20 Dinas luar negara (2)

Winda sedang memindahkan baju dalam koper ke lemari tiba-tiba seorang anak laki-laki mungkin dalam umur lima tahun masuk ke dalam kamarnya, dia begitu imut dan tampan. Dia hanya berdiri di ambang pintu, kemudian Winda mendekatinya.

"Hai pria kecil, siapa namamu?" Winda tersenyum ramah.

"Hai, namaku Zafran" ucapnya malu-malu.

"Wah..nama yang bagus."

"Aunty siapa? kenapa datang kesini dengan papi Luis?" tanya zafran dengan muka imut.

Winda terkejut dengan apa yang barusan dia dengar, Papi Luis? papi dia bilang ...? dalam hati Winda bertanya-tanya. Winda berdiri mematung dan menerawang jauh.

"Aunty ..." panggil anak itu sambil memegang tangan Winda, menyadarkan Winda dari lamunan.

Winda baru mau menjawab pertanyaan Zafran tiba-tiba Luis datang. "Hei bocah kecil, ngapain kamu disini? jangan ganggu aunty Winda." Luis mengusir Zafran.

"Huft! nggak asyik." Zafran keluar kamar Winda dengan mulut mengerucut.

"Jangan kasar gitu sama anak sendiri, dia masih kecil." Winda menegur Luis.

"What? anak sendiri? sejak kapan aku punya anak denganmu?" Luis menahan tawa.

"Aku serius tau, malah becanda gitu."

"Hahaha ... kamu pasti dikerjain Zafran, dia suka gitu kalo ada yang deket sama Aku. Dia itu musuh kecilku.." Luis menjelaskan takut Winda salah faham. "Kamu syok ya? tenang, masih terlalu awal bagi kita untuk memikirkan masalah anak." Luis tersenyum jail.

"Apaan sih, ngomongnya gitu" Winda tersenyum malu.

"Dah, ayo kita turun." Luis menggandeng tangan Winda dan menariknya turun ke lantai bawah untuk makan siang.

Di ruang makan Lisa, Zafran, dan Niko sudah menunggu di tempat duduknya. Luis melepas gengaman tanganya saat Winda mencoba menarik tanganya. Mereka berdua bergabung dengan yang lain menyantap sajian yang sudah tersedia.

Suasana begitu hangat dan kekeluargaan di meja makan, jauh dari bayangan Winda yang keluarga beranda dengan fasilitas mewah, gaya hidup mewah pasti apa-apa serba canggung, serba diatur dan suasana tegang antara Tuan, nyonya dan pekerjanya pastilah ada. Namun dalam keluarga Adijaya ini berbeda, justru hubunganya begitu harmonis tanpa melihat status. Tapi jika menyangkut masalah kritikal atau bisnis keluarga Adijaya mereka sangat kritis, teliti, tegas dan tidak ada toleransi. Winda kagum dengan Keluarga tersebut. Obrolan berlansung menyenangkan.

Setalah selesai makan siang, Winda mengganti verban pada tangan dan melepas verban yang di kaki sebab telah sembuh, tinggal penyembuhan bekas lukanya saja. Winda menjelaskan obat-obat yang bisa digunakan Luis untuk merawat bekas lukanya jika besok Winda sudah bebas tugas tidak merawatnya lagi. Ada sedikit rasa tidak rela di dalam lubuk hati Luis mendengar Winda mengucapkan bahwa dia tidak merawatnya lagi besok. Seakan Luis ingin melukai tubuhnya lagi agar bisa menahan Winda untuk tetap menjadi perawat pribadinya. Memang Egois pikir Luis, tapi ini tentang rasa, Luis banyak melamun sambil memperhatikan Winda saat verban lukanya di ganti.

Lagi-lagi Zafaran membuat ulah, dia menangis karena terjatuh saat main bola dengan pengasuhnya, Zafran tidak mau diobati oleh pengasuhnya, kemudian Winda mendekatinya, membujuk dengan kata-kata halus, akhirnya Zafran mau diobati oleh Winda. Bahkan Zafran tidak menangis sedikit pun saat diobati luka di lututnya. "Sudah selesai, good boy." kata Winda tersenyum sambil memberikan dua jempol ke Zafran.

Anak kecil itu pun sangat senang bahkan dia mengucapkan terima kasih sambil memeluk Winda. Luis memperhatikan semua itu, Zafran tau jika Luis melihatnya kemudian anak kecil itu menjulurkan lidahnya mengejek ke Luis saat memeluk Winda. Wajah Luis berubah masam, "Dasar musuh kecil" batin Luis.

