21 Cemburu

"Selamat malam, maaf sudah menunggu" kata Luis berbasa basi.

"Oh tidak masalah Tuan muda Luis" ucapnya sambil berdiri menyambut ke datangan Luis.

Winda mengamati wajah relasi Luis tersebut, Winda merasa familiar dengan suaranya, Untuk beberapa saat dia menanti orang tersebut berbalik dan betapa terkejutnya dia, tidak menyangka bisa bertemu disini, Winda kemudian memeluknya. Luis tersenyum puas melihatnya.

Luis mempersilakan relasinya untuk duduk di samping Winda dan dirinya memilih untuk duduk di depan relasinya tersebut. Ya, relasinya Luis untuk proyek kali ini adalah Tuan Andri Hermawan yang merupakan ayah kandung Winda, Luis ingin memberi kejutan serta menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Winda dan keluarganya. Inilah cara Luis untuk mendapatkan hati Winda, tidak hanya orang yang disukai yang didekati tapi juga keluarganya. Kata pepatah kuno, dapatkanlah restu orang tua maka kebehagiaan akan menyertai.

"Bagaimana Ayah bisa bekerjasama dengan Luis dalam satu proyek?" tanya Winda penasaran.

"Ayah pun sangat terkejut tiba-tiba datang surat kontrak kerjasama ke kantor Ayah, dari perusahaan besar lagi" Ayah Winda bersemangat menceritakannya.

Winda menatap Luis meminta penjelasan, tidak mungkin ini sebuah kebetulan. Namun Luis tidak menjawab apapun, dia hanya tersenyum lebar.

Mereka menyantap hidangan makan malam dengan penuh nikmat dan suasana hangat ketika mereka saling berbincang tentang banyak hal, tapi kali ini tidak membicarakan masalah bisnis, semua yang dibicarakan tentang kehidupan keluarga Hermawan.

Setelah dua jam mereka saling mengakrabkan diri, kini mereka harus kembali ke tempat masing-masing untuk beristirahat. Winda tetap ikut dengan Luis, sebab ayahnya masih harus menyelesaikan banyak masalah bisnis. Akhirnya mereka bertiga berpisah di tempat parkir.

"Terimakasih untuk makan malam dan pertemuan yang menyenangkan ini Tuan muda Luis" Tuan Hermawan menjabat tangan Luis.

"Itu tidak seberapa, saya harap Anda tidak menyebutku Tuan muda, cukup panggil Luis saja" Luis merasa tidak nyaman di panggil begitu dengan orang yang lebih berumur dan sangat dia hormati. Sebenarnya Luis ingin minta izin untuk memanggil Tuan Hermawan dengan sebutan ayah, tapi ... Aaach itu masih terlalu dini menurut Luis, nanti malah terdengar tidak sopan. Luis begitu merindukan sosok seorang Ayah sejak orang tuanya meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun lalu.

"Ah hahaha baiklah, tapi sebenarnya sebutan itu pantas saja untukmu sebab kamu begitu bertalenta di usiamu saat ini. Kalau begitu saya pergi lebih dulu, tolong jaga baik-baik peri kecil kesayangan saya." kata Tuan Hermawan sambil menepuk pundak Luis.

"Pasti" jawab Luis mantap sambil tersenyum mempesona.

Winda memeluk ayahnya sebelum mereka berpisah, kini Winda benar-benar merubah pikirannya tentang Luis. Kemarin-kemarin dia begitu kesal dengan Luis yang terkesan tidak sopan dan semaunya sendiri, apalagi jika Winda teringat kejadian pertama kali mereka bertemu di kamar 1 VIP Rumah Sakit Kencana Medika. Ya, waktu itu Winda sangat benci dengan orang disampingnya ini. Namun, kini telah berbeda, Luis begitu perhatian dan baik kepada dirinya serta keluarganya. Diam-diam Winda mulai mengagumi pria disampingnya itu. Tanpa sadar Winda menatap Luis cukup lama tanpa bersuara dan Luis menyadari itu.

"Jangan terlalu lama menatapku, nanti kamu kesurupan" Luis tersenyum jail sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Winda hingga tinggal jarak tiga jari.

Untuk beberapa saat jantung mereka berdua berdetak begitu kencang, ini bukan kali pertama jantung mereka seperti itu. Winda yang tersadar dari lamunannya kemudian melangkah ke belakang tapi badannya hilang keseimbangan dan akan terjatuh tapi Luis mampu menangkapnya dengan meraih pinggang Winda. Winda segera berdiri dan mendorong dada Luis sebab dia merasakan kecanggungan yang luar biasa.

"Ehm, mari kita pulang" Winda melangkah meninggalkan Luis dibelakang.

