35 Kesempatan

Di perjalanan yang padat merayap pagi ini tiba - tiba ponsel Luis berbunyi, dia segera melihat layar ponsel, Luis sedikit terkejut dan penuh tanda tanya sebab panggilan berasal dari nomor seseorang di Australia. Deg, ada apa gerangan, sampai orang di negara sebrang menghubunginya...

📞"Halo selamat pagi Tuan Jhonas, apa kabar?" Luis segera menjawab panggilannya.

📞"Pagi Luis, kabarku baik tapi tidak untuk anakku" hening beberapa saat. " Apa ada sesuatu yang terjadi saat Lusi berkunjung ke Indonesia?" Tuan Jhonas berhati - hati dalam bertanya, dia tidak ingin menciderai hubungan baik yang sudah terjalin selama bertahun - tahun antara keluarga Jhonas dan keluarga Adijaya.

📞"Ehm..terakhir kali saya bersama Lusi, dia baik - baik saja, bahkan saya mengantarnya ke bandara saat dia bilang ingin berkunjung ke Australia. Apa kabar Lusi di sana Tuan Jhonas?" Luis berbasa - basi.

📞"Lusi lebih banyak diam dan suka mengurung diri dalam kamar. Jika kamu punya waktu luang, sempatkanlah untuk mengunjungi Lusi disini, aku percaya kamu selalu bisa membuatnya membaik". Suara Tuan Jhonas nampak sekali mengkhawatirkan keadaan putri semata wayangnya.

📞"Baik Tuan Jhonas, nanti saya cek jadwal terlebih dahulu". jawab Luis masih penuh hormat dengan Tuan Jhonas.

pp00 ku duga, tidak semudah itu membuat Lusi menyerah, dia juga tipe wanita yang keras kepala, ucap Luis dalam hati. Luis mendesah kesal karena masalahnya dengan Lusi belum selesai juga.

Luis meraih ponselnya untuk mengusir rasa kesalnya, dia merasa tidak membawa hoki jika pagi - pagi sudah bad mood.

📨" Sayang...baru beranjak sejengkal darimu, Aku sudah merindu, sampai ketemu nanti sore" Luis mengalihkan pikiran agar moodnya kembali baik.

📨"Ok sayang 💕" Balas Winda singkat, mungkin karena dia sedang sibuk dengan pasiennya.

Luis tersenyum membaca pesan singkat Winda yang mampu membuat suasana paginya kembali cerah. Tidak sabar pria ini menantikan pertemuan sore nanti.

Luis terlihat begitu tekun memeriksa dokumen - dokumen penting di meja kerjanya, dia memeriksa tiap dokumen dan membacanya satu persatu dengan teliti.

Niko masuk ke ruangan memecahkan konsentrasi Luis dalam meneliti dokumen kerja, namun maatanya masih fokus membaca tiap kalimat di dokumen tersebut. " Tuan muda Luis, saya mau menyampaikan pesan dari Tuan Hermawan" kata Niko mengambil alih perhatian Tuannya.

Seketika Luis menegakkan kepalanya memandang Niko karena tertarik dengan pesan yang dia bawa, Niko bilang dari Tuan Hermawan itu berarti calon Ayah mertuanya, Luis tersenyum karena sedikit hayalannya yang maju selangkah dari kenyataanya. Tangan Luis memberikan kode ke Niko untuk mengatakan pesan yang dia bawa.

"Tuan Hermawan menyampaikan jika proyek yang ada di Malaysia mengalami sedikit masalah, jadi Beliau mengajak Anda untuk meninjau kembali lokasi serta desain bangunan sebab ada beberapa poin yang tidak tepat". Niko sabar menunggu jawaban dari Luis setelah selesai menyampaikan pesan.

"Baiklah, segera kamu jadwalkan perjalanan dinasku dan segera beritahu jika tanggalnya sudah dipastikan". Luis memberi perintah.

"Baik, segera saya persiapkan" Niko menundukkan kepalanya mohon undur diri untuk melaksanakan tugas. Luis segera membalasnya dengan menganggukkan kepalanya.

Luis memainkan pen yang ada di jemarinya yang panjang nan kokoh, matanya tajam melihat laptop di depanya namun fikirannya masih mencerna pesan yang baru saja disampaikan asistennya, Luis nampak berfikir keras. Luis sepertinya merancang sebuah rencana, kemudian bibirnya tersenyum puas seperti telah menemukan apa yang dia inginkan. "Ehm..perjalanan dinas, sekalian saja berlibur. Sudah lama Aku tidak ambil cuti" gumam Luis sambil tersenyum penuh makna.

