10 Syarat

"Saya ada satu permintaan"Winda coba bernegosiasi.

"Apa itu?"

"Saya tidak bisa 24jam menjaga Anda selama satu minggu, saya ingin setiap harinya saya kerja hanya satu shift yaitu dari jam 07.00 wib hingga jam 15.00wib."

"Ok, tapi Aku juga punya syarat." senyum licik Luis terukir.

"Apa syarat Anda?"

"Aku ingin kamu mematuhi semua perintahku selama jam kerja kamu sebagai perawat pribadiku dan kalau Aku ada kerjaan luar kota, kamu harus turut serta sampai Aku kembali lagi ke rumah."

"Apa itu berarti saya harus full time saat Anda ada kerjaan luar kota?" Winda bertanya.

"Tepat sekali, apa kamu setuju? atau kamu lebih suka kontrak kerja kamu sebagai perawat pribadiku diperpanjang?" tatapan jahil Luis mengena langsung ke pandangan Winda.

"Tidak perlu diperpanjang. Baik, saya setuju dengan syarat Anda." jawab Winda cepat sebelum Luis berubah fikiran lagi.

Huft ... dia pikir Aku senang berkerja untuknya. Dilihat dari cara dia memperlakukanku pertama kali dan dengan sekarang Aku tiba-tiba menjadi perawat pribadinya. Aku harus berhati-hati. Winda merasa khawatir dalam hati.

"Santai saja Winda, Aku tidak akan menggigitmu seperti harimau kelaparan." sindir Luis dengan ketawa mengejek.

Memang Luis seperti harimau pikir Winda dalam hati. Lihat saja, kamarnya penuh dengan pernak pernik harimau dan lagi kejadian waktu itu di kamar 1 VIP.

"Sekarang kamu bisa mengganti perban di kakiku." perintah Luis, membuat Winda tersadar dari lamunannya.

"Baik, saya ambil perlengkapannya dulu."

Beberapa saat kemudian Winda telah siap untuk mengganti perban pada luka Tuan Luis, perlahan namun pasti Winda mengganti perban dengan benar-benar bersih dan rapi. Selama Winda mengganti perban, diam-diam Luis mengamati Winda, wanita di depannya itu sederhana namun menawan. Dia punya keistimewaan yang unik. Yang selalu membuat Luis senang bertemu dengan Winda adalah keramahannya, Luis tahu mungkin Winda tidak suka dengan kejahilan dia namun, wanita itu tetap sopan dan tidak membalas dengan kurang ajar.

"Winda ..." panggil Luis lembut.

"Ya." jawab Winda singkat dan tetap fokus mengganti perban.

"Ada yang ingin Aku bicarakan." ucap Luis ragu.

"Bicaralah, saya tetap mendengarkan walau tangan dan mataku fokus pada kaki Anda."

"Maaf untuk salah yang pernah Aku lakukan" ucap Luis dengan tulus.

Deg ...

Winda merasa familiar dengan kalimat itu, Winda kemudian mengalihkan pandangan ke wajah Tuan Luis mencari kepastian.

"Aku serius minta maaf, itu yang pertama kali ingin Aku ucapkan saat bertemu lagi denganmu" Luis coba meyakinkan.

"Apakah bermacam-macam paket yang datang ke rumah Saya itu ... Anda pengirimnya?" tanya Winda agak ragu.

"Apa kamu menyukainya?" Luis balik tanya.

"Terima kasih Tuan Luis."

Winda yakin itu semua perbuatan pria di hadapannya ini. Jika di lihat dari rkspresi dan kata-katanya. Aku tidak menyangka, ternyata dia punya etikat baik juga untuk minta maaf. Secuil kekecewaan di dalam lubuk hati Winda karena ternyata paket-paket itu bukan dari Ari. Hemm tapi setidaknya Aku jadi tau jika Ari benar-benar marah kali ini. Batin Winda.

"Tidak seperti itu cara berterima kasih kepadaku." ucap Luis menggoda.

"Lalu cara seperti apa yang Tuan kehendaki?" Winda bertanya dan ada rasa penyesalan karena menerima begitu saja paket- paket hadiah itu, kini dia harus menerima konsekuensinya.

Luis mendekatkan wajahnya ke depan wajah Winda. Seketika pipi Winda berubah merah seperti tomat matang, namun beberapa detik kemudian Luis malah tertawa, membuat Winda tambah bingung.

