19 Poin Kejahatan yang Terbagi

"Tenanglah, dia baik-baik saja. Beruntung dia tidak mengalami luka parah." Ameera mengelus pelan punggung temannya dengan pelan.

Sarah masih sedikit gemetar, dia bingung dengan dirinya sendiri. Dia baru saja memukul suaminha dengan botol minuman dengan sangat keras hingga terluka dan tak sadarkan diri. Anaknya yang masih bayi telah dititipkan pada seorang dokter anak yang kebetulan dikenal oleh Ameera karena rumah kontrakan mereka berdekatan.

Ameera sangat mengkhawatirkan keadaan bayi itu karena sudah beberapa hari terakhir dia selalu diasuh dengan pertengkaran dan kekerasan yang terjadi antara kedua orang tuanya.

Dokter Yuki, perempuan berusia tiga puluh tahun yang belum memiliki anak dari pernikahannya yang telah berusia dua tahun. Dia sempat berbincang dengan Ameera mengenai keinginannya mengadopsi bayi Sarah, namun Ameera tidak mengijinkannya karena menurutnya Sarah masih memiliki hak penuh atas bayinya itu sehingga walau bagaimanapun Sarahlah yang harus merawat bayinya itu.

Sarah menyandarkan kepalanya di bahu Ameera, napasnya masih tersengal karena dia menahan tangisnya

"Aku bukan pembunuh, Ameera. Dia yang mencekikku, dia yang hendak membunuhku. Aku hanya melindungi diri," isak Sarah di bahu Ameera.

"Iya aku tahu. Nanti ceritakan semuanya pada pengacara. Aku yakin, Raina akan menemukan pengacara yang tepat untukmu," ujar Ameera seraya mengelus bahu temannya itu.

Sarah hanya mengangguk lemah. Matanya masih bengkak dengan tangan yang masih gemetar menggenggam tangan Ameera erat.

Tidak berselamg lama, Raina dan Neandro datang bersama dengan seorang lelaki yang berpakaian rapi dengan stelan serba hitam dengan dasi berwarna ungu. Aku memindai tubuh oria itu, dia sangat tinggi, kurasa dia hampir sama dengan pria yang meminjamkanku payung beberapa hari lalu, hanya saja pria ini nampak ramah denhan senyumnya yang telah dilayangkan sejak awal datang.

"Hai, bagaimana keadaan kalian?" tanya Neandro yang sangat khawatir.

Sarah adalah mantan kekasih Neandro saat masih berseragam putih abu-abu, tentu saja mereka saling kenal. Ameera bahkan mengenal Sarah, karena dia sempat bertemu ketika dia berkunjung ke kafe dan sedikit berbincang dengan Neandro. Ameera tahu kakaknya itu tidak terbuka dengan sembarang orang, sehingga dia menebak kalau kakaknya dan Sarah pernah menjalin hubungan yang cukup dekat.

Raina tidak begitu peduli dengan kisah itu, dia hanya fokus kalau Neandro sekarang adalah miliknya dan Sarah telah berkeluarga.

"Perkenalkan ini Kak Nao. Dia adalah pengacara muda yang sangat hebat, bahkan telah mengurus banyak kasus sejak dia mendapat gelar sarjananya. Dia adalah teman baik kakak sepupuku, dia juga yang telah mengurus masalah dari rekan sepupuku. Dia adalah ...," Raina belum selesai memperkenalkan pria yang bergaya rambut rapi dengan belah pinggir itu namun Sarah sudah menggeleng sambil bergumam tidak begitu jelas.

"Ada apa Sarah?" tanya Ameera yang membantu menegakkan tubuh temannya.

"Aku tidak ingin bercerai," bisik Sarah.

Semua orang saling bertukar pandang sekarang.

"Maksudmu? Kamu ingin bertahan dengan pria itu? Dia sudah menyakitimu dan mengucapkan kalimat perpisahan dengan kasar." Ameera menatap lekat Sarah.

Ibu muda itu kembali menggeleng, ikatan rambutnya yang berantakan membuatnya semakin nampak menyedihkan. "Dia masih mencintaiku, dia masih menginginkanku. Dia kasar hanya karena dia mabuk, Ameera. Aku yakin dia akan berubah dan berhenti mabuk lalu mencintaiku sepenuh hati," gumam Sarah.

"Dia bukan pria yang baik," celetuk kak Neo yang sejak tadi banyak menyimak. "Maaf bukan bermaksud ikut campur. Tapi aku menangani banyak kasus yang seperti ini. Jika seorang pria telah memperlakukan kasar wanitanya, juga tidak memberikan nafkah itu adalah ciri dari pria yang tidak bertanggung jawab. Terlebih lagi dia adalah pengangguran dan oemabuk, itu sudah sangat jelas kalau dia bukan orang yang baik. Percayalah, kurasa berpisah adalah pilihan yang tepat."

