30 Restu

Akhirnya dia memutuskan untuk mengirim sebuah pesan...

📨"Aku sudah sampai rumah denhan selamat. Lusi baik-baik saja kan? Apa yang terjadi?"

Winda tertidur pulas karena lelah menunggu balasan yang tak kunjung muncul.

♡♡♡

Lusi membimbing Luis untuk duduk di sofa dekat tempat tidur, Lusi duduk bersila diatas sofa dan menghadap ke Luis, sedangkan Luis duduk santai dan pandangannya lurus ke depan.

"Lihat Aku.." Lusi memerintah seperti anak kecil.

"Apa?" Luis menoleh ke samping dengan malas.

Lusi langsung mengajukan berbagai pertanyaan kepada Luis, dia terus merengek dan manja seperti anak - anak.

"Kamu kemana saja? kok lama?"

"Kenapa Kamu mengantar wanita tadi pulang?, siapa dia? Apa hubungan kalian?"

"Begitu pentingkah babysitter itu? sehingga kamu terus memperhatikan dia.

Luis menghela nafas dengan kasar dan semakin dalam menatap Lusi, dari sikapnya itu Lusi bisa menebak kalau dia telah salah dalam berucap hingga menyinggung Luis. Lusi merasa sedikit takut.

"Pertama kamu telah salah faham, dia adalah Winda..bukan babysitter tapi perawat pribadiku dan...sekarang dia adalah kekasihku. Karena kepribadiannya yang ramah terhadap orang lain dan menyukai anak kecil menjadikan dirinya cepat akrab dengan Zafran. Bersikap baiklah kepada Winda, dia tidak seburuk yang kamu kira. Aku rasa...dia bisa jadi sahabatmu seperti diriku dan sepupuku." Begitu jelas Luis merangkai kalimat dan memberikan penekanan pada beberapa kata yang penting.

Lusi menatap Luis dengan rasa tidak percaya terhadap apa yang baru saja dia dengar, mulut Lusi sedikit membuka namun tidak mampu mengeluarkan kata - kata. Luis yang Lusi kenal dari kecil itu tidak sembarangan suka terhadap wanita, apalagi wanita biasa. Luis hanya tertarik pada sesuatu yang unik dan langka, mana bisa Luis cepat melabuhkan cintanya tanpa ada sesuatu yang spesial dan menarik perhatianya, sedangkan dirinya yang sudah dekat dengan Luis sejak kecil dan jarang sekali terpisahkan saja belum pernah mendapatkan tepat di hati Luis. Tidak mungkin...tidak bisa..ini tidak boleh terjadi...wanita itu bukan kekasih Luis. Atau Luis hanya berpura - pura, dia hanya menjaga jarak denganku karena merasa tidak enak hari terhadap sepupunya itu. Lusi masih berusaha menyangkal kenyataan yang ada, tiba - tiba Lusi menggeleng - gelengkan kepalanya, air matanya mulai mengalir dan tubuhnya mulai terguncang.

Luis menjadi khawatir tidak disangka ucapannya segera memberikan efek yang seperti ini, "Lusi..tenangkan dirimu..kendalikan emosimu.." Luis coba menenangkan Lusi. Lusi mendorong jauh tubuh Luis hingga terpental ke belakang, Luis segera bangkit dang memeluk erat Lusi. Dia tidak berdaya lagi..masih menangis namun mulai mereda emosinya..perlahan kondisinya mulai stabil sampai akhirnya tertidur di pelukan Luis. Luis hanya bisa membiarkanya bersikap seperti itu untuk sementara.

Luis segera membaringkan tubuh Lusi ke tempat tidurnya, menyelimutinya dan menyeka air mata yang tersisa di wajahnya. "Beristirahatlah, maafkan Aku sebab tidak bisa bersikap lebih dari seorang kakak untukmu" Luis segera keluar meninggalkan Lusi yang sudah tenang.

Luis berjalan menuju kamarnya, mandi dan berganti pakaian untuk tidur. Luis berbaring di tempat tidurnya merasakan kenyamanan, melepaskan semua lelah hari ini, matanya mulai berat..mulai menutup mata untuk tidur hingga dia terbangun lagi dengan mata melotot karena teringat akan sesuatu...Luis segera meraih ponselnya dan memeriksanya. Luis bernafas lega dan senyum terukir di wajah tampanya yang seperti oppa - oppa korea namun original wajah asli orang jawa melekat kuat dengan warna sawo matang khas. Luis tersadar statusnya kini adalah sepasang kekasih dengan Winda...wanita yang menarik hatinya. Jantung Luis berdetak kencang saat memikirkan kekasihnya itu.