"Cukup dengan kamu sebut namaku saja, jangan terlalu sopan lagi kepadaku, itu membuatku tidak nyaman, Aku berasa sudah tua saja."

Kini giliran Winda yang tertawa, namun kemudian ditahan takut Tuan Luis tersinggung. Luis tambah kagum melihat Winda tertawa, saat ini dia terlihat begitu manis dan menarik.

Hubungan Luis dan Winda sudah lebih baik sekarang. Bagi Winda semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, tapi permintaan yang tulus cukup melegakan hati dan menjauhkan dari rasa kebencian.

"Sudah selesai"ucap Winda saat selesai mengganti perban.

Winda merapikan peralatan medis dan menyimpannya kembali di tempatnya.

***

Apartemen Jesika, Ari masuk kedalam setelah menekan tombol sandi kunci di pintu. Tidak heran Ari memiliki akses masuk apartemen itu sebab dia sering berkunjung ke tempat selingkuhannya. Jesika langsung menghadiahi Ari sebuah pelukan dan mendaratkan ciuman mesra di bibirnya.

"I MISS YOU SO MUCH" ucap jesika manja.

"Miss you too, Kamu cantik dan seksi hari ini" puji Ari.

Jesika memang suka sekali di puji, cocok sekali dengan Ari yang suka gombal. Hari ini Jesika memakai dress mini berwarna pink begitu ketat di badannya sehingga begitu jelas lika-liku kehidupan bentuk tubuhnya dan bagian dada sedikit terbuka mempertunjukkan belahan dadanya yang berisi. Rambutnya yang bergelombang diurai bebas, dan ada tanda khas diwajahnya, tahi lalat kecil di sudut kiri atas bibirnya sangat jelas menggambarkan betapa cerewetnya perempuan ini.

"Nakal, Aku begini spesial untuk menyambut kedatangan kamu sayang" pukulan manja jesika mendarat di dada Ari. "Sudah satu bulan kita tidak bertemu, karena Aku harus menemani Papa bertemu beberapa orang penting di Malaysia." Jesika mengeluh.

"Hahaha ... lihat bibir seksi ini. Aku sudah tidak sabar untuk menghabisinya hari ini."

Ari kemudian mencium penuh gairah bibir Jesika, kemudian menggendongnya ke sofa. Kemesraan tersebut berlanjut semakin panas hingga keduanya tertidur kelelahan di sofa.

***

Di rumah Luis ...

Winda sedang mengambil makan siang Luis di dapur yang telah di masak oleh koki rumah mewah tersebut. Ponsel Winda berbunyi. Winda mengeceknya, ternyata pesan dari Intan.

"[Nda, nanti makan siang bareng lagi yuk?]" ajak Intan lewat pesan WA.

"Nggak bisa tan" jawab Winda singkat.

"[Kenapa?]"

"Aku sedang ada tugas luar, kamu pasti nggak nyangka tapi akan Aku ceritakan nanti malam saja ok?" jelas Winda menghentikan pesan WA Intan.

Winda membawa makan siang Luis ke kamar sesuai permintaannya, meletakkan makanan di meja depan tempat Luis duduk.

"Aku tidak bisa makan sendiri" ucap Luis sambil melirik ke arah Winda.

"Terima kasih, tapi saya belum lapar jadi ..."

"Maksudku, tolong suapi Aku" kata Luis sedikit tersenyum geli memotong kalimat Winda yang belum selesai.

Winda merasa hangat kedua pipinya, dia sedikit malu karena telah salah mengartikan ucapan Luis.

"Anda hanya terluka di kaki, tangan Anda baik-baik saja." balas Winda tidak mau kalah.

Spontan Luis menarik tangan Winda hingga dia terduduk di sampingnya. Winda sangat terkejut.

"Kamu masih ingat syaratku kan?" kalimat Luis menagih janji.

Terlintas di benak Winda perjanjian yang telah mereka buat tadi. Winda tidak ada pilihan lagi. Dia mulai menyuapi makanan masuk ke dalam mulut Luis.

"Satu lagi, panggil Aku Luis, tanpa embel-embel formal lainnya." ucap Luis tegas.

"Baiklah, ini hanya karena saya mematuhi janji yang telah kita buat, tapi jika di depan umum saya akan tetap formal dengan Anda, sebab ini merupakan attitude kerja saya."

Luis tersenyum puas.

"Ok."

avataravatar
Next chapter