12 Kak Teza

"Kak Teza!" pekik Ameera yang baru saja tiba di kafe dengan kantongan berisi beberapa bahan untuk di dapur.

Dia segera menghampiri pria berkemeja abu yang sedang menikmati smootienya. Dia meletakkan kantongan tadi di atas meja kasir yang segera disambut oleh Neandro.

"Kok kak Teza sudah disini?"

"Aku pelanggan pertama kafe ini," sahut Teza dengan senyumnya yang mendebarkan hati Ameera. "Kamu kenapa terlambat? Seharusnya diberikan hukuman jika begini," ujarnya lagi seraya menjentikkan jemarinya di dahi Ameera dengan keras.

Spontan Ameera mengaduh dan cemberut kesakitan. "Aku harus belanja dulu. Tadi juga ketemu sama temen lama jadinya ngobrol bentar baru pulang," jawab Ameera dengan tampang kekanakan. Membuat Teza gemas dan mengulum senyumnya sendiri.

"Coba lihatlah adik kecil ini. Dia masih sangat manja seperti dulu, Neandro. Tidak berubah sedikitpun, haha" Teza mencubit pelan pipi Ameera.

"Ya begitulah kak. Dia sangat manja, makanya tidak ada lelaki yang tertarik dengannya," sahut Neandro yang sedang sibuk dengan berkafeannya.

"Enak aja! Mereka tertarik ya namun tidak menampakkannya. Lagian nih kalau dia tidak tertarik mana mungkin mereka akan menghubungiku duluan?" sahut Ameera dengan sangat percaya diri.

Neandro dan Teza terkekeh. Mereka yang selalu ingin menikmati waktu bersama ini sangat menyukai momen bertiga. Mereka selalu merasa lebih baik dan seolah lebih hidup jika bersama.

Masa kecil Ameera bersama dengan dua kakaknya itu memiliki banyak kenangan yang membuat hubungan ketiganya sangat harmonis. Walau seringkali berselisih paham karena suatu hal, mereka bertiga tetap mampu menjalin hubungan dengan baik.

Ameera yang paling cengeng dari ketiganya. Neandro adalah yang paling pendiam, sementara Teza adalah yang paling keren, setidaknya itu yang dipikirkan Ameera.

Teza memiliki jiwa yang sangat lembut, penuh dengan perhatian juga kehangatan. Dia adalah orang nomor satu yang selalu ada disamping saudaranya jika ada yang hal yang membuat mereka tidak nyaman atau bahkan menangis. Teza adalah pelindung dari Neandro dan Ameera, walaupun sebenarnya dia juga memerlukan sandaran namun dia tidak pernah menampakkan itu.

Neandro tahu, namun dengan sikap dinginnya dia hanya membalas perhatian dan kehangatan Teza dengan caranya sendiri.

"Kak mau coba kue coklat menu terbaru? Ini hasil karyaku sama kak Neandro bulan lalu. Banyak pengunjung yang menyukainya, mereka bilang ini masterpiece." Ameera berjalan dengan membawa baki berisi beberapa cup kue coklat dengan topping meses warna warni.

"Biarkan aku mencoba satu." Teza duduk di salah satu meja tamu. Dia hari ini adalah tamu yang benar-benar istimewa, karena sejak tadi tidak ada pengunjung lain yang datang ke kafe sehingga Neandro dan Ameera hanya fokus kepadaTeza.

"Cobalah. Tapi jika boleh jujur aku kurang menyukai toppingnya, tapi ini ide dari kak Neandro. Aku sangat sungkan jika menolak idenya," ujar Ameera sedikit berbisik mencoba untuk menutupi dari Neandro.

Sayangnya si pemilik kafe itu mendengarnya, dia segera mengacak rambut Ameera saat menghampiri keduanya di kursi pengunjung.

"Aku hanya menyarankan, kan semua keputusannya ditanganmu," celetuk Neandro tak ingin disalahkan.

Ameera hanya tertawa ringan. Pandangannya lekat dengan Teza seolah tidak ingin berkedip walau hanya sesaat. Neandro tahu itu, dia tahu kalau Ameera memang sudah sangat merindukan Teza yang telah sibuk dengan dunia kerja dan tidak dapat lagi bergaul dengan mereka seperti sedia kala.

"Ameera. Aku ada rencana mau jalan keliling kota saat pagi. Mau nemenin aku?" tanya Teza sambil memakan kuenya.

Neandro meliriknya sedikit.

"Besok pagi ya? Aku ada kelas sih kak. Kalau siang kosong. Kakak nggak mau siang aja gitu?"

"Ehmm aku siang ada janji sama temen. Kalau kamu nggak bisa ya tidak perlu repot. Aku bisa sendiri, aku juga masih banyak hapal jalanan sekitar," ujar Teza dengan senyumnya.

"Tapi aku pastikan dulu ya, kadang dosennya suka absen juga karena beliau sedang menjaga anak yang sedang sakit."

"Begitu? Baiklah."

Neandro tidak bereaksi, hanya menoleh keduanya secara bergantian. Neandro segera menghampiri Teza ketika mereka hanya berdua, sementara Ameera ke dapur untuk membersihkan bekas makan mereka.

"Kak Teza mau ajak Ameera kemana besok?" tanyanya tanpa basa basi.

