webnovel

1

Anit menyisir rambutnya yang berantakan karna tiupan angin dan memoles liptint berwarna baby pink ke bibirnya. Riasan natural di wajahnya udah pas dan gak perlu dipoles ulang. Setelah memastikan penampilannya rapi, Anit langsung bergegas keluar toilet.

Langkah kakinya terhenti sesaat di depan layar LED. Matanya mengamati barisan nama maskapai penerbangan dan waktu kedatangan di bandara ini. Sesuai amanat Mama Letta, Anit cuma perlu konsentrasi dengan satu rute asal penerbangan. Dan itu artinya, sebentar lagi ada beberapa penerbangan dari Singapura yang bakal mendarat di bandara ini.

Drtdrt ... Anit merasakan ponselnya bergetar. Ada sebuah notifikasi pesan masuk. Dari Mama Letta. Setelah membaca isinya, Anit memasukan lagi ponsenya ke dalam tas sambil mengangguk semangat. Sebenernya sih Mama Letta gak perlu transfer-transfer uang segala. Toh bensin mobilnya masih cukup untuk keliling Jakarta sampe besok subuh dan ini masih tanggal muda. Tapi namanya rejeki anak soleha kan gak boleh ditolak.

"Permisi" Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari balik punggung Anit. "Apa kamu yang bernama Anit Putri Dirga?"

Anit menoleh ke arah asal suara dan seketika itu juga kakinya langsung lemas seperti jeli. Tatapannya nanar. Dia lagi gak salah lihat kan?

"Hai, Nit, long time no see." Angga mengulurkan tangannya, berusaha memecah ketegangan dan keheningan di antara mereka. "Apa kabar?"

Anit masih mengunci mulutnya rapat-rapat. Dia sama sekali gak menyangka bahwa Angga yang Mama Letta maksud adalah Angga yang ... Ah sudahlah! Pantes aja Anit merasa gak asing dengan wajah di foto yang dipegangnya tadi pagi. Tapi mau gimana lagi? Dia udah terlanjur basah menyanggupi permintaan Mama Letta untuk menjemput cowok paling menyebalkan yang pernah ada di kehidupan Anit ini.

"Hey? Kamu baik-baik aja?" Suara Angga lagi-lagi menyadarkan Anit sambil menurunkan uluran tangannya yang tak tersambut. "Kamu sakit?"

"Mama nyuruh gue jemput lo.", sahut Anit dingin.

"Iya, Tante Letta udah bilang tadi pagi. Makasih loh udah jemput. Anyway, kamu udah makan? Kita lunch bareng yuk sebelom ke rumah Mama Letta. Aku laper."

Anit mulai beranjak meninggalkan Angga beberapa langkah di belakangnya. Dia bener-bener sakit hati. Devil model Angga gak seharusnya ada di hadapannya lagi.

"Nit! Tunggu!"

*

Berulang kali Angga mengalihkan pandangannya ke sosok di sisi kanannya. Walopun diam, tapi Angga tau kalo daritadi Anit gelisah dan menahan sesuatu. Malah, dia juga menangkap basah cewek itu berulang kali menghela nafas dengan berat.

Sebenernya, Angga merasakan apa yang Anit rasakan. Dia juga sama sekali gak menyangka kalo ternyata Anit adalah anak Tante Letta, dan pertemuan kali ini mau gak mau membuatnya mulai merasakan lagi rasa bersalah dengan apa yang udah dilakukannya ke cewek di sebelahnya ini bertahun-tahun lalu. Pergi begitu aja tanpa penjelasan dan tanggungjawab, cewek mana coba yang gak bakal sakit hati.

Anit memarkirkan Reddie, mobil kesayangannya begitu memasuki sebuah areal tempat makan khas Korea. Sumpah demi apapun, rasanya Anit pengen meluncur bebas dari rooftop daripada harus berhadapan lagi dengan nih cowok. Sabodo amat kalo dibilang pikirannya pendek ato apalah, yang jelas semenjak dari bandara tadi ini rasanya tuh beribu-ribu kali lipat jauh lebih sakit daripada kesengat lebah satu sarang!

"Lo masuk aja duluan." Anit merogoh tasnya, berpura-pura mencari ponselnya. "Gue mau telepon staff gue sekalian mau kirim email laporan ke bos gue. Tadi belom sempet gue kirim laporannya gara-gara kecepetan jemput lo."

Angga menggeleng. "No. Aku tunggu. Kamu beresin aja dulu email laporan kamu, baru abis itu kita masuk ke dalem. Oke?"