Luis membaca pesan yang tertera di layar ponselnya dan melihat jam di layar ponselnya, dia memutuskan untuk membalas pesan tersebut besok pagi karena sekarang sudah cukup larut. Luis takut mengganggu Winda yang sedang beristirahat.

♡♡♡

Keesokan harinya Winda terbangun dan langsung melihat layar ponselnya, wajahnya terlihat kecewa sebab tidak menemukan pesan yang dia harapkan. Winda bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat kerja, di meja makan Winda sarapan bersama Bunda dan Ayah. " Ayah... bisa kasih tumpangan buat peri kecil nggak?" Winda merayu seperti anak kecil.

"Hahaha..boleh, apa pun buat peri kecil Ayah" tuan Andri sedikit terkejut mendengar putrinya manja minta diantar berangkat kerja, selalunya dia menolak jika Ayahnya teringin mengantarnya. Katanya tidak mau merepotkan Ayah, yah..mungkin kali ini dia sedang merindukan Ayahnya.

Winda dan Ayahnya berpamitan kepada Bunda Puspitasari dan melangkah keluar rumah. Winda terkejut ketika membuka pintu depan, dia disambut oleh sebuah buket bunga mawar merah berukuran sedang, "Selamat pagi sayang..." sapa lembut pria tersebut dengan senyum mempesonanya.

"Aah kamu, pagi - pagi sudah mengagetkanku" senyum terkembang di wajah cantik Winda.

" Pagi Ayah" sapa Luis sopan dan mulai berani memanggil Ayah kepada Tuan Hermawan.

Spontan Winda dan Ayah saling pandang karena heran Luis berkata demikian, menyadari kebingungan tersebut Luis segera memperbaiki suasana. "Maafkan saya telah lancang memanggil Ayah, sebenarnya Winda telah menerima perasaan saya. Saya berharap Ayah berkenan merestui hubungan kami".

Winda refleks memberikan hadiah cubitan ke lengan Luis sebagai bentuk protes karena berbicara langsung kepada Ayah tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengannya.

"Ehm...Ayah mengerti, tentu saja Ayah merestui jika kalian memang saling suka, sebagai orang tua...Ayah hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kalian" tiada alasan bagi Ayah untuk tidak merestui hubungan mereka berdua.

"Terima kasih Ayah" ucap Luis begitu bahagia. "Kalau begitu, biar saya yang antar Winda ke Rumah Sakit" Luis minta ijin.

"Baiklah, hati - hati di jalan ya?"

Di dalam mobil perjalanan menuju Rumah Sakit Kencana Medika, Luis hanya berdua dengan Winda, Niko di tugaskan untuk mengurus beberapa hal di kantor, setidaknya Luis mempunyai waktu pribadi berdua dengan Winda. Luis membuka pembicaraan...

"Maaf semalam keadaan sedikit kacau hingga Aku terlambat menyadari panggilan dan pesan masuk dari Kamu" ucap Luis yang sedang menyetir namun sesekali menoleh ke Winda untuk melihat ekspresinya.

"Tidak apa - apa, Kamu begitu pasti ada alasannya" Winda membalasnya dengan suara lembut dan tersenyum untuk menghilangkan kekhawatiran Luis.

Kemudian Luis menjelaskan semua kejadian semalam bahwa Lusi cemburu terhadap Winda dan syok setelah Luis menjelaskan tentang hubungan mereka berdua, hingga Lusi tertidur karena terlalu capek menangis, baru dirinya bisa melepaskan diri dari Lusi si wanita manja.

Luis juga menjelaskan bahwa dirinya sudah menganggap Lusi sebagai adik perempuannya karena telah merasa nyaman sebab sudah berteman sejak kecil, bahkan kedua orang tuanya juga bersahabat.

Sejak kedua orang tua Luis meninggal, papinya Lusi yang sudah banyak membantu bisnis dan juga keuangan keluarga Adijaya. Sebab itulah Luis masih menjaga perasaan Lusi karena merasa hutang budi terhadap papinya.

Luis juga sudah terbiasa dengan sifat manjanya Lusi dan tau cara mengatasinya karena sejak kecil sudah sering bersama. Hanya empat tahun terakhir inilah mereka tidak pernah bertemu sama sekali, sebab Lusi melanjutkan gelar sarjananya di Luar negara.

avataravatar
Next chapter