10 TERCIDUK!

๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ

"Aku tidak berulang tahun hari ini, kenapa aku diberi kado?" tanya Zeline

"Kau tidak ingin kado? Kau mau apa?" Fello bertanya balik

Zeline menatap Fello intens, "Cukup berikan aku ciuman yang lebih lama,"

๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ

Ricard begitu terkejut mendengar ucapan yang dilontarkan Zeline padanya. Tidak menginginkan kado hanya menginginkan ciuman yang lebih panjang. Apakah Zeline terserang kejang otak atau tiba-tiba sarafnya putus. Wanita itu kenapa mendadak menjadi agresif.

Baru saja Fello ingin mendekatkan wajahnya pada Zeline, wanita itu malah tertawa terbahak-bahak membuat Fello tersentak kaget.

'Sepertinya benar, Zeline terkena serangan kejang otak' batin Fello

Zeline menstaterkan kembali mobil dan mulai melaju dengan kecepatan sedang. Wajah cantik Zeline semakin terlihat mempesona saat senyum tercipta di wajahnya.

"Kau tadi hanya becanda?" tanya Fello akhirnya dan dijawab dengan anggukan Zeline

Tanpa menoleh ke arah Fello,

"Wajahmu begitu shock! Aku menyukai ekspresi seperti itu, lagi pula itu balasan akan candaan yang kau buat sebelumnya," ucap Zelin

Fello mengernyitkan dahi, mencerna ucapan Zeline.

"Kau menganggap ucapanku tadi becanda? Aku bahkan tidak becanda sama sekali. Aku serius mengenai kekasih ataupun istri," kata Fello meyakinkan

Zeline tertawa lagi mendengar ucapan Fello.

"Astaga, kau lucu sekali. Bagaimana mungkin, terbang dari New York ke Indonesia hanya untuk melamarku! Itu sangat tidak masuk akal,"

"Kau menghabiskan uang, membeli tiket pesawat, menyewa mobil mahal ini dan juga menginap di Hotel bintang lima, hanya untuk melamar wanita sepertiku. Kau bahkan belum mengenal aku seperti apa sebenarnya," jelas Zeline

"Aku bahkan tidak peduli berapa banyak uangku terbuang. Aku memang berniat datang kemari untuk lebih mengenalmu dan juga memintamu untuk jadi kekasihku," ucap Fello serius

"Tapi kau belum mengenalku dengan baik. Lagi pula, aku belum tahu apapun mengenaimu,"

"Tempat tinggal lengkapmu, pekerjaan jelasmu, bahkan bagaimana kehidupanmu disana. Meskipun aku sudah nyaman berbincang denganmu, tapi itu saja tidak cukup. Aku hanya ingin mengenalmu secara perlahan, tidak perlu terburu-buru. Begitupun kau sebaliknya kepadaku," jelas Zeline

Fello takjub mengenai pemikiran seorang wanita modern seperti Zeline. Wanita itu tetap ingin mengetahui segala mengenai dirinya sebelum menjalin hubungan dengannya. Biasanya, wanita masa kini, tidak memikirkan semua itu. Fello yakin, jika ia melamar wanita lain, wanita itu akan dengan cepat mengangguk, mengiyakan ajakan Fello tanpa pemikiran yang lain-lain.

Satu poin tambahan untuk Zeline, membuat Fello semakin menyukai wanita ini. Wanita asia pertama yang membuatnya jatuh hati begitu tergila-gila.

"Baiklah, kita jalani dengan perlahan. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu, jika kau ingin mengenalku lebih jauh, sebelum kita memulai suatu hubungan," ucap Fello

"Tempat kau menginap sudah sampai. Aku hanya mengantar sampai disini. Aku harus pulang ke apartmentku dan bersiap untuk besok, hari pernikahan Mesya,"

"Beristirahatlah. Aku akan menghubungimu jika aku sudah sampai di apartmentku yang berada tidak jauh dari sini. Besok, pukul 10 pagi, gunakan GPS untuk menjemputku. Kita pergi bersama ke pernikahan Mesya. Bagaimana?"

Zeline mengamati wajah tampan ralat super tampan pria dihadapannya ini

"Kau tidak ingin menginap disini saja bersamaku? Bagaimana kau pulang? Dengan apa? Aku akan mengantarmu," tanya Fello panik

Zeline menyentuh telapak tangan Fello dan menggosoknya lembut.

"Kau baru sampai belum 24 jam di Indonesia. Lebih baik kau belajar menggunakan GPS di dalam kamar hotel. Aku pulang dengan taksi. Tidak perlu mengantarku. Jangan mengkhawatirkanku. Aku yang seharusnya mengkhawatirkanmu,"

"Ayo, aku antar kau ke lobby. Lalu aku akan pulang. Aku sudah gerah dengan gaun ini," Zeline membuka pintu mobil dan ingin keluar namun tertahan.

Fello mencekal lengan Zeline tidak begitu kencang tapi tidak begitu lembut juga. Fello menarik tengkuk leher Zeline dengan pelan dan mendaratkan ciuman pada bibir yang begitu menggodanya sedari tadi. Bukan ciuman singkat tapi kali ini, Zeline membalasnya dengan membuka mulutnya.

Ciuman yang tidak bisa dibilang singkat namun sarat dengan gairah. Cukup membuat Fello dan Zeline terengah-engah. Keduanya mengakhiri ciuman itu saat pintu mobil diketuk oleh satpam hotel.

Zeline menurunkan kaca mobil, meski dengan kesadaran yang kurang fokus.

"Permisi Pak, Bu. Maaf mengganggu. Bisa dilanjutkan kegiatannya di dalam saja. Kaca mobil ini terlalu transparan, sehingga banyak orang yang dapat melihat kegiatan Bapak dan Ibu. Saya benar meminta maaf," Satpam hotel tersebut memberi teguran halus pada Zeline dan Fello

"Oh, oke," Hanya kata itu yang keluar dari mulut Zeline menanggapi ucapan panjang lebar satpam tersebut

Satpam itu lantas berjalan meninggalkan mereka berdua dan Zeline mematut keadaannya di kaca seketika melotot horor. Lipstick-nya tak lagi rapi, ia seperti zombie yang habis memakan darah manusia. Sedangkan tantanan rambutnya tak lagi rapi seperti awal ia datang ke acara Mesya.

"Kenapa aku terlihat begitu horor?" gumam Zeline

Zeline beralih memandang Fello yang tak lagi rapi. Rambutnya acak-acakan dan sekeliling bibir Fello dipenuhi lipstick milik Zeline.

"Kita begitu liar ternyata," ucap Fello santai mengambil tisu yang ada didekatnya dan membersihkan sekitar bibirnya

'Sialan! Fello adalah pencium terbaik yang pernah aku rasakan. Damn! Jangan bilang aku ketagihan akan bibirnya. Sadar Zel, keep calm! Jangan jadi wanita agresif' batin Zeline

Saat keduanya memasuki Lobby dan Zeline berjalan menuju meja Front Office menanyakan kunci kamar yang belum sempat diambil oleh Fello. Sang petugas FO memberikan kunci kamar milik Fello yang nyatanya itu kamar termahal dan termewah di hotel ini. Zeline lagi-lagi takjub mendengar penjelasan yang diberikan oleh petugas FO tersebut padanya.

Zeline ingin sekali menanyakan pada Fello banyak hal yang sudah bersarang di kepalanya. Sungguh, menurut Zeline banyak hal yang tak masuk akal yang dilakukan oleh Fello, meskipun dia berasal dari negara kaya. Tidak mungkin gaji karyawan biasa bisa membeli tiket pesawat, menyