47 Pria pujaan sahabatnya

"Jangan buat aku mati penasaran! ayo cepat bilang" Winda tidak sabar malah sahabatnya mempermainkannya.

"Penasaran ya?" Intan semakin tertarik menggoda Winda yang wajahnya jadi lucu jika sedang penasaran, seperti wajah seorang yang menunggu pengumuman kelulusan.

"Iya aku penasaran, ayo beri tahu.." Winda menatap Intan menanti jawaban.

"Kasih tahu nggak ya?" Intan senyum - senyum.

"Aish...ku jitak kepalamu jika masih membuatku penasaran" Winda bersiap mengangkat tangannya.

"Dia adalah temanku waktu kuliah dulu, kami sama - sama ahli farmasi" Intan menyeruput jus jeruknya karena terasa kering tenggorokannya.

"Ah...mana aku tau, aku kira seseorang yang aku kenal" Winda nampak kecewa, menyendok soto dihadapannya dan memasukkanya ke mulut.

"Suatu saat pasti aku kenalkan, dia agak mirip kayak kamu, orangnya ramah dan mudah akrab dengan orang meski baru dikenal" Intan mencoba mengurangi kekecewaan sahabatnya.

"Ok, aku tunggu tanggal tayangnya". Winda malah berbicara ngawur, Intan tertawa mendengar jawaban sahabatnya.

"Aku sudah selesai, pergi dulu ya?" Intan beranjak dari tempat duduknya.

"Tunggu aku". Winda menyendok soto terakhirnya, meminum es teh dengan sekali sruputan dan buru - buru mengejar langkah Intan.

Winda mampir ke loker untuk menyimpan makanan ringan yang dia beli di kantin. Winda tidak tau jika di dapur perawat yang letaknya di balik lemari loker perawat itu sedang ada orang, dan obrolan dua orang disana cukup menyita perhatian telinga Winda yng sebenarnya tidak suka mendengarkan hal yang bukan urusannya.

"Hentikan, jangan berbuat tidak sopan seperti ini, kita masih di tempat kerja".

"Apa peduliku, kamu juga selalu begini dengan wanita lain di tempat ini kan?".

"Jaga ucapanmu, aku bukan pria brengsek yang melakukanya dengan wanita sembarangan tanpa alasan tertentu!".

"Lalu..kenapa kamu tidak bisa melakukanya denganku?apa aku terlihat buruk dimatamu?kenapa kamu tidak sadar - sadar juga jika aku sangat menyukaimu..tidak bisakah kamu beri aku kesempatan?".

Dari suaranya, ada seorang pria dan wanita di dapur saat ini. Bukan urusannku, mending aku cepat - cepat pergi dari sini ucap Winda dalam hati, Winda menutup lokernya dan dikunci. Winda mulai melangkah keluar sampai ada suara keras seperti benda pecah yang mengagetkannya. Bukannya pergi Winda malah menuju ke dapur karena penasaran, bukan untuk ikut campur tapi hanya memastikan sebab suara pria tersebut cukup familiar di telingannya.

Langkah Winda dihentikan dr.Vian yang nampak terburu - buru. "Winda, apa kamu sudah selesai makan siang?" raut wajah dr.Vian sedikit cemas.

"Sudah, ada apa dokter?".

"Bantu aku menangani pasien baru, lukanya cukup serius. Aku sudah mencari perawat lain tapi beberapa sibuk dan sebagian lagi tidak ada di tempat".

"Baik dokter" Winda mengekori langkah dr.Vian menuju ruang tindakan.

Satu jam kemudian dr.Vian keluar ruang tindakan dengan wajah lega yang diikuti Winda. "Terimakasih Winda, kamu perawat yang berbakat berkat kamu nyawa pasien tersebut bisa tertolong".

"Ah..saya rasa dr.Vian terlalu berlebihan, saya hanya membantu Anda, justru dokterlah yang hebat dan berbakat sebab keterampilan Anda yang menyelamatkan nyawa pasien" Winda tersenyum ramah.

