webnovel

Siapa Suruh Wajahku Cantik

Editor: Wave Literature

Pada dasarnya, percakapan selanjutnya tidak ada hubungannya dengan Zi Yi lagi.

Zi Xu dan Tuan kedua He saling mengobrol dengan sangat senang.

Setelah mereka bertiga selesai makan, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam lebih, Tuan kedua He meminta Zi Yi pergi bermain ke rumahnya.

Dalam perjalanan pulang, Zi Xu berkata kepada Zi Yi dengan tulus, "Yiyi, Tuan kedua He berpikiran begitu terbuka. Kamu pasti tidak akan ditindas oleh orang lain saat menikah dengan keluarga He. Kamu harus lebih berjuang untuk ayah."

Zi Yi melihat sekilas Zi Xu yang tenggelam dalam kegembiraan. Awalnya, dia ingin memarahinya, tetapi akhirnya tidak jadi setelah memikirkannya. 

Untuk 'ayah baik' yang selalu ingin mengikat hubungan dengan keluarga terpandang, cara terbaiknya adalah mengajarkan bagaimana rasanya mengambil keuntungan namun malah mengalami kerugian.

Setelah mereka berdua tiba di hotel, Zi Yi kembali ke kamarnya.

Baru saja waktu berlalu selama beberapa saat, Li Peirong membawa segelas susu lalu mengetuk pintu dan masuk ke dalam.

"Yiyi, bagaimana hasil pertemuanmu dan ayahmu dengan Tuan kedua He hari ini?"

Zi Yi mengangkat matanya lalu menatap Li Peirong yang terlihat peduli padanya. Lalu sudut bibirnya terangkat kemudian berkata dengan nada bicara yang terdengar sangat bangga, "Paman He sangat menyukaiku. Dia juga memintaku tinggal di Ibukota Di untuk membina hubungan dengan He Fei."

Zi Yi melihat senyuman di wajah Li Peirong membeku selama dua detik. Kemudian, Li Peirong berkata dengan nada bicara yang sangat senang, "Itu bagus sekali."

Setelah mengatakan ini, dia meletakkan susunya ke samping, hendak menarik tangan Zi Yi.

Zi Yi sedang duduk di kursi. Ketika Li Peirong mengulurkan tangannya, dia lebih cepat selangkah untuk mengambil susu.

Li Peirong merasa tersinggung.

J*lang kecil ini sungguh beruntung karena mampu membuat Tuan kedua He secara langsung memintanya untuk berpacaran dengan Tuan muda keempat He.

Apa keluarga He sudah buta?

Dari luar, dia berkata seolah-olah merasa senang, "Yiyi kita memang hebat. Bisa-bisanya mampu membuat Tuan kedua He memberi instruksi secara langsung."

Zi Yi berkata dengan sangat bangga, "Siapa suruh wajahku cantik."

Li Peirong mencibir di dalam hatinya.

Apa keluarga He akan menikahi wanita yang hanya berwajah cantik saja, namun tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan seperti dia? Mereka akan membawamu pulang hanya untuk dijadikan pajangan di rumahnya. Dari luar Li Peirong menganggukkan kepalanya dengan bangga, "Yiyi kita yang paling cantik."

Kemudian, dia mengalihkan topik pembicaraannya kemudian bertanya, "Waktu itu, apa yang dikatakan oleh Tuan kedua He kepada kalian?"

Dia tidak percaya bahwa tokoh besar seperti Tuan kedua He bisa menyukai Zi Yi.

Zi Yi berpura-pura berpikir sebentar kemudian berkata, "Dia menyebut kakekku."

Begitu mendengarnya, akhirnya Li Peirong mengetahuinya.

Ternyata Keluarga He bertindak seperti ini karena kakek j*lang kecil ini. Dia mencibir di dalam hatinya, tiba-tiba muncul sebuah ide yang jahat di benaknya.

Kemudian, dia langsung keluar.

Begitu Li Peirong keluar, Zi Yi mengunci pintu kamarnya lalu menyalakan komputer.

Dia harus menghasilkan uang yang cukup untuk membeli rumah malam ini.

Pukul satu pagi.

Ruang rapat di lantai teratas kantor pusat keluarga Lu.

Sekumpulan petinggi perusahaan menatap lekat layar komputer di depan mereka dengan wajah serius, sepuluh jari tangan mereka mengetik dengan cepat di atas keyboard.

Layar komputer mereka terdapat grafik yang berfluktuasi.

Sekretaris melaporkan dengan cepat, "Perusahaan Ding Qie'er sudah bergabung dan memasukkan dana sebesar 20 miliar."

"Perusahaan NL memasukkan dana sebesar 25 miliar."

"Perusahaan S memasukkan dana sebesar 20 miliar."

…...

Setelah selesai melaporkan semua perusahaan yang telah memasukkan dana, sekretaris itu menatap Lu Jingye yang duduk di sana dengan ekspresi yang tidak berubah, "Tuan Muda Kedua, kapan kita bergerak?"

"Tidak perlu terburu-buru."

Layar komputer di depan Lu Jingye juga menampilkan grafik kurva yang saling berpotongan. Ketika melihat kurva yang terus bergerak turun atau naik di layar, orang awam tidak mengerti, tetapi para ahli sudah gila sekarang.

Malam ini, beberapa grup perusahaan besar sedang sama-sama melawan grup keluarga Lu hanya karena grup keluarga Lu terlalu kuat dan ganas dalam dua tahun terakhir ini, karena keluarga Lu menghalangi sumber kekayaan mereka sehingga mereka berencana untuk menghilangkan kekuatannya.

Perang ekonomi tanpa bubuk mesiu tidak kalah dahsyatnya dengan perang yang sebenarnya.

Begitu tidak hati-hati, maka bisa membuat Grup keluarga Lu tidak bisa membalikkan situasi yang merugikan.

Ponsel Lu Jingye yang terletak di samping itu berdering.

Kemudian, dia mengambil ponselnya dan menggeser tombol jawab panggilan lalu dia meletakkannya di telinganya, terdengar suara orang bertanya dengan nada khawatir dari mikrofon.

Nada bicara Lu Jingye terdengar tenang dengan kemampuan menenangkan yang kuat, "Tenang saja, mereka tidak dapat melukai grup keluarga Lu sedikit pun."