6 Sebuah Kesedihan

"Apa yang harus aku lakukan untuk melihat senyum Olive kembali?" tanya Tuan Deka.

Tuan Alardo hanya mengedikkan bahunya tidak tahu. Semenjak hari itu, Olive pulang dengan wajah dingin tanpa ekspresi sama sekali. Ia menjalani hidup layaknya orang mati. Senyum, keceriaan hingga suara merdunya tidak dapat di dengar lagi. Tatapan kosong yang terus terpancar membuat kedua laki-laki tua itu mendesah pasrah.

"Apa karena anak itu hingga Olive seperti ini? Haruskah kita memberitahu kebenarannya?"

"Jangan!" sela Tuan Alardo melarang, "kau tahu, Olive tidak dapat berbohong meski hal sekecil apa pun. Ia terlahir dengan keunikannya itu, sekeras apa pun ia menginginkannya, akan tetapi pada akhirnya Olive tidak mampu berbohong. Jadi, lebih baik kita membuat keyakinan kepada dirinya jika putri semata wayangnya telah tiada." lanjut Tuan Alardo menatap yakin ke arah Tuan Deka. "Suatu hari nanti, Olive dan putrinya akan bertemu. Bersabarlah, sebentar lagi anak itu akan tumbuh dewasa dan mampu membebaskan Putra Mahkota."

"Tapi, apa kau yakin Putra Mahkota tidak akan membunuhnya kelak? Jika, kekuatan itu telah ia dapat bukan berarti Dewi Pelindung akan aman bukan?"

"Benar, Dewi Pelindung tidak akan pernah aman meski berdekatan dengan pasangannya sekali pun. Akan tetapi, apa kau tahu, Deka?" Tuan Alardo menatap Tuan Deka dengan senyum di bibirnya membuat Tuan Deka mengerutkan keningnya bingung, "jika, Putra Mahkota jatuh cinta dan meminum darah Dewi Pelindung maka kekuatan besar akan di dapatkan oleh Putra Mahkota dan begitu pun Dewi Pelindung. Sang Dewi akan mendapatkan kekuatan yang sebanding dengan Putra Mahkota dan satu hal lagi yang menarik, Putra Mahkota tidak akan pernah bisa membunuh Dewi Pelindung,"

Tuan Deka menatap tidak percaya. Ia tidak pernah mendengar hal itu sebelumnya, "Bukankah Putra Mahkota dapat membunuh Dewi Pelindung dengan mudah setelah mendapat kekuatannya? Dan lagi pula kau mendapat penjelasan itu dari mana?"

Tuan Alardo mengambil sesuatu dari saku bajunya. Ia mengeluarkan sebuah buku kecil yang di balut sampul emas, "aku menemukan ini di kuil saat tengah berdoa. Semua kejadian yang kita alami sudah tertulis dengan jelas di buku ini. Kita hanya perlu bersiap dan menunggu. Aku harap tidak ada yang pernah tahu ini," jelasnya cemas.

"Kenapa?"

"Kau tahu Deka? Selain menjadi sumber kekuatan untuk Putra Mahkota, sang Dewi juga menjadi bencana terbesar untuk Emerland. Aku pikir itulah yang membuat Perdana Menteri membunuh para Dewi Pelindung."

Mereka berdua terdiam memikirkan semua kemungkinan dari percakapan mereka. Mereka tahu betul kesetiaan Perdana Menteri untuk kerajaan Emerland. Turun temurun keluarga dari Perdana Menteri menjadi kepercayaan sang Raja. Setelah buku mengenai Dewi Pelindung muncul 750 tahun lalu, Perdana Menteri berubah menjadi kejam. Entah apa yang ia baca, namun semua itu seolah membuat matanya tertutup kebencian.

"Aku berharap keajaiban datang ke negeri ini. Sudah lama sejak rakyat mendapatkan kebahagiaan mereka. Kini kita seolah budak untuk kerajaan besar lainnya." jelas Tuan Deka yang di angguki Arlado.

Mungkinkah semua akan kembali seperti dahulu?

avataravatar