"Kamu ini.."dr.Vian tidak melanjutkan kalimatnya malah tersenyum kagum dengan kepribadian Winda yang rendah hati. "Baiklah..sekarang giliranku untuk istirahat, sisanya ku serahkan padamu" dr.Vian berlalu sambil menepuk bahu Winda.

"Baik dok" Winda sekali lagi tersenyum menghantar bayangan dr.Vian yang meski dalam usia paruhbaya seumuran ayahnya namun tetap mempesona untuk ukuran pria tua. Winda terkikik dengan pikirannya sendiri.

Shift siang berakhir hari sudah gelap sekitar pukul sembilan malam, karena Winda kemarin mengambil cuti mendadak selama tiga hari maka hari ini dia kerja sambung dari shift pagi hingga shift siang.

Winda bergegas menuju tempat parkir dengan rasa tidak sabar, wajahnya tersenyum senang tapi dalam hatinya terasa ada yang mengganjal. Sesuai perkiraannya...mobil mercedes benz hitam milik Luis sudah terparkir rapi di sisi sebelah kanan tempat parkir dan Winda segera menghampirinya.

Satu jam yang lalu Winda mendapatkan pesan dari Luis, dia mengabarkan jika dirinya sudah pulang ke Indonesia dan berharap jika sepulang kerja dia bersedia datang ke rumahnya. Winda langsung mengiyakan tanpa pikir panjang, dia tidak pandang hari sudah gelap karena larut malam, rasa rindunya yang menggebu - gebu membuat Winda ingin segera bertemu dengan kekasihnya itu.

Niko segera bersiap membukakan pintu penumpang belakang ketika melihat Winda berjalan mendekatinya. "Selamat malam nona Winda" gaya bicara Niko yang selalu sopan kepada orang terdekat majikannya membuatnya terlihat lebih santun.

"Selamat malam juga Nik, Bagaimana kabarmu?apa semuanya baik.." Winda membalas sapaan Niko dengan senyum ramah, Winda segera masuk mobil karena pintunya sudah dibukakan oleh Niko.

"Alhamdulillah saya baik non" jawab Niko sebelum menutup pintu dan melemparkan senyuman sekali lagi.

Mobil mewah tersebut segera melaju ke jalanan memecah gelapnya malam, ikut bergabung dengan keramaian daerah istimewa Yogyakarta yang kental akan adat istiadat jawa. Kota yang tidak begitu besar namun sangat ramai dan padat karena kota Yogyakarta juga terkenal sebagai kota pelajar, banyak orang usia remaja dari berbagai daerah di seluruh Indonesia berada di kota ini untuk menimba ilmu.

Sialnya jalanan begitu macet padahal sudah malam, uhm..mungkin karena malam minggu jadi ramai orang keluar rumah untuk sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga atau bergandengan tangan dengan pasanganya hanya sekedar berjalan - jalan sambil ngobrol.

Melihat keramaian yang berada di luar jendela mobil membuat Winda teringat perjalanannya dengan Luis waktu itu, Luis yang dengan alasanya memberikan dirinya hadiah untuk berlibur karena telah merawatnya dengan baik. Kenangan Winda berjalan - jalan di pusat keramaian negara tetangga bersama Luis takkan dia lupakan sampai kapan pun. Waktu itu juga Luis pertama kali duduk satu meja makan dengan Winda dan ayahnya, di akhir pertemuan, dengan gentelnya Luis meminta ijin langsung dengan ayahnya untuk menjaga dirinya dan...Winda jadi tersipu malu saat terkenang wajahnya berada persis di hadapan wajah Luis, mereka saling menatap dengan debaran jantung yang begitu kuat hingga menggetarkan seluruh tubuh.

Winda segera menyusun kembali kenangan indahnya dengan Luis saat berlibur bersama, mengembalikannya kedalam peti memori di kepalanya saat mobil mewah tersebut yang dikendarai Niko telah masuk ke dalam gerbang kediaman keluarga Adijaya.

avataravatar
Next chapter