1 Prolog

Aku adalah seorang anak perempuan yang sangat menyayangi Ayah. Ayah adalah sosok yang selalu membuatku bahagia dan merasa spesial. Dia selalu mengajakku berbagai macam kegiatan yang menyenangkan, seperti jalan-jalan, bermain, belajar, dan lain-lain. Aku selalu menikmati setiap momen bersama Ayah.

Pada saat itu, Ayah menatapku dengan wajah yang serius dan sedih.

Aku merasa ada yang tidak beres. "Ayah, ada apa?" tanyaku dengan nada khawatir.

Ayah menghela napas panjang. "Sayang, ayah mau ngomong sesuatu sama kamu. Tapi kamu harus janji dulu sama ayah, kamu harus kuat dan sabar ya."

Aku mengangguk bingung. "Apa itu, ayah?"

Ayah menarik napas dalam-dalam. "Sayang, Ayah sakit. Sakit yang parah. Dokter bilang ayah nggak punya banyak waktu lagi."

Aku terkejut mendengar kata-kata ayah. Aku tidak percaya. Aku tidak mau percaya. "Ayah bohong kan? Ayah nggak mungkin sakit. Ayah kan sehat-sehat aja."

Aku menangis histeris. Ayah memelukku erat-erat. "Ayah nggak bohong sayang. Ini nyata. Ayah minta maaf ya udah nggak bilang dari dulu sama kamu. Ayah nggak mau kamu sedih dan khawatir."

Aku semakin menangis keras. "Ayah jangan tinggalin aku dong. Aku sayang sama ayah. Aku butuh ayah."

Ayah menenangkan aku dengan lembut. "Ayah juga sayang sama kamu sayang. Kamu adalah anak yang paling berharga buat ayah. Tapi ayah nggak bisa apa-apa sayang. Ini sudah takdir Tuhan."

Ayah menghapus air mataku dengan jari-jarinya.

"Tapi kamu jangan sedih terus ya sayang. Kamu harus tetap semangat dan bahagia ya sayang. Kamu harus terus belajar dan berkembang ya sayang. Kamu harus jadi anak yang baik dan mandiri ya sayang." Ayah tersenyum padaku dengan penuh kasih sayang. "Ayah selalu bangga sama kamu sayang."

Ayah keluar kamar dan menemui Dhani yang sedang menunggu di lobi. Ayah tampak lelah dan pucat. Ayah pun menghampiri Dhani dan menepuk pundaknya dengan lembut. Merasa bangga, senang, hormat dan kagum dengan Dhani.

"Apakah semuanya baik baik saja?" tanya Dhani dengan khawatir.

"Dokter bilang bapak harus istirahat total dan nggak boleh stres." jawab Ayah dengan suara serak.

"Titip baik-baik Jessica ya," Ucap ayah sambil menepuk bahu Dhani.

"Om nggak usah khawatir. Aku pasti bakal jagain Jess kok. Aku pasti bakal bantu Jess ngelanjutin cita-citanya." jawab Dhani sambil mengangguk yakin.

"Aku tau kamu sangat mencintai Jessica. Aku mendoakan kalian baik baik saja. Aku hanya minta jaga Jessica, anakku yang paling pintar."

Dhani tersenyum hangat kepada Ayah Jessica, merasakan hatinya dipenuhi oleh kehangatan kata-kata penuh kebaikan dari Ayah. Dalam momen itu, Ayah pun memeluk Dhani dengan erat, tercipta dekapan hangat yang mengalirkan kebahagiaan dan keharuan di antara kami. Aku, yang tak dapat menahan rasa haru, berlari sambil berlinang air mata mendekati mereka. Dalam pelukan itu, rasanya seperti seluruh kepedulian dan cinta kami menyatu dalam satu momen yang tak terlupakan.

Novel ini adalah kisah tentang kekuatan cinta yang tak tergoyahkan, tentang melawan segala rintangan yang ada di hadapan kita, dan tentang menemukan kebahagiaan sejati di tengah kegelapan. Dan sambil mengarungi hidup yang penuh dengan liku-liku. Aku memperjuangkan harapan dan memilih untuk tetap percaya bahwa cinta tak mengenal batas dan waktu. Aku berusaha untuk menemukan jalan kembali kepada Dhani, membuktikan bahwa tak ada hal yang mustahil jika kita benar-benar percaya.

avataravatar
Next chapter