15 Pekerjaan Kedua Barra

Matahari telah menyinari bumi dengan hangatnya. Suara kicauan burung gereja membuat siapa saja yang mendengarnya akan berpikiran kalau hari ini adalah hari yang cerah.

Seorang iblis yang hidup di dunia manusia, masih menikmati lelapnya di atas tempat tidur dengan berselimut sutra yang lembut. Rambut coklatnya berantakan kesana kemari namun dia tidak mempedulikannya. Dia bahkan masih mengenakan hoodie kuning yang dipakainya semalam saat keluar mengantar seniornya pulang.

Aroma strawberry memenuhi ruangannya. Itu adalah aroma kesukaannya, aroma yang akan membuatnya mudah tertidur dengan nyenyak.

Ponselnya berdering beberapa kali, dia masih tidak menghiraukannya dan menikmati lelapnya. Tapi benda itu kembali berdering menunjukkan sebuah panggilan dengan nomor yang tersimpan dengan nama 'Perempuan 1'.

Dengan malas, lelaki itu meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja dekat tempat tidurnya. Dia bahkan hingga bergulung di tempat tidur untuk mendekatkan tubuhnya pada meja.

Segera diraihnya dan diangkanya dengan malas.

"Iya halo," suaranya masih sangat parau. Dia segera menyandarkan tubuhnya dan mengusap wajahnya malas.

"Halo Pria Tampan. Aku sangat beruntung kamu mengangkatnya, ini sangat mendesak bisakah kamu membantuku. Maksudku, bisakah aku menyewamu sekarang?"

"Hah?" Barra masih mengumpulkan nyawa, memperjelas pendengarannya yang masih terganggu kantuk.

"Aku akan menyewamu sekarang, selama dua belas jam. Bisa kan?" kembali terdengar suara dibalik telpon.

Barra melihat ke arah dinding kacanya yang sudah membiaskan cahaya matahari terang, ini saatnya dia mengenakan setelan hitam, bukan pakaian manusia yang casual.

Tahu kalau lawan bicaranya sedang berpikir keras, perempuan itu kembali memberinya pnawaran. "Aku akan membayarmu dua kali lipat, aku juga akan membelikanmu apapun yang kamu inginkan. Kumohon bantulah, oke?"

Barra menggaruk kepalanya. Sejenak dia berpikir, mungkin jika dia membolos sehari dari hukuman Ketua mungkin tidak akan masalah. Lagipula dia masih tetap dapat melakukan tugasnya untuk menggoda manusia melakukan dosa walau tidak sedang mengenakan setelan hitam milik alam baka.

Dia memutuskan pilihannya dengan pikirannya sendiri.

"Tidak perlu membayar dua kali lipat, bayarlah dengan tarif biasa. Kirimkan lewat pesan kemana aku harus menuju dan apa yang harus kulakukan."

Barra sangat yakin kali ini.

Walau belum pernah sebelumnya dia mengenakan pakaian manusia di saat siang, ini akan membuat dirinya menjadi iblis keren, pikirnya singkat.

Segera saja dia bangkit dari tempat tidur dan meregangkan otot tubuhnya yang kaku. Dia sedikit menggeliat dan membunyikan persendiannya untuk beberapa saat. Dia juga merapikan tempat tidurnya sebelum pergi mandi.

Tidak perlu lama, Barra hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk mandi. Dia segera memilih pakaian yang hendak ia pakai. Ia telah mendapatkan rincian tugasnya melalui pesan.

Perempuan 1, memintanya untuk mengenakan pakaian casual karena mereka hanya akan pergi menikmati pagi di pasar terapung. Entah apa yang begitu mendesak, tapi Barra tidak mempedulikannya. Dia hanya akan melakukan pekerjaannya dengan baik sebagai pacar sewaan, juga akan melakukan tugasnya sebagai iblis disaat yang bersamaan.

Kaos pendek berwarna hijau army dipadukan dengan celana jins panjang berwarna gelap sangat kontras dengan warna kulitnya yang cerah. Dia mengenakan sebuah kalung untuk aksesoris di lehernya, dirapikannya rambut dengan gaya terkini yang sedang populer di kalangan lelaki muda di kota.

Tak lupa jaket kulitnya, dia pergi dengan tetap membawa catatan kecil miliknya.

