya. Gea akan memanfaatkan hal itu. Bekerja di sana sebagai security akan lebih aman daripada tinggal di tempat lain. Begitulah pemikirannya.

Tak hanya itu saja. Gea pun mengganti nomor ponselnya dengan nomer baru. Ia tak mau siapapun menemukan jejaknya termasuk Orangtuanya sendiri. Ia benar-benar tak bisa membayangkan jika harus menikah dengan Michael. Pria super jutek dan arogan. Ketampanannya tak bisa menutupi hal itu. Gea tak menyukainya.

avataravatar