♡♡♡

Pergantian shift pagi ke shift siang di departement IGD. Ari mulai terlihat biasa dalam bersikap, dia tidak lagi mengganggu atau bersikap aneh terhadap Winda. Di pergantian shift ini Ari bahkan sudah berani menunjukkan sikapnya yang sedikit mesra dengan Risa, mereka berdua saling pandang penuh gairah dan sesekali nampak saling mencolek tangan atau lengan.

Rasa cemburu hinggap di pikiran Winda? Ough..tentu saja kalimat itu tidak mungkin benar adanya. Sedikit pun sudah tidak ada rasa yang tersisa untuk mantanya tersebut, bahkan Winda merasa sangat beruntung karena terbebas dari pria mesum itu.

Winda sangat berterima kasih kepada Sang Pencipta karena masih menyayanginya dengan menunjukkan perbuatan tidak tahu malu Ari di masa lalu, sehingga Winda menemukan jalan yang terbaik dan tidak menjadi anak durhaka yang melawan orang tuanya demi sebuah cinta yang tidak patut diperjuangkan itu.

Winda pulang ke rumah dan memberitahukan Bundanya kalau nanti sore Luis akan datang kerumah, Bunda merasa sangat senang seperti seorang ibu yang sudah lama tidak bertemu putranya. Uhm..Winda merasa sangat iri melihat Bundanya yang selalu mencurahkan sepenuhnya kasih sayang untuknya kini harus rela berbagi kasih sayang Bundanya kepada kekasihnya sendiri, tapi Winda bahagia sih... itu artinya pasangannya kini diterima dengan baik oleh Bundanya. Bunda Puspitasari segera mempersiapkan bahan - bahan dapur untuk masak makanan makan malam.

Hari sudah sore, Luis datang seorang diri. Luis jarang mengajak Niko jika pergi ke rumah Winda, sebab dia tidak ingin Quality timenya bersama keluarga Hermawan terganggu.

Malam ini mereka makan malam bertiga sebab Ayah Winda masih berada di Malaysia karena urusan bisnis. Di tengah makan malam Luis mengutarakan rencananya untuk perjalanan bisnis ke Malaysia dalam waktu dekat ini, Luis juga mengajak Winda serta Bunda Puspitasari untuk turut serta bersamanya sekalian liburan. " Bagaimana Bunda? lagian Ayah juga disana, hitung - hitung liburan keluarga tapi saya ikut di dalamnya" tawar Luis kepada Bunda Puspitasari.

"Ehm...bagaimana ya nak Luis, Bunda sebenarnya malas berpergian jauh, lebih suka dirumah, Kamu pergi saja dengan Winda ya?" Bunda mencari alasan karena tidak mau mengganggu anaknya. Memberikan kesempatan untuk keduanya biar semakin rapat.

Luis melirik ke Winda, "Bagaimana menurutmu sayang?" Luis berharap Winda mengiyakan.

"Kalau Bunda kasih ijin, Aku sih ayo aja. Nanti Aku tinggal ajukan permohonan cuti ke Rumah Sakit" Ucapa Winda santai sambil terus melahap makan malamnya.

"Ok, akan segera Aku uruskan tiket pesawatnya serta hot..." Luis nampak bersemangat.

"Eits, no hotel" ucap Bunda cepat menyela perkataan Luis. "Biar Winda tinggal dengan Ayahnya disana" Bunda bersikap tegas, Bunda ngasih kebebasan tapi tetap tau batasan - batasannya.

"Maaf Bunda, biarkan Winda tetap bersama saya, nanti kami tinggal di Rumah Kak Lisa kok" Luis merayu Bunda.

Bunda akhirnya mengijinkan, Bunda Puspitasari selalu menjaga anak semata wayangnya dengan benar, dia mengajarkan tata cara menjadi wanita yang baik yang mampu menjaga batasan - batasannya.

Winda merapikan meja makan dan mencuci piring di dapur, tanganya penuh busa sabun.

"Butuh bantuan?" Luis memeluk Winda dari belakang, melingkarkan tanganya di pinggang ramping Winda, dagu Luis nyangkut di pundak kanan Winda. "Aku bantu ya?" Luis mengecup pipi Winda yang merona.

Winda segera menyikut perut Luis, sehingga Luis mengaduh karena sakit perut kenyangnya tersentuh siku tajam lengan Winda. "Kamu mengganggu bukannya membantu" kata Winda sambil melirik Luis yang masih meringis kesakitan.

"Kan Aku membantunya dengan cinta?" Luis menggombal.

avataravatar
Next chapter