Luis tersenyum penuh kemenangan, dia kemudian berlari untuk bisa berjalan sejajar dengan Winda, Luis mengandeng tangan wanita di sampingnya, Winda menoleh ke arah Luis mencoba mempertanyakan begitu beraninya pria disampingnya ini tiba-tiba mengandengnya tapi Luis tidak menghiraukannya bahkan menggenggam tangan tersebut lebih kuat, Winda berhenti berjalan dan berusaha menarik tangannya.

"Nanti kamu jatuh lagi" akhirnya Luis bersuara kemudian menarik tangan Winda, membimbingnya melangkah ke mobil. Pria ini selalu pintar menyusun alasan yang membuat Winda tak berdaya. Hati Winda berdebar-debar lagi, pria yang menggandengnya saat ini begitu melindunginya, sederhana sih tapi manis.

***

Hari berikutnya Winda dan Luis bersiap untuk pulang ke Indonesia karena urusan bisnis Luis sudah selesai dan bisa dipantau dari jarak jauh. Zafran nangis terus menerus sejak pagi, dia sudah merasa nyaman dengan Winda sehingga enggan untuk berpisah, bahkan Zafran memaksa ikut ke Indonesia tapi itu tidak mungkin, sebab Lisa sangat sibuk mengurusi bisnis di Malaysia. Luis juga tak ingin membawa Zafran turut serta, dia merasa ribet jika harus mengurus Zafran apalagi mereka tidak pernah akur karena sama-sama jahil.

Setelah Winda menemani Zafran bermain sebentar dan menasehatinya, akhirnya Zafran mau ditinggal. Lisa tersenyum senang melihat Winda bisa mengambil hati Zafran, Lisa kini yakin Winda gadis yang baik, tentunya adik kesayangannya tidak akan sedih dan kesepian lagi setelah ini.

Di Bandar Udara Pulau Penang Malaysia Zafran memberikan sesuatu untuk Winda, pria kecil ini begitu manis dan pintar.

"Aunty jangan lupa sama Zafran ya? Zafran janji akan jadi anak yang baik dan cepat besar biar bisa nyusul aunty ke Indonesia."

Zafran memberikan permen lolipop rasa coklat ke Winda dan memintanya untuk memakannya. Winda tersenyum manis dan menuruti permintaan Zafran.

"Pria kecil, ini enak sekali. Terima kasih ya?" Winda mencium pipi kanan Zafran. Pria kecil itu tersenyum manis dan pipinya memerah.

Luis yang melihat itu merasa cemburu seperti anak kecil. "Ayo masuk, nanti kita tertinggal pesawat" Luis mengambil dan memakan permen lolipop yang ada di tangan Winda yang tadi sudah sempat masuk ke mulut Winda. Luis menarik tangan Winda, memaksanya masuk ke ruang tunggu pemberangkatan.

"Uncle jahat, lolipop itu untuk aunty!" Zafran berteriak karena kesal dengan Luis.

Winda melambaikan tangan ke Zafran dan kak Lisa. Lisa membalas lambaian tangan Winda sambil tertawa geli melihat tingkah adiknya yang cemburu pada hal kecil.

Niko membungkukkan badan ke arah Lisa kemudian berlari mengekori Luis dan Winda.

***

Pagi ini begitu cerah, hari baru akan segera di mulai. Winda memulai rutinitas seperti biasa, kini dia telah kembali bertugas di Rumah Sakit Kencana Medika. Winda langsung ke ruangan kepala perawat begitu sampai di Rumah Sakit. Kemarin setelah sampai di Bandara Internasional Adisudjipto Winda berpisah dengan Luis dan Niko, Winda izin untuk langsung pulang kerumah sebab ingin beristirahat karena hari ini dia kembali tugas di Rumah Sakit. Luis mengizinkan sebab sesampainya dia di tanah air, pekerjaan yang segunung telah menantikannya karena bersantai selama seminggu.

Winda mengetuk pintu ruang Kepala Perawat dan segera masuk setelah dipersilakan oleh yang punya ruangan.

"Selamat datang kembali Winda, terimakasih kamu telah menjalankan tugas dengan sangat baik." Kepala perawat ikut merasa bangga. Winda tersenyum pantas membalas pujian ibu Sukmawati, kepala perawat Rumah Sakit Kencana Medika.

"Ohya mengenai tugas kamu selanjutnya, karena Rumah Sakit kita akan akreditasi maka ada sedikit perubahan jadi beberapa perawat di rolling ke departement lain dan dalam hal ini kamu dan Risa terkena dampaknya." kapala perawat mengamati reaksi Winda mendengar berita tersebut.

Winda sedikit kecewa kenapa dia harus dipindahkan bersama dengan perawat Risa yang ganjen, cerewet dan tukang gosip itu.

"Sehingga mulai besok kamu dan perawat Risa di rolling ke departement IGD." Kepala Perawat berharap Winda dapat menerima keputusan tersebut.

avataravatar
Next chapter