Sebuah mobil sport berwarna kuning yang terparkir di bagian paling ujung didatanginya. Itu adalah mobil hasil dari kerjanya selama hidup di dunia manusia. Tidak heran, memang dua ratus lima puluh tahun itu bukan waktu yang sedikit untuk mengumpulkan uang.

Gavin pernah menanyainya mengenai pekerjaannya di dunia manusia, Barra tidak pernah menjawab. Dia hanya mengatakan kalau dirinya hanya melakukan pekerjaan yang akan membuatnya senang, tidak membuatnya pusing dan mendapatkan uang yang banyak dengan mudah.

"Benar-benar ya, sekarang di kepalamu hanya berisi tentang uang?" begitu reaksi Gavin saat ia mengatakan mengenai kehidupannya di dunia manusia.

"Aku dibuang ke dunia dengan tanpa bekal. Hanya satu koper uang dari alam baka, itu segera habis karena disini semuanya serba membutuhkan uang. Aku tidak akan dapat bertahan di dunia manusia dan menyelesaikan hukuman dengan baik jika tidak memiliki uang," jawab Barra dengan pernyataan yang sangat masuk akal.

Dia tahu, sebenarnya dia juga dapat menjadi iblis saat malam, hanya saja dia tidak dapat sepenuhnya karena energinya berkurang selama tidak ada matahari. Sesekali dia juga melakukan tugasnya untuk menyelesaikan hukuman dari Ketua saat malam, namun itu hanya ketika dia ingin atau ketika dirinya tidak sedang memiliki pekerjaan yang lain.

Barra menjemput seorang perempuan cantik di sebuah perumahan elit yang tidak jauh dari apartemennya. Perempuan itu merias diri dengan agak berlebihan, bibirnya bahkan hingga merah mengingatkan Barra pada wajah Ketua Dewan Iblis saat sedang berubah karena amarahnya yang tak terbendung.

"Apa aku sudah cukup menggoda dengan penampilan seperti ini?" tanyanya dengan beberapa kali mengedipkan matanya dengan genit pada Barra.

Barra memandanginya belum bereaksi, celana perempuan itu pendek berwarna putih diatas lutut. Kaos berwarna merah muda yang cukup lebar menutup sebagian tubuh kurusnya. Cantik, namun Barra tidak mengerti apa itu 'Tergoda' yang dimaksud olehnya.

Perempuan itu bernama Sesil, begitu dia menjelaskan pada Barra agar mereka tidak canggung jika berakting menjadi pasangan harmonis.

"Aku akan bertemu dengan mantan kekasihku. Dia baru pulang dari ibu kota dan ini adalah pertemuan kami yang pertama sejak dua tahun terakhir. Aku ingin dia terkesan dan kembali jatuh cinta padaku," ujar perempuan itu kembali menepukkan spon bedak di wajahnya.

Hal yang tidak asing untuk dilihat olehnya, karena dia telah bertemu dengan banyak perempuan yang seperti ini. Namun dia tidak pernah merasakan apapun ketika berada di dekatnya.

Seketika Barra menyentuh dadanya, memastikan kalau jantungnya berdetak dengan normal. Kembali memiringkan kepalanya, dia hanya berdesis kembali mengingat keadaan jantungnya semalam.

Mereka tiba di parkiran pasar terapung. Segera diliriknya jam tangan yang ia kenakan, ini sudah cukup siang dan juga bukan merupakan akhir pekan tetapi pengunjung tempat itu sangatlah padat. Barra mehela napas panjang, dia harus kembali siap dengan banyaknya sentuhan dari manusia yang tidak ia sukai.

Cukup lama mereka hanya duduk di mobil. Barra beberapa kali menoleh pada Sesil yang masih memantau ponselnya.

"Apa kalian janjian disini?" tanya Barra.

"Tidak. Maksudku, kami tidak janjian."

"Maksudmu?" Barra mengernyitkan dahinya.

Sesil menarik napas, dia nampak gugup. "Kami tidak janjian karena kami sudah tidak lagi saling bertukar kabar. Aku hanya memantaunya dari sosial media miliknya. Maka dari itu aku ingin kamu menemaniku agar aku tidak begitu menyedihkan karena jomlo, lalu kita seolah bertemu dengan tidak sengaja di tempat ini. Lalu aku akan menggodanya lagi, ihihi"

Barra memijat dahinya pelan. Dia merasa sangat kesal karena tidak menangkap maksud dari perempuan itu sejak awal.

***

avataravatar
Next chapter