25 Lampu hijau dari Bunda

Beberapa menit kemudian Winda sudah rapi memakai baju rumahan celana panjang longgar abu-abu dan kaos oblong kuning. Ayah duduk bersebalahan dengan Bunda, Luis duduk di depan Ayah sehingga Winda harus duduk di depan Bunda yang artinya Winda duduk bersebelahan dengan Luis.

Semua merasa bahagia menikmati makan malam yang nikmat dan obrolan-obrolan yang menambah kehangatan suasana ruang makan tersebut. Bunda selalu memperhatikan Luis, memberikan lauk yang enak untuk dicicipinya. Semua jenis masakan yang dimasak Bunda diambil dan diberikan ke piring Luis agar dia mencicipinya. Perhatian Bunda Puspitasari tersebut biasanya ditujukan ke Winda, malam ini dia merasa sedikit cemburu terhadap Luis sebab Bunda terlalu memperhatikan Luis ketimbang putrinya sendiri. Memang sih, Bunda sangat merindukan sosok anak laki-laki jadi, Winda mengalah untuk malam ini.

Di penghujung makan malam Luis menggenggam tangan Winda dan meremasnya dengan lembut, Winda reflek menoleh ke arah Luis, memberikan pertanyaan melalui tatapannya.

Beraninya kamu seperti itu di depan Ayah Bundaku? batin Winda, tapi Luis hanya membalasnya dengan senyuman mempesona seperti biasanya. Luis lalu berkata ke semua.

"Tuan Hermawan dan Nyonya, saya ingin minta izin untuk membawa Winda jalan-jalan besok sore" kata Luis eengan sikap yang pantas.

Luis menatap kedua orang tua tersebut dengan penuh harap untuk mendapatkan ijin. Dia begitu sopan dan tindakan Luis memegang tangan Winda sebenarnya untuk minta dukungan sebab dia merasa gugup. Bagi Luis izin tersebut bukan sembarangan, sebab Luis mempunyai tujuan lain besok pagi.

Bunda tersenyum penuh bahagia, "ah, tentu saja boleh. Silakan, iyakan yah?" Bunda menoleh ke arah Ayah untuk meminta dukungan.

"Iya, boleh nak Luis. Pergilah, ajak Winda jalan-jalan biar kalian sama-sama bisa melepas lelah selama bekerja."

Luis menatap Winda dengan senyum penuh kemenangan karena telah mengantongi izin dari kedua orang tua Winda. Winda hanya dapat tersenyum yang sedikit dipaksakan tanpa sembarang ekspresi lagi.

Setelah selesai makan malam Luis masuk ke ruang kerja Ayah untuk mendiskusikan beberapa masalah kerjaan, sementara itu Winda membantu Bunda membereskan meja makan.

"Bunda suka dengan Luis, dia pemuda yang baik, sopan dan sudah sukses di usianya yang masih muda" Bunda terus menceritakan kebaikan Luis sambil mengupas buah di sebelah Winda yang lagi serius memandikan piring-piring kotor.

Winda terus mendengarkan kekaguman Bunda tentang Luis tanpa memberikan tanggapan selain kata, Owh, Uhm, Begitu ...

Memang jelas Bunda lebih suka melihat Winda ada hubungan dengan Luis dari pada Ari yang tidak tau sopan santun itu.

Malam semakin larut Luis pamit pulang dan Winda mengantarnya ke depan. Luis meminta maaf karena tadi tiba-tiba dia menggenggam tangan Winda tanpa izin dan dia menjelaskan alasanya melakukan hal tersebut karena dia merasa gugup.

"Kamu tetap terlihat cantik dengan penampilan seperti itu" Luis memberikan sedikit pujian.

"Tentu saja. Aku kan wanita, tidak mungkin terlihat tampan" Winda mulai terbiasa dengan omongan jahil Luis dan menanggapinya dengan santai.

"Aku serius Winda" kata Luis sungguh-sungguh.

"Kamu begitu pintar ya? Menyihir Bunda hingga sangat menyukaimu" Winda mengalihkan pembicaraan.

"Tapi Aku belum bisa menyihirmu hingga menyukaiku" Luis terus memberikan serangan ke Winda agar dia sadar kalau dirinya juga membalas perasaannya.

"Aku rasa kamu akan segera berhasil" Winda berlalu masuk ke dalam rumah dengan senyum malu-malunya.

"Yes!" Luis melakukan euforia singkat untuk mengungkapkan kebahagiaannya.

Setelah itu Luis masuk ke dalam mobilnya, melaju ke tengah jalan dengan terus tersenyum simpul serta terus membayangkan ucapan Winda tadi, sesekali dia tertawa pelan. Sesampainya di rumah Luis terus mengirim pesan.

"[Aku sudah sampai rumah, sampai ketemu besok sore, aku akan menjemputmu]" isi pesan Luis.

Winda tersipu malu membaca pesan dari Luis. Siapa juga yang tanya pikir dirinya. Winda segera terlelap di kasur empuknya karena esok pagi dia harus bekerja. Lumayan berat di department IGD.

Pagi harinya di Departement IGD, hari ini Dirga tidak terlihat bekerja, Winda coba tanya dengan Risa alasan mengapa Dirga tidak terlihat kemudian Risa menceritakan apa yang tadi dia dengar dari para senior katanya dokter Dirga itu sedang sakit. Apalagi semalam dia pingsan karena terlalu memaksakan diri jaga dari pagi, katanya mukannya sangat pucat dan dokter Dirga memegang dadanya terus.

avataravatar
Next chapter