1 Prolog

Musim panas di desa, saat matahari belum menunjukkan sinarnya, Aku telah bersiap menggunakan baju dan celana training dan segera pergi dari rumah.

Sebenarnya, aku tidak berniat keluar rumah kalau bukan karena konsol game yang baru saja rilis dan tentu aku tidak mau kehabisan stok.

Saat siang hari, aku telah mendapatkan konsol game yang dari dulu telah kuimpikan. rasa senang dan tidak sabar terus bergejolak dalam hatiku untuk memainkan konsol game ini.

Aku melihat keatas, matahari yang bersinar membuat mataku sakit, matahari merupakan musuh terbesarku setelah tiga hari aku belum tidur.

Di perjalanan pulang, aku bertemu dengan seorang gadis berambut panjang berwarna putih dengan mata merah merona.

Postur tubuhnya seperti seorang model dalam majalah remaja.

Berjalan membawa barang belajaan yang berat pada tangan kirinya sedangkan mata serta tangan kanannya terfokus pada daftar belanjaannya.

Apa dia penduduk baru?

Saat lampu hijau, aku melihat gadis itu masih terfokus pada daftar belanjaan miliknya dan hanya berjalan lurus.

Secara tiba-tiba terdapat bayangan besar yang bergerak dengan sangat cepat ke arah gadis itu berjalan.

Aku dengan segera berlari kearah gadis itu lalu mendorongnya menepi lalu...

****

"Dimana ini?"

Aku membuka mataku, dan melihat tempat yang sangat asing bagiku.

Semua gelap gulita dan terdapat sedikit cahaya yang secara misterius muncul dari mana.

"Selamat datang Arya dan Helena, selamat datang di alam kematian" Kata seorang yang terlihat seperti seorang dewi. dan sedang duduk di depanku.

Dewi itu kelihatan angkuh, dengan kedua tangannya yang disilangkan pada dadanya yang tidak cukup besar.

Rambutnya merah seperti cabai dan juga matanya indah. aku bahkan kesulitan untuk mengalihkan padanganku dari dewi itu karena kecantikannya.

Sebentar, apa dewi itu mengucapkan nama orang selain aku?

Helena?

Siapa?

Aku melihat ke arah kanan, dan melihat seorang gadis yang sebelumnya aku temui di jalan pulang.

Gadis itu menunduk

Helena? apa nama gadis itu Helena?

Apa yang terjadi padanya?

Kenapa dia bisa ada disini?

"Sebentar, kamu siapa?"tanyaku kepada Dewi itu.

"Aku? aku seorang dewi api bernama Yena dan kalian sedang berada dalam ruangan kerjaku, setidaknya bersikap sopanlah sedikit"

Dia mengatakan tempat gelap ini adalah ruang kerja?

"Tu-tunggu dulu, wanita ini kenapa ada disini? bukankah aku sudah menyelamatkannya?"

"Kau kesini karena kau mati begitu juga dengan dia, lagian kenapa kau menyebut dirimu penyelamat?"

"...Haa? aku kan telah mendorong dia menepi ke pinggir jalan, agar tidak tertabrak oleh truk"

"Mana ada bodoh.... Kendaraan yang kau sebut dengan truk itu adalah traktor, lagian saat kau mengira menolong dia, kau mendorong gadis itu ke pinggir kali dan membuat kepalanya menghantam bebatuan"

APA?! Jadi aku mati sia-sia dong

Sebentar, sepertinya aku mendengar hal yang penting

"Apa tadi kau bilang Traktor?"

"Hmm benar Traktor, jika saja kau tidak mendorong gadis itu, kemungkinan dia masih hidup"

"Ja-jadi aku bagaimana bisa mati? apa traktor itu menabrakku?"

"Tidak....Kau pingsan karena syok lalu saat di bawa kerumah sakit, kau mengalami serangan jantung dan pada akhirnya mati..... Pft.... Hahahaha"

Apa-apaan dewi ini, kita baru saja bertemu tapi sifatnya sungguh mengesalkan

Walau terdengar tidak sopan, aku merasa sangat ingin memukul wajahnya.

"Baru kali ini hanya karena aku gabut, bisa menjebak 2 orang sekaligus hahahahaha"

Dewi sialan.....

Dewi itu mendekat lalu mebisikkan sesuatu kepadaku : "Kau tahu, saat orang tuamu datang kerumah sakit, mereka bukannya menangis melainkan tertawa saat mendengarkan cara matimu yang konyol"

... Aku terkena serangan mental, yang membuat tubuhku seakan tidak mampu bergerak lagi.

Setelah lama Helena berada disini, dia yang hanya terus terdiam menyaksikan aku dan Yena berdebat, akhirnya membuka suara.

Dia menggaruk-garuk kepalanya dengan kuat, membuat rambutnya yang rapi menjadi berantakan

"Akhhhhh Kalian bisa diam gak sih?! aku sedang depresi"

Seketika dia mulai menangis dan membiarkan satu dua tetes air mata jatuh ke lantai.

"Ayah, Ibu... kalian dimana... Hiks... Hiksss"

Hei jangan begitu, kau membuat aku sangat merasa bersalah.

