1 Prolog

Reza memutuskan pulang dari kantor setelah semua pekerjaannya selesai. Saat tiba di rumah, seorang lelaki paruh baya menyambut kedatangannya.

"Tuan muda, Tuan telah menunggumu sedari tadi" ujar pria itu.

"Ada hal apa Ayah menungguku?!!" Reza menghentikan langkahnya

"Tuan hanya berpesan menyuruh Tuan muda untuk menemuinya"

"Dimana Ayah sekarang?"

"Di kamarnya Tuan muda, mungkin Tuan lelah dan menunggu Tuan muda sedari tadi"

"Baiklah aku akan menenuinya" ujar Reza yang kemudian pergi menuju kamar Sang Ayah.

Saat ia berada di depan pintu kamar Sang Ayah, ternyata pintu itu tidak terkunci. Reza bergegas masuk ke kamar itu, memastikan keadaan Ayahnya.

Ayahnya tertidur pulas, ia menyelimuti tubuh Sang Ayah yang terlihat nampak kurus. Saat ia bergegas pergi meninggalkan Ayahnya yang tertidur, seketika Ayahnya menggenggam tangannya. Reza membalikkan badannya.

"Za....Ayah ingin mengatakan sesuatu padamu" ujar Sang Ayah yang tiba-tiba mengambil posisi duduk.

Reza duduk di samping Sang Ayah.

"Za.. Ayah ingin kau menjalani kehidupan normal"

"Maaf Ayah, aku tak bisa" ujar Reza yang kemudian berdiri, Reza tahu apa maksud dari perkataan Ayahnya

"Ayah ingin kau menjalani kehidupan yang bahagia Za"

"Aku tahu Ayah menghawatirkan masa depanku, tapi aku lebih bahagia saat ini, dengan semua yang aku miliki dan jalani" ujar Reza yang kemudian pergi meninggalkan Ayahnya.

Reza melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya. Ia tahu apa yang Ayahnya inginkan, namun ia terlanjur merasa nyaman dengan apa yang ia jalani saat ini, menjalani kisah cinta sesama gender.

Saat Reza sampai di kamarnya, ia menghempaskan tubuhnya di sebuah ranjang yang ada. Memejamkan matanya, berusaha menghilangkan semua yang ada di benaknya.

🐾🐾🐾

"Aku ingin kita cerai"

Prank...

Terdengar suara gelas pecah.

"Kita bisa selesaikan semuanya secara baik-baik!!"

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di dalam fikiran Reza. Dimana Sang Ibu meninggalkan Ayah dan juga dirinya karna faktor ekonomi.

Reza kembali membuka matanya, ia mengambil sebuah gelas yang berisi Anggur merah. Lagi-lagi ia mengingat kenangan pahit yang berusaha ia coba untuk melupakannya.

"Za.. aku mau kita putus"

"Kenapa?, apa aku kurang perhatian terhadapmu?!!"

"Kamu tak kurang apapun Za, hanya saja kamu kurang kaya"

Reza yang lugu hanya memperhatikan gadis itu melangkah jauh pergi bersama dengan cintanya.

Seketika ia membanting gelas yang ada di genggamannya.

"Semua wanita sama saja" batinnya

Wanita yang ia cintai dan perjuangkan meninggalkannya hanya dengan alasan ekonomi. Seketika ia tertawa terbahak-bahak, seolah-olah ada sebuah lelucon untuknya. Semua kegundahan, dan rasa kecewa menjadi satu yang ia anggap sebagai lelucon.

Seketika dirinya terhuyug jatuh ke lantai, ia memperhatikan tangannya yang tergores pecahan gelas yang ia banting tadi. Reza hanya menanggapinya dengan tersenyum. Ia mencoba memejamkan matanya, kali ini terlintas kenangan indah bersama Andika sabahatnya.

Hidupnya telah berubah semenjak ia dan Andika memiliki nasib yang sama, sama-sama trauma akan wanita. Hanya saja Andika terlahir dari keluarga kaya, itu yang membedakan dirinya dengan Andika. Rasa nyaman muncul secara perlahan di antara keduanya, hingga mereka menjalin kisah cinta terlarang.

Semua yang ia miliki saat ini berkat Andika, dan kerja kerasnya, hingga berdirilah sebuah perusahaan besar yang menjadi miliknya. Apa yang Reza impikan selama ini telah terwujud, namun tidak dengan traumanya terhadap wanita, trauma itu mulai mendarah daging di dalam jiwanya.

