29 Akhiri dari Luka

Lusi tersenyum mengejek, matanya seperti mengatakan "Baru gini aja sudah bergaya, siapa sih wanita ini? babysitter kok cari muka di hadapan Kak Lisa dan Luis, perlu dikasih pelajaran nih". Lusi bertanya-tanya dalam hati. Lusi coba mengalihkan perhatian Luis dan Kak Lisa dengan sengaja membahas masalah kehidupannya selama beberapa tahun terakhir di malaysia dan bertemu dengan Kak Lisa.

Setelah selesai makan malam, acara bercerita dilanjut di ruang keluarga sambil nonton film, Winda menemani Zafran belajar mewarnai tidak jauh dari sofa dimana Kak Lisa, Luis dan Lusi mengobrol. Lusi sengaja memamerkan kedekatanya dengan Luis dan sesekali menempel di pundak Luis atau memukul-mukul manja lengan Luis, namun Luis hanya berekspresi datar. Luis lebih fokus memperhatikan Winda dari jauh dan memberikan senyuman mempesonanya saat mata mereka saling bertemu pandang.

Beberapa saat kemudian Winda ijin pulang karena hari semakin larut, Zafran masih enggan berpisah dengan Winda, namun Winda segera memberi penjelasan kepada Zafran, "Besok Aunty harus kerja, kalau Aunty bolos kerja nanti kasihan orang yang sedang sakit harus menunggu untuk sembuh...Kalau Aunty libur kerja nanti kita main bersama lagi" Winda membujuk Zafran dengan nada seperti anak kecil dan dengan suara yang lembut sehingga Zafran mudah mengerti.

"Ok Aunty, tapi janji ya..besok kita main lagi, Zafran teringin jalan-jalan ke Zoo dengan Aunty" Zafran menunjukkan jari kelingkingnya ke Winda dengan ekspresi imut.

Winda segera mengaitkan jari kelingkingnya ke jari yang di tunjukkan Zafran, "Janji" sambil tersenyum manis.

"Terima kasih Winda, sudah mau menemani putraku" Ucap kak Lisa sambil mencium pipi kanan dan kiri Winda.

"Sama-sama Kak, saya memang suka anak kecil" Winda tersenyum, dirinya merasa lega Kak Lisa menerimanya dengan baik.

Winda mendekat ke Lusi berniat untuk berpamitan, Winda mengulurkan tanganya, butuh waktu beberapa saat hingga akhirnya Lusi menjabat tangan Winda dengan tatapan merendahkan. Winda tidak terlalu ambil hati, dia sudah mulai terbiasa dengan perlakuan orang-orang sombong seperti itu.

Winda dan Luis saling pandang tanpa berkata apa - apa hanya tersenyum satu sama lain.

Winda mengambil tasnya dan melangkah keluar dari ruangan tersebut, Luis segera bertindak tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk bersama Winda.

"Kak, Aku antar Winda pulang ya?" Luis berlari dan menyambar kunci mobil untyk segera mengejar Winda. Luis sengaja di menit terakhir baru bertindak, sebab jika dari awal Lusi menyadari niatnya Luis untuk mengantar Winda, pasti Lusi tidak akan membiarkannya.

"Luis tunggu!" usaha Lusi sia-sia sebab Luis sudah berlalu pergi. Lusi hanya bisa menggerutu dalam hati.

Di luar Rumah, Luis meraih tangan Winda dan berjalan sejajar denganya."Kamu..." Winda terkejut.

"Aku antar ya?"

"Apa tidak akan jadi masalah?" tanya Winda mengejek.

"Hahaha...tentu tidaklah. Sudah dari tadi Aku menunggu kesempatan berdua denganmu" senyum Luis menggoda Winda.

Mobil mewah Luis melaju ke jalanan membelah gelapnya malam, di dalam mobil syair lagu romantis begitu terdengar menyentuh hati, suasana menjadi melow...

Tiba-tiba tangan Luis meraih tangan Winda dan meremasnya dengan lembut, Winda tak kuasa menolaknya, jujur hati nuraninya juga menginginkannya. Luis tersenyum bahagia sambil terus menyetir tanpa menoleh ke Winda, Luis merasa senang karena tiada penolakan dari Winda.

Winda seperti mempertimbangkan sesuatu, beberapa menit kemudian dia mulai berbicara, "Ehm...Luis, boleh Aku bilang sekarang?" Winda agak canggung.

"Bilanglah...Aku dengarkan" ucap Luis tetap fokus pada jalan di depan.

"Ehm...Aku sudah putuskan untuk menerima Kamu" huft akhirnya terucap juga.

"Apa?!" Luis segera menoleh terkejut tak percaya dengan ucapan Winda barusan meski tidak begitu jelas. Luis segera menepikan mobilnya ke pinggir jalan, begitu mobilnya telah terparkir rapi di pinggir jalan Luis segera memposisikan badanya menghadap ke Winda. Luis meraih kedua tangan Winda dan menggenggamnya, jantungnya berdetak tidak menentu. "Bisa tolong ulangi lagi?" wajah Luis penuh harap dan super serius.

