4 Pertandingan Basket

Ameera bangun telat dan ketinggalan bis menuju kampusnya hingga dia memesan ojek online untuk berangkat kuliah. Dia bahkan belum sempat mengikat rambutnya saat driver sudah tiba di depan kontrakan.

Dengan terburu-buru, dia memasang kedua sepatunya sambil keluar rumah dan segera naik ke motor tanpa mengikat rambut dan merapikan pakaiannya.

"Cepat pak, aku sudah telat!" perintahnya pada driver yang langsung nurut.

Dilihatnya jam tangan yang menunjukkan waktu masuk kelas telah lewat lima belas menit yang lalu. Walau agak panik, Ameera mencoba tenang karena bagaimanapun dia akan tetap datang terlambat.

Saat di lampu merah, ada seorang nenek yang hendak menyeberang jalan namun nampak ragu. Segera saja dia turun dari motor dan minta driver untuk menunggunya sebentar.

Ameera menghampiri nenek itu dan membantunya untuk menyeberang, namun diluar dugaan saat mereka berada di tengah jalan, dari arah kanan mereka ada mobil yang melaju kencang menerobos lampu merah.

Tanpa aba-aba, Ameera segera menarik mundur nenek itu dengan sangat kuat hingga mereka terlempar dan terjatuh lumayan jauh. Mobil yang melaju itu berhenti setelah menabrak trotoar tepi jalan dan langsung mengeluarkan asap tebal.

Ameera tidak menghiraukan mobil itu, dia langsung membantu sang nenek untuk bangun. Dia sangat meminta maaf karena telah membuat nenek itu terjatuh, dia segera meminta pengemudi ojek onlinenya untuk mengantar sang nenek ke tempat tujuan.

"Saya membayarnya lewat aplikasi saja pak ya. Terimakasih sebelumnya," ujar Ameera kepada pengemudi ojek online.

Sang nenek berterimakasih kepada Ameera, tetapi Ameera merasa tidak pantas untuk itu. Dia bahkan berkali-kali meminta maaf kepada sang nenek mengenai kejadian tadi.

Ameera telah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki karena jarak kampusnya sudah tidak begitu jauh, jika dia kembali memesan ojek online maka dia akan kehilangan dua anggaran pengeluaran dalam sehari.

Tidak lagi menghiraukan jam kelas, dia menikmati perjalanannya seraya mengikat rambut panjang bergelombangnya yang baru dia cat coklat gelap.

Celana jeans, kaos oversize dengan jaket kampus kebanggannya adalah outfit andalan mahasiswi jurusan teknik arsitektur itu. Lipstick berwarna merah adalah andalannya yang lain hingga menjadi ciri khas dari seorang Ameera Saveri di jurusan yang di dominasi kaum adam.

Sesampainya di kelas, Al telah tidak ada di tempat. Dia tau kalau pria itu telah bersiap untuk melakukan pertandingan basket. Dia menyalin sebentar catatan dari temannya untuk mata kuliah yang tadi dilewatkannya, lalu setelahnya dia akan menuju lapangan basket di gedung olahraga.

Disimpannya jaket kampus kebanggaannya itu dalam tas, Ameera pergi ke kantin untuk membeli air mineral dan minuman energi yang biasa diminum oleh Al saat istirahat pertandingan.

Samar-samar dia mendengar suara perempuan manja yang selalu memanggil Neandro 'By'. Dia menoleh dan benar saja, perempuan itu sedang bersama teman-temannya menuju gedung olahraga. Seketika dia teringat kalau hari ini adalah pertandingan Al melawan tim Neandro.

Ameera mehela napas kasar, dia sudah sangat paham kalau bosnya itu akan memandanginya tak suka ketika di lapangan karena pria dingin itu tidak menyukai Al sehingga dia juga tidak menyukai jika pria itu menjadi client dari Ameera.

Ameera mencari tempat duduk yang dekat dengan lapangan, di sisi tempat Al kemungkinan akan mampir untuk mengambil minum darinya.

Pertandingan sudah berlangsung hampir setengah babak, hal itu membuat Ameera ketinggalan banyak momen karena sementara tim Neandro lah yang unggul.

"Ka …." Ameera mengurungkan niatnya untuk meneriaki Neandro karena dari bangku atas terdengar teriakan nyaring dari kekasih lelaki itu.

"By, semangat!"

