36 Berlibur

Winda segera menyikut perut Luis, sehingga Luis mengaduh karena sakit perut kenyangnya tersentuh siku tajam lengan Winda. "Kamu mengganggu bukannya membantu" kata Winda sambil melirik Luis yang masih meringis kesakitan.

"Kan Aku membantunya dengan cinta?" Luis menggombal.

"Dasar pria hobi jahil" Winda mengusapkan busa sabun cuci piring ke muka Luis.

"Sayaang...." Luis sedikit memekik menerima pembalasan Winda. Kalau bukan wanita yang di cintai yang melakukan itu, pasti Luis sudah marah besar, sebab Luis termasuk pria yang suka kebersihanan dan kerapian.

Luis menarik Winda dalam pelukannya untuk melakukan pembalasan, Luis mengusapkan busa sabun yang ada di mukanya ke pipi Winda, Winda masih melakukan perlawanan dengan mendorong dada Luis dan berusaha menjauhkan wajahnya dari serangan busa sabun yang ada di wajah Luis. Keduanya tertawa bahagia saling membalas kejahilan. Itulah kejahilan cinta mesra ala Winda dan Luis.

♡♡♡

Beberapa hari kemudian saat berlibur pun tiba, Luis dan Winda sampai di Bandar Udara Internasional Pulau Penang Malaysia, dan Niko masih menjadi obat nyamuk mereka berdua.

Mereka bertiga segera meluncur ke kediaman Kak Lisa, membiarkan Winda beristirahat di sana dan ditemani Zafran, sedangkan Luis dan Niko segera meninjau lokasi proyek bersama Tuan Hermawan.

Setelah beberapa jam meninjau lokasi dan meeting bersama beberapa petinggi, meski terjadi beberapa debat pendapat akhirnya mereka mencapai kesepakatan, urusan bisnis pun selesai. Selanjutnya tinggal Luis menikmati liburan bersama Winda. Luis memberikan perintah agar Niko pulang ke Indonesia terlebih dahulu dan menyelesaikan beberapa kontrak kecil selama Luis berlibur.

"Sayang...tidurlah awal, besok kita ke KL" ucap Luis sambil mengusap lembut rambut Winda.

"Kuala Lumpur?" Mata Winda berbinar mengucapkan kata tersebut, meminta kepastian.

"Yes, Kuala Lumpur" jelas Luis pasti. "Besok kita berlibur yang sesungguhnya, hanya kita berdua..." Luis mencolek ujung hidung mancung Winda sambil tersenyum penuh makna.

Seketika wajah Winda memerah seperti tomat matang karena tersipu malu. "Baiklah...aku pergi tidur sekarang" Winda segera beranjak dari tempat duduknya, sebenarnya dia hanya mencari alasan.

Luis meraih lengan Winda dan menariknya, "Tidak sopan, mana ucapan selamat malamnya?" Suara Luis berubah manja.

"Selamat malam" ucap Winda asal.

"Tidak diterima, katakanlah dengan mesra. Ingat Aku ini KEKASIHMU" Luis sengaja memberikan penekanan di kata terakhir.

"Selamat malam sayang.." Winda mencium kening Luis dengan lembut, kemudian berbisik di telinganya, "Puaas?" Winda melangkah pergi dengan senyum menggoda dan meninggalkan Luis yang masih mematung di tempatnya dengan rasa yang masih melayang - layang di angkasa.

Pagi hari bersinar dengan terang menembus butiran embun yang hinggap di selembar daun hijau muda, burung berkicau dengan merdu saling bertautan.

Luis membawa Winda menuju Bandar Udara International Pulau Pinang Malaysia, penerbangan mereka pagi ini menuju Kuala Lumpur.

Setelah mengudara empat puluh lima menit mereka sampai di Kuala Lumpur International Airport.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke stasiun kereta KLIA Transit menuju Putrajaya, lima belas menit perjalanan mereka sampai di Putrajaya. Luis membawa Winda ke masjid Putrajaya, bangunan masjid dengan gerbang yang tinggi besar nampak kokoh bergaya seperti masjid Taj mahal di India, dengan kubah besar di atasnya, masjid dengan nuansa warna pink tersebut nampak menyejukkan mata, setiap pengunjung yang masuk ke dalam masjid dipersilakan memakai jubah seperti dalam film Harry Poter namun berbeda warna, yakni jubah warna biru muda untuk pengunjung muslim dan warna pink untuk pengunjung non muslim. Setiap pengunjung yang tidak berpakaian tertutup atau muslim diperkenankan memakai jubah tersebut. Masjid tersebut sangat Luas dan tinggi menjulang, ukiran - ukiran indah di setiap bagianya menambah unik masjid tersebut.

Di depan masjid terhampar pelataran yang luas yaitu Dataran Putra, di bagian tengah terdapat taman berbentuk melingkar dan berbagai bendera negara berjejer rapi di sana. Kenapa di desain seperti itu mungkin karena masjid Putrajaya berdekatan dengan bangunan Kedutaan Negara Malaysia yang menghadap ke Dataran Putra tersebut.

Luis mengajak Winda menikmati makan siang berupa nasi briyani yaitu makanan khas timur tengah berupa nasi yang di masak dengan aneka macam rempah - rempah dan berwarna kekuningan beserta ayam. Makanan tersebut terasa asing di mulut Winda namun mempunyai rasa yang unik menurutnya.

Setelah mereka selesai makan di restaurant lantai bawah, tepatnya di sisi sebelah selatan masjid, Winda termenung menikmati indahnya pemandangan danau dan di kejauhan nampak bangunan gedung putih bergaya kuno.

Tujuan selanjutnya mereka pergi ke KL central, berjalan - jalan di pasar seni dengan berbagai macam kerajinan serta pernak - pernik miniatur menara kembar atau KLCC.

ĺLuis juga membawa Winda berjalan di Petaling Street yaitu tempat berbelanja seperti Malioboro namun identik dengan nuansa tiongkok, gapura besar berwarna merah di pintu masuk dan lampion - lampion berwarna merah juga di langit - langit jalan tersebut.

Setelah puas berjalan -jalan, Luis mengajak Winda menyaksikan air mancur menari di taman belakang bangunan KLCC..Mereka beberapa kali mengambil gambar berlatar belakang menara kembar. "Aku juga teringin membuat yang kembar bersamamu" Luis berkata sambil menatap menara kembar di depannya.

Winda melingkarkan tanganya di pinggang Luis, "Iya suatu saat nanti".

"Serius? kamu mau sayang?" Luis sedikit terkejut mendengar jawaban Winda.

Winda menganggukkan kepalanya dengan mantap. Winda merasa bahwa Luis memang masa depannya, Winda tak pernah merasa sepercaya ini terhadap pria sebelumnya.

Luis merubah posisinya menhadap ke Winda, suasana yang romantis mendukung suasana hati dua insan tersebut, tangan kanan Luis meraih pipi kiri Winda, mengusapnya dengan penuh kasih sayang, dan tangan kirinya menempel di pinggang Winda perlahan wajah Luis semakin mendekat, mencium bibir manis Winda, mengulumnya dengan lembut namun bertenaga. Winda pun hanyut dalam indahnya mimpi manis malam ini, Winda hanya mengikuti arah permainan bibir Luis yaang menggairahkan.

avataravatar
Next chapter