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrgggghhh!!! Anit menghentikan aktivitasnya kemudian mencengkram stir moilnya sampe-sampe buku-buku jarinya memutih. Wajahnya memerah menahan emosi dan tangis. Dia bener-bener mengutuk hari paling tersial di hidupnya kali ini karna harus berurusan lagi dengan Angga.

"Kenapa, Nit? Tadi katanya mau telepon sekretaris kamu, kok malah nyengkrem stir mobil? Kamu baik-baik aja kan?"

Anit menghela nafas. "Kenapa lo dateng lagi di kehidupan gue? Lo belom puas bikin gue sakit hati? Lo belom puas bikin gue malu?"

Angga meraih tangan kiri Anit lalu menggenggamnya. "Ak tau gue salah, Nit, dan ak minta maaf. Kamu mau nyebut aku bajingan kek ato apa kek, silakan. Aku terima. Tapi jujur, sampe detik ini aku gak pernah lupain kamu. You're the best one for me."

Sekali lagi Anit menghela nafas. Memang seharusnya dia gak usah berlama-lama seruangan dengan makhluk paling menyebalkan ini. "Lo laper kan? Yaudah sekarang kita makan di sini aja. Abis itu terserah elo deh mau ke mana. Mama nyuruh gue buat nemenin lo sampe sore, baru abis itu bawa lo ketemuan sama Zuna."

Angga mengangguk-anggukan kepalanya. Gak pake banyak cincong dia langsung turun dari mobil dan meninggalkan Anit yang masih dongkol dengannya.

*

Anit menjatohkan tubuhnya di atas kasur empuk. Dibentangkannya kedua tangan dan kakinya sehingga membentuk sebuah bintang besar. Sekujur tubuhnya bener-bener kerasa sakit. Apalagi kepalanya, lebih sakit dibanding anggota tubuh lainnya. Hari ini bener-bener hari paling sial di sepanjang hidup Anit. Dan kesialannya bakal bertambah karna untuk beberapa hari ke depan dia bakal sering bertatap muka dengan Angga di bawah atap yang sama.

Ah!

Anit mencatat nama Angga baik-baik di ingatannya selayaknya dua sisi mata uang. Sebenarnya gak ada yang salah dengan cowok itu. Dia ganteng, tajir melintir, cerdas pula. Gak heran di umurnya yang baru kepala tiga, dia udah memimpin dua dari tiga perusahaan keluarganya. Tapi, satu-satunya yang salah cuma hatinya pernah salah menjatuhkan pilihan atas nama cowok itu.

"Kok belom tidur, Nit?" Terdengar suara khas seseorang yang sangat dikenali Anit, membuat Anit langsung melotot. "Lagi mikirin aku ya?"

Astaga! PD banget ini cowok. Anit bener-bener bakal gila lama-lama berhadapan sama nih cowok!

"Lo ngapain di kamar gue?! Siapa yang ngizinin lo masuk ke kamar gue?!"

"Jangan jutek-jutek. Nanti gak ada cowok yang naksir kamu loh.", goda Angga.

"Biarin aja gak ada yang naksir, daripada yang naksir gue modelnya kek lo. Haduh, tepok jidat mulu deh gue yang ada."

Hahahaha ... Angga gak bisa menahan dirinya untuk gak ketawa. Berhadapan dengan Anit emang selalu berhasil membuat hari-harinya penuh tawa. Bener-bener beruntung cowok yang sekarang menjadi kekasih cewek itu.

"Lo belom jawab pertanyaan gue. Lo ngapain di kamar gue?! Siapa yang ngizinin lo masuk ke kamar gue?!?

Angga meraih tangan Anit dan digenggamnya dengan kedua tangannya tapi Anit langsung menarik kembali tangannya.. "Kamu dipanggil Tante Letta sama Zuna dari tadi. Aku ketok-ketok pintu kamar kamu tapi kamunya gak keluar-keluar. Eh ternyata pintunya gak dikunci. Yaudah deh aku masuk. Eh ternyata kamu lagi ngelamun."

Oh ..

Anit langsung berdiri dan bergegas meninggalkan Angga, tapi baru beberapa langkah ada sesuatu yang menahannya. Anit bisa melihat dari kaca, bahwa satu-satunya hal yang menahan langkahnya adalah karna Angga memeluknya secara tiba-tiba dari belakang dan mengurungnya dengan kedua lengan yang melingkari dadanya.

"I miss you, Nit. I mean it." Angga berbisik lembut di telinga Anit. "I miss you."

Anit melepaskan rangkulan tangan Angga dan melanjutkan langkahnya meninggalkan cowok itu.

*

Next chapter