Winda menjadi semakin gugup, dia merasa pipinya menjadi hangat, jantungnya berdetak semakin kuat dan cepat, " Aku sudah mengambil keputusan untuk menerima perasaan Kamu" Winda menyelesaikan kalimatnya dan menunduk karena malu ditatap sedekat itu dan dengan ekspresi serius di wajah Luis.

"Yes! yeach..yeach.." Luis menaik turunkan lengannya begitu girang seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.

Spontan Winda tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Luis, "Hahahahaha...dasar anak kecil". Tadinya Winda mengira setelah dia mengutarakan isi hatinya maka akan terjadi momen romantis dengan Luis dan membuatnya semakin tersipu malu.

Winda sudah memutuskan pilihannya, setelah mempertimbangkan perlakuan baik Luis selama ini terhadap dirinya dan kedua orang tuanya yang merupakan segala-galanya buat Winda dan juga atas sikap baik Kak Lisa menerima dirinya. Winda tidak ingin berlama-lama lagi larut dalam luka masa lalunya. Winda sepenuhnya yakin bahwa Luis pria baik yang dapat membahagiakan dirinya bahkan juga keluarganya.

Luis meraih tangan Winda lagi setelah selesai dengan euforianya. Luis serius lagi, "Terima kasih telah menyambut perasaanku" ucap Luis tulus. Winda hanya tersenyum dan mengangguk. Luis meraih pipi Winda kemudian menjalar ke bawah telinga..mendekatkan wajahnya..berusaha menggapai bibir Winda...detak jantung keduanya berdetak kencang hingga menggema di telinga keduannya. //💋// Bibir keduanya beradu, Luis menikmati lembutnya bibir wanita yang dia cintai, hangat dan lembab.

// 🎵🎵🎵// Ponsel Luis berbunyi...

Luis terpaksa menghentikan kesenangannya, dia melihat nama Kak Lisa terpampang di layar ponsel, Luis segera mengangkatnya...

📞"Ada apa Kak?"

📞"Urusanmu masih lama kah? Lusi mengurung diri di kamar, dia menangis terus dari tadi. Kakak takut terjadi apa-apa jika dibiarkan" Suara Kak Lisa terdengar khawatir.

Luis melirik ke Winda, Winda segera mengangguk seperti tau apa yang Luis tanyakan.

📞"Baiklah, Aku segera pulang" Luis menutup ponselnya.

"Aku akan mengantar kamu dulu" Luis menghidupkan mesin mobil.

"Tidak perlu, Aku bisa pulang sendiri tidak apa-apa" Winda menggenggam tangan Luis untuk meyakinkannya. "Segera pulang, Lusi membutuhkanmu".

Luis segera keluar mobil menghentikan taksi yang lewat di depanya, dan mempersilakan Winda untuk naik. Luis juga tidak lupa berpesan agar Winda menghubunginya jika sudah sampai di rumah. "Hati-hati Sayang" Luis tersenyum manis sambil menutup pintu taksi.

Luis segera masuk ke dalam mobil dan berputar arah, sesampainya di rumah Luis langsung menuju kamar Lusi, Kak Lisa menyambutnya di depan pintu kamar. "Lusi langsung masuk kamar dan menangis setelah kamu pergi tadi, Kakak sudah membujuknya untuk membuka pintu tapi tidak di dengar, dia terus memanggil namamu" Kak Lisa menjelaskan keadaan.

"Lusi..buka pintunya, ini Aku" ucap Luis sambil mengetuk pintu.

Tidak lama kemudian pintu kamar Lusi di buka dari dalam. Kelopak mata Lusi terlihat membengkak karena menangis, Lusi segera memeluk Luis begitu melihatnya, pelukannya begitu erat hingga membuat Luis sesak nafas.

"Lepas, nafasku sesak".

"Sorry, ayo kita bicara" Lusi menarik Luis masuk ke kamarnya.

♡♡♡

Winda telah sampai dirumah, dia masuk ke kamar berwarna pink ungu, Winda membuka tas dan meraih ponselnya. Winda menghubungi nomor Luis, sesaat dia menunggu jawaban...namun tidak diangkat hingga beberapa kali. Winda berbaring di tempat tidurnya, fikirannya melayang di langit-langit kamar. Akhirnya dia memutuskan untuk mengirim sebuah pesan...

📨"Aku sudah sampai rumah denhan selamat. Lusi baik-baik saja kan? Apa yang terjadi?"

Winda tertidur pulas karena lelah menunggu balasan yang tak kunjung muncul.

👉Euforia adalah perasaan kegembiraan yang berlebihan.

avataravatar
Next chapter