Teza yang sedang memainkan ponsel hanya menolehnya sesaat dan menyelesaikan urusan di ponsel terlebihdulu.

"Mungkin ke air mancur, pasar terapung, lalu ke food court. Aku hanya ingin menikmati pagi di Banjarmasin sebelum pulang lusa. Kenapa? Kamu mau ikut juga?"

"Tidak," Neandro menggeleng. Dia menyesap smootienya yang sudah hampir habis.

Teza menyeringai, dia tertawa ringan sambil menepuk bahu Neandro. "Kamu khawatir kan? Kamu takut aku membuatnya sakit hati?"

Neandro hanya menatap kakaknya itu tak bereaksi.

"Aku tidak ada niat apapun, Neandro. Kamu tahu aku selalu seperti ini. Mungkin berlebihan, tapi sungguh ini karena aku menyayanginya. Sama sepertimu menyayangi dia juga. Jangan menatapku seperti itu terus, aku tidak akan nyaman."

"Huhh … entahlah. Aku selalu merasa kasihan dengannya yang sangat menyayangimu, kurasa perasaannya telah berbeda kak. Makanya aku memintamu untuk tidak berlebihan hingga dia tidak terlalu dalam dengan angan dan perasaannya."

Teza mengangguk pelan. "Jika kamu jadi aku, kamu pasti juga akan melakukan hal yang sama kan? Mengajaknya keliling kota untuk menemani liburanmu yang hanya singkat. Kukira sudah sangat wajar jika seorang kakak melakukan itu bersama adik perempuannya."

Neandro terdiam. Dia juga sering bersikap manis dengan Ameera, namun dia tidak melarang dirinya sendiri untuk itu. Namun dia selalu heran karena hati kecilnya selalu melarang Teza untuk berbuat hal sama dengannya kepada Ameera.

"Iya halo, …." Teza berpamitan kepada Neandro untuk mengangkat telpon ke luar kafe.

Neandro mengangkat kedua alis dan kembali menyesap smootie hingga habis. Pandangannya terarah pada Ameera yang baru saja kembali dari belakang dan telah sigap dengan konsumen yang baru saja masuk.

Tawa Ameera kepada pelanggan sangat cerah hari ini, Neandro tahu itu pasti karena pengaruh dari hatinya yang juga sedang cerah.

Dia segera menghampiri Ameera, dia memperhatikan kinerjanya selama melayani pelanggan yang sudah berusia dewasa itu.

"Kakak mau kopi juga? Barusan bukannya sudah minum smootie ya?" tanya Ameera ramah pada Neandro, khas saat dia sedang melayani pelanggan kafe.

"Tidak, aku sudah kenyang," jawab Neandro. Ameera sedikit mencari-cari keberadaan kakak tertuanya yang sedang menelpon diluar. Neandro dapat mendengarnya menggerutu namun tidak jelas.

"Bagaimana kencanmu dengan bocah sekolah? Berjalan lancar? Apa dia membayar penuh?"

"Hem? Bisa dibilang berantakan sih, tapi untuk uang dia sudah bayar semuanya."

"Berantakan kenapa?" tanya Neandro mencoba untuk mendapatkan perhatian Ameera yang masih memandangi luar kafe.

"Dia mabuk, kak," ujar Ameera sambil berdecak. "Dia bahkan sampai tidak sadarkan diri. Ah aku heran anak jaman sekarang kalau pesta menyediakan minuman seperti itu."

"Benarkah? Lalu apa yang terjadi dengan kalian?"

"Maksud kak Neandro?" Ameera menatapnya kesal.

"Haha aku hanya bertanya, jawab saja," sahutnya dengan tawa yang memperlihatkan deret giginya yang rapih.

"Kakak tahu kan aku enggak suka bau alkohol, jadi aku memutuskan untuk pulang sendiri."

"Ehmm bagus."

"Kok bagus?"

"Ya itu pilihan terbaik. Kamu akan tidak baik-baik saja jika bersama dengan orang mabuk. Sederhananya, kamu juga akan terkena bau alkohol walau sedikit. Kamu akan semakin mengerikan jika seperti itu, pulang larut dan bau alkohol, hemm."

Ameera agak merengut, namun dia mengangguk setuju dengan pernyataan Neandro.

Teza kembali masuk ke kafe, namun dia nampak buru-buru.

"Aku harus menemui rekan yang kebetulan berada di kota ini. Aku duluan ya …," ujarnya, kembali menyunggingkan senyum yang membuat matanya sipit.

"Sekarang banget?" tanya Neandro.

Teza mengangguk, "Terimakasih jamuannya, aku akan membalas kalian kapan-kapan. Hehe. Sampai ketemu besok, Ameera." Teza hendak meraih kepala Ameera dan mengusapnya, namun dia menangkap tatapan Neandro yang sangat lekat hingga membuatnya mengurungkan niat, hanya mengelus rambutnya sendiri untuk merapikan.

"Iya kak sampai ketemu besok," ceria Ameera. Dia bahkan terus tersenyum kepada Teza.

Teza menepuk pelan bahu Neandro untuk berpamitan, sementara si lelaki dingin hanya menahan tawanya karena melihat gerakan canggung kakaknya itu.

"Hemm hati-hati." Neandro mengangkat wajahnya.

***

avataravatar
Next chapter