🐾🐾🐾

Reza berangkat ke kantor di pagi buta, karna ia tak ingin terus berdebat dengan Ayahnya. Saat tiba di kantor, ia duduk di sebuah kursi putar. Kemudian ia membuka laptopnya, sejenak ia berfikir, apa yang akan ia lakukan.

Tentu saja di pagi buta seperti ini semua karyawannya belum ada yang berangkat, di tambah lagi semua pekerjaannya sudah terselesaikan semalam, karna Reza merupakan tipe yang tidak bisa mengulur waktu.

Seketika pandangannya teralih pada laptop yang berda tepat di hadapannya, karna ke isegannya ia membuka sebuah artikel mengenai "GAY", tiga huruf itu ia ketik dan munculah sebuah artikel. Tertulis pada artikel tersebut beberapa faktor penyebab Gay. Reza hanya tersenyum membaca artikel itu, seolah-olah orang bodoh yang menulisnya.

Matahari mulai menapakkan dirinya di langit, menandakan hari mulai pagi. Reza bergegas keluar dari ruangannya dengan membawa jas di bahu kirinya. Di kala semua karyawannya mulai berangkat, Sang Bos malah pergi meninggalkan kantor. Semua karyawannya tidak heran dengan keadaan itu.

Reza bergegas menuju parkiran dan masuk ke sebuah mobil pribadi miliknya, kemudian mobil itu melaju meninggalkan gedung yang menjulang tinggi itu. Setelah beberapa menit melakukan perjalanan, ahirnya ia sampai di sebuah gedung terbesar di ibukota.

Reza bergegas turun dan masuk menuju kantor itu mengenakan jas, semua orang menyambutnya dengan ramah, tentu saja mereka mengenal Reza sebagai rekan Bosnya. Reza melangkahkan kakinya menuju ruangan khusus presedir, saat ia tiba di ruangan tersebut ruangan itu tanpak kosong, tidak ada satupun orang di ruangan itu. Reza melangkahkan kakinya menuju ruang sekertaris.

"Dimana Andika?!" tanya Reza yang tiba-tiba, mengejutkan sekertaris cantik bernama Lea.

"Maaf Tuan, saya tidak tahu.. Tuan Andika sepertinya belum berangkat ke kantor" ucap Lea sedikit gugup.

Lea bisa bersikap tenang di hadapan siapapun, tapi entah kenapa ia begitu gugup di hadapan pria dingin bernama Reza.

"Jika aku tidak bertemu dengan Andika, katakan padanya kalau aku ke rumahnya!!" ujar Reza dengan tatapan dingin.

"Baik Tuan, akan saya sampaikan"

Reza melangkah pergi menjauh, Lea merasa tenang. Reza menggengam ponselnya, berusaha untuk menghubungi Andika. Ponsel itu terus berdering, namun Andika tidak mengangkat telphonenya. Reza memasukkan kembali ponselnya di saku jasnya.

Ia kembali menuju parkiran, dan bergegas masuk ke dalam mobil, mobil itu ia laju dengan kecepatan standar. Setelah tiba di sebuah Apartemen ia turun dari mobilnya dan bergegas masuk ke Apartemen itu.

Reza masuk dengan mudahnya walaupun Apartemen itu memiliki tingkat ke amanan tinggi. Hanya dengan menggunakan sidik jarinya, pintu Apartemen itu terbuka. Langkah demi langkah Reza telusuri Apartemen itu, hingga ia tiba di sebuah kamar Andika. Saat ia masuk ke kamar itu, terlihat Andika yang sedang mengenakan kemeja.

Reza duduk di ranjang yang ada, Andika sudah mengetahui akan kedatangan Reza yang tiba-tiba.

"Aku kira kau sakit" ujar Reza sembari memperhatikan Andika.

"Sepertinya kau yang terlalu bersemangat" ujar Andika sembari menoleh ke arah Reza.

Reza mengambil sebuah dasi yang tergelatak di sampingnya, ia berdiri dan mendekati Andika.

"Biar aku membantumu" ujar Reza yang membantu Andika mengenakan dasi.

Andika hanya memandangi wajah Reza, yang berfokus pada dasi itu. Setelah selasai Reza menatap wajah Andika, hingga ahirnya mereka saling bertatapan.

"Apa ada imbalan untukku"

Seketika kedua bibir pria itu saling bersentuhan.

avataravatar
Next chapter