Ameera hanya mengangguk pelan seraya senyum tipis, pria yang dianggapnya kakak itu kini telah ada yang memiliki sehingga dia tidak lagi dapat bersikap seperti saat mereka masih kekanakan, selalu bersama dan sangat akrab.

Manik matanya terpaut dengan tatapan Al dari sisi lapangan yang lain. Pria itu tersenyum kembali memamerkan gigi lucunya. Hal itu membuat banyak mahasiswi histeris menggila karena terpana ketampanan sang kapten basket dari tim teknik arsitektur itu.

Ameera tersenyum lebar. Dia tidak tahu apa yang bahkan sedang dia lakukan kini. Duduk menyemangati seorang pria dengan bayaran yang telah ditentukan. Setelah inipun dapat dipastikan dia akan menemani pria itu istirahat, juga dengan bayaran yang telah ditentukan.

Semua hal yang ia lakukan bersama seorang pria selalu berakhir dengan uang sesuai dengan ketentuan yang telah ia buat sendiri. Bahkan bersama dengan Neandropun dia akan dibayar setelahnya, hanya saja itu adalah gaji bukan biaya sewa. Hanya satu orang yang tidak pernah membayarnya setelah melakukan sebuah aktivitas, yaitu Teza.

Teza Tristan, pria lembut yang menjadi 'kakak tertua' untuk Ameera dan Neandro sejak mereka masih di panti asuhan. Kini pria yang sempat menjadi atlet lari provinsi itu telah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta dan hanya sebulan sekali pulang untuk menemui kedua adiknya.

Drrtt drrttt

"Malam ini aku akan terbang ke Banjarmasin lalu menuju panti. Besok kita bertemu, oke?"

Ameera langsung tersenyum lebar setelah membaca pesan itu. Baru saja dia memikirkannya, kini sosok itu akan segera hadir dan dapat ditemuinya secara langsung.

"Oke. Jangan lupakan oleh-oleh untukku."

Balas.

Ameera menggenggam ponselnya erat, tidak dapat dipungkiri kalau perasaannya sedang sangat senang sekarang. Bahkan dia terus menampakkan senyumnya kepada semua orang.

"Astaga, ada wanita simpanan disini. Kuharap dia tidak sedang menggoda pria-pria tampan itu."

Spontan, Ameera menoleh ke arah sumber suara dan didapatinya sosok perempuan berambut pendek dengan permen lollipop sedang bergosip di sampingnya.

"Wow dia menoleh, apa itu artinya dia merasa kalau dirinya adalah wanita simpanan?" ujarnya lagi dengan teman-temannya.

Ameera tidak menghiraukannya, dia masih menyunggingkan senyumnya kepada semua orang. Dia kembali membaca pesan dari Teza untuk menjaga mood nya.

"Aku tidak sabar besok," gumamnya.

"Apa dia akan mendapat hadiah dari 'Sugar Daddy' nya sampai bahagia berlebihan seperti itu?"

"Kurasa iya, atau …."

Ameera terus tersenyum ke arah lapangan mencoba untuk menjadi tuli walau suara dari perempuan bernama Yoana itu masih terdengar dengan jelas.

Saat istirahat pertandingan, Al tidak menghampiri Ameera tetapi pria itu malah menghampiri perempuan lain dari jurusan olahraga. Ameera agak bingung, tapi dia bersikap biasa saja dan hanya tetap duduk dengan tenang hingga dia dipanggil oleh suara manja.

"Ameera! Apa kamu tuli hah? Aku sudah memanggilmu berulang kali tapi kamu tidak mendengarku sama sekali?" cecar Raina yang menghampirinya.

"Maaf, aku benar-benar tidak mendengarmu."

"Hah kamu selalu saja menyebalkan!" kata Raina yang mengernyitkan dahi tak suka. "Itu, air mineral dan minuman energy milikmu. Aku akan memberikannya untuk Neandro karena aku lupa membelinya tadi. Nanti akan ku ganti uangnya," sambungnya lagi.

"Oh silahkan, aku membeli dalam jumlah lebih. Kamu tidak perlu menggantinya, kan kamu kekasih Neandro jadi aku memberi secara cuma-cuma."

"Ah tidak! Aku akan tetap mengganti uangnya karena aku tidak mau ini akan menjadi modusmu untuk dapat semakin dekat dengan pacarku!" ujar Raina kethus sambil membawa minuman Ameera.

"Oke …." Sahut Ameera lirih. Dia tidak ingin berdebat panjang lebar dengan perempuan itu. Hanya akan membuang energinya.

***

avataravatar
Next chapter