Semua orang kini mendengarkan kak Nao berbicara.

"Pikirkanlah masa depan anakmi juga. Apakah kalian dapat bertahan dengan tanpa adanya uang dan tanggung jawab dari seorang ayah?" tanya pengacara Nao lagi.

Ameera mengangguk lemah, dia kembali mengelus bahu Sarah. "Pikirkan baik-baik, Sarah. Ini bukan tentang dirimu saja, tetapi juga tentang anakmu."

"Sarah, ...." Neandro sedikit mendekat, namun Raina telah meliriknya tak suka. "Kami hanya orang luar yang dapat memberikan saran yang mungkin itu terbaik untukmu, menurut kami. Tapi keputusannya tetap ditanganmu. Tolong pertimbangkan benar-benar. Kami sebagai teman, tidak suka jika kamu selalu mengalami hari yang buruk."

Sarah menatap Neandro sejenak, lalu dia menatap Raina dan Ameera bersamaan. "Dia sungguh masih mencintaiku," ujarnya.

"Apakah kamu merasa nyaman dan aman saat bersamanya?" tanya Raina yang berdiri di dekat Ameera dan Sarah yang duduk.

Sarah menatap kosong Raina. Dia belum memikirkan jawaban apapun di kepalanya.

Sarah menundukkan kepalanya. Bayang-bayang sikap kasar suaminya mulai terlintas di kepalanya. Suaminya sangat hobi mabuk, marah dan juga memukulnya. Tak jarang bayinya juga menjadi sasaran temperamen sang ayah.

Sarah menggeleng seketika, lalu dia menatap mantap Ameera yang duduk di sampingnya. Dia juga menatap pengacara Nao dengan tatapan oenuh harap.

"Aku sudah memutuskannya kalau aku ingin berpisah."

Deg.

Walau sudah menduga keputusan temannya itu, namun Ameera sedikit tersentak dengan jawaban Sarah. Berpisah, bukanlah keputusan yang mudah baginya, Ameera yakin itu. Sarah bahkan harus menanggung hidupnya dan bayinya seorang diri.

Berat, Ameera hanya membayangkannya saja sudah merasa sedih. Segera dipeluknya Sarah dengan erat.

"Kamu akan baik-baik saja. Aku yakin," ujarnya dengan ikut meneteskan air mata.

Kasus oerceraian Sarah dan suaminya bukanlah kasus yang oertama untuk Nao, namun ini cukup menarik karena ada banyak kejahatan yang melatarbelakangi keputusan pisah ini.

Ketamakan sang suami, kejahatannya, semuanya membuat hidup Sarah sangat tidak tenang. Juga sang istri yang mencoba untuk membunuh suaminya itu sangat menarik bagi Nao.

Sayangnya, itu semua bukanlah karena bisikan dirinya. Itu adalah hasil kerja rivalnya, sesama iblis yang memiliki tujuan sama, hanya saja status mereka berbeda.

Nao menyeringai tipis. Dia mengangfukkan kepala menyakinkan Sarah kalau dia akan menjadi pengurus kasus terbaik untuk ibu muda itu.

Walaupun kasus itu tidak seoenuhnya menjadi poin kejahatannya, setidaknya dia telah membantu proses perceraian sehingga dia tetap akan mendapatkan poin yang seimbang.

"Dia payah! Seharusnya dia memantau dan memastikan poinnya dia dapatkan sepenuhnya," gumam Nao pada dirinya sendiri. Dia sedang membahas Barra, rekannya itu memang terbilang cuek dengan poin kejahatannya.

Tidak jarang, Nao lah yang menyelesaikannya sehingga poinnya pun harus terbagi dua. Barra tidak menyadari itu, dia hanya menggerutu dan terus melakukan kejahatan lain dengan 'nanggung' lagi.

Sarah, dengan didampingi oleh ketiga temannya mulai mempersiapkan berkas-berkas untuk mengurus perpisahannya dengan sang suami.

Ameera, adalah teman yang akan membantu menjaga suami Sarah. Dia juga yang akan memberitahukan kepada pria itu mengenai keputusan Sarah. Perlahan, Ameera menyampaikan semuanya dengan sangat jelas.

Tanpa mempedulikan air mata pria itu yang berlinang, Ameera tetap akan mendukung keputusan Sarah sebagai teman lamanya itu.

***

avataravatar
Next chapter