"Apa kau rindu dengan orang tuamu?"tanya Yena kepada Helena

"Iya, sudah 3 tahun aku berpisah dan saat aku pulang justru begini hasilnya"

Helena melirikan matanya dengan tajam kearahku.

Ya ampun, jangan lihat kesini. apa tidak bisa aku menghilang saja, aku merasa ingin pergi dari sini!!!

Helena berdiri lalu menarik bajuku dan menarik-nariknya sekuat mungkin sambil terus menangis.

"He-Helena tenangkan dirimu, baiklah baiklah maafkan aku. Lepaskan bajuku nanti bisa robek"

"Apa kau punya masalah denganku, kita bahkan tidak pernah bertemu, tapi kau membunuhku, padahal aku sangat ingin bertemu dengan orang tuaku ha?!"

Sial aku benci diriku!!!!!

Helena melepaskan tanganya dari bajuku lalu terduduk dalam diam di lantai.

Dia memeluk kedua kakinya, jiwanya bahkan tatapannya seakan kosong.

Aku melirik kearah Yena, dan dia kelihatan bersalah.

"Hei kau sebut dirimu dewi kan? Apa tidak ada hal yang bisa kau lakukan, setidaknya mengembalikan dia atau apakah itu yang berguna baginya"

"Tidak ada, aku tidak bisa mengembalikan seseorang kembali ke dunia sebelumnya"

"Ahh Mungkin begini jika kalian mau" Yena menyambung perkataanya

"...Apa itu?!"

"Jika kalian mau, kalian berdua dapat kureinkarnasi kedunia baru dan disana kalian bisa menjadi petualang, kedengaran menyenangkan bukan?"

"Dunia baru? Dunia seperti apa itu?

"Kau suka game kan Arya? Dan Helena kau juga menyukainya kan?

Helena terdiam, namun aku menganggukkan kepala.

"Kurang lebih seperti dunia dalam game, kalian bisa berpetualang, menjadi pahlawan dan juga bersenang-senang disana"

"Kedengarannya menarik bukan, Helena?" Tanyaku kepada Helena

Dia tidak merespon sama sekali.

"Jadi bagaimana? Apa kalian tertarik?"

"Kalau aku sih mau-mau aja, tapi mengenai Helena...."

Helena tiba-tiba memotong pembicaraanku lalu menjawab : "Aku mau"

Hal yang Helena katakan membuat aku senang, bahkan Yena sampai tersenyum.

"Baiklah kalian berdua, tidak mungkin seorang pahlawan dapat datang tanpa perlengkapan bukan? Sekarang pilihlah berbagai persenjataan, pedang atau armor untuk menemani kalian di dunia sana"

Yena memberikan kami banyak kartu bergambar senjata-senjata keren dan imba, membuat aku bahkan Helena kesulitan memilih senjata apa yang harus kami bawa ke sana.

"Hei bisa cepat sedikit kah? Masih ada orang mati lainnya yang harus aku layani..." kata Yena yang mulai bosan menunggu kami.

Yena kembali menyambung perkataannya "Tidak peduli..... baik itu armor, senjata atau bahkan pedang, itu tidak akan mengubah status kalian sebagai pemula atau veteran, karena semua bergantung pada diri sendiri"

Yena benar, semua tergantung cara kami memakai.... kami sering berlatih atau tidak, itu juga menjadi faktor penting.

Baiklah sudah kuputuskan

Yena, kau meminta aku cepat memilihkan?

Entah apa yang akan Helena pilih nanti, tapi ini adalah pilihanku.

Aku mengangkat tanganku lalu menunjukk Yena " Aku memilih kamu"

Tak kusangka, di saat aku berkata seperti itu, ternyata Helena melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan "Aku juga sama, aku memilih kamu"

Yena sejenak terdiam, sambil terus mengunyah keripik kentang di mulutnya " Baiklah kalau begitu.... jangan bergerak dari....." seketika dia berhenti berbicara.

"APA KALIAN BILANG?!" Yena berteriak panik kearah kami berdua.

Tampak cahaya putih bersinar terang di langit, dan itu merupakan malaikat dengan sayap yang indah.

Malaikat itu tersrnyum kearahku.

"Baiklah kakian bertiga telah menjadi pahlawan terpilih dari suatu dunia, kalahkanlah raja iblis lalu sebagai hadiahnya satu permintaan apapun yang kalian minta akan kukabulkan"

"Tunggu sebentar, bukan kah aku dewi, dewi itu tidak termaksud dalam daftar kan? Ini ilegak bukan... tidak tidak tidak, aku tidak mau pergi kedunia itu, kumohon hentikan..." Yena mulai menangis.

"Dewi Yena, bukankah sudah aku katakan, kalahkanlah raja iblis, jika kau ingin kembali kesini" kata malaikat itu.

Lingkaran biru bersinar di bawah kaki kami, membuka langit lalu perlahan aku, Yena, dan Helena terangkat ke atas dan membawa kami pergi dari alam kematian itu.

"Kumohon hentikan ini!!!!"

Jujur melihat ekspresi Yena yang seperti bayi itu, membuat aku dan Helena tertawa puas, karena sebelumnya dia adalah penyebab dari kejadian yang menimpa kami.

avataravatar
Next chapter