***

Luis dan Niko pergi keluar untuk urusan bisnis, seharusnya Winda ikut serta namun ditahan oleh Zafran, anak kecil tersebut berulah sehingga Winda memilih tinggal di rumah untuk menemaninya sebab Lisa juga ikut dalam pertemuan bisnis dengan Luis.

Zafran sebenarnya anak yang penurut, dia hanya berulah untuk mendapatkan perhatian orang disekitar. Sejak kecil dia dirawat oleh pengasuh sebab kesibukan Lisa sebagai penerus perusahaan setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat dan dia juga harus mengurus adiknya yaitu Luis yang masih labil emosinya saat itu. Zafran anak yang cerdas dan disiplin seperti ibunya, dia mudah mengerti jika diajari sesuatu. Zafran juga cukup pintar mengambil hati orang disekitarnya, dia pria kecil yang imut tapi jahil, uhm ... seperti Luis. Maka dari itu mereka berdua selalu ribut seperti kucing dan tikus.

Winda dalam waktu singkat bisa mengambil hati Zafran karena dia memang suka dengan anak kecil, bagi Winda anak kecil itu seperti anugrah terindah dengan berbagaimacam rasa kegembiraan disetiap tawanya.

Selang dua jam setelah pertemuan bisninya, Luis telah kembali ke rumah. Tujuan utama Luis ke Malaysia bukan semata-mata untuk bisnis melainkan untuk mengambil kesempatan agar bisa lebih akrab dengan Winda. Kalau hanya urusan bisnis sebenarnya Luis bisa mengurusnya dari Yogyakarta tanpa harus meninjau langsung ke Malaysia.

Malam nanti Luis mengajak Winda makan malam di luar, Luis ingin mempertemukan Winda dengan rekan bisninya yang sangat penting saat ini. Winda keberatan untuk ikut, dia merasa tidak pantas dan lagi Winda tidak ada kena mengena dengan rekan bisnis Luis. Akan tetapi Luis tetap ngotot bahkan memerintahkan sebagai salah satu tugas buat Winda untuk tetap ikut. Akhirnya dia mengalah dan terpaksa ikut.

Luis telah mempersiapkan sebuah dress dilapisi bahan broklat untuk Winda berwarna biru langit, bagian lengan panjang sampai siku, panjang dress sampai lutut, baju yang sederhana dan sopan tidak menonjolkan lika liku tubuh pemakainya. Setelah di ingat-ingat Winda seperti pernah melihat baju tersebut, ternyata Winda melihat baju tersebut di butik tempo hari, Winda sempat tertarik dengan dress biru langit tersebut. Ah, ternyata dia begitu perhatian. Batin Winda dalam hati.

Waktu untuk keluar makan malam telah pun tiba, saat akan berangkat Zafran memaksa untuk ikut namun, tidak diberi izin sama Lisa, Lisa sudah tau tujuan Luis sebenarnya mengajak Winda untuk makan malam di luar sebingga Lisa tidak bagi anaknnya untuk menganggu.

Luis mengenakan pakaian kasual yang cocok dan pas di badanya, saat Winda dan Luis berdiri berdampingan, mereka nampak serasi dengan baju yang memiliki warna senada. Mereka berdua pergi menuju sebuah restorant dengan diantar sopir. Sesampainya di restoran mereka berdua naik ke lantai dua menuju meja yang sudah dipesan. Ternyata relasi kerja Luis sudah datang, seorang paruhbaya antara umur 50 tahun ke atas. Winda dan Luis datang dari arah belakang tempat duduk relasinya, sehingga Winda tidak melihat wajahnya.

"Selamat malam, maaf sudah menunggu" kata Luis berbasa basi.

"Oh tidak masalah Tuan muda Luis" ucapnya sambil berdiri menyambut ke datangan Luis.

Winda mengamati wajah relasi Luis tersebut, Winda merasa familiar dengan suaranya. Untuk beberapa saat dia menanti orang tersebut berbalik dan betapa terkejutnya dia, tidak menyangka bisa bertemu disini, Winda kemudian memeluknya. Luis tersenyum puas melihatnya.

Ah siapakah? Winda terlihat akrab dengan relasi bisnis Luis. Hemm ...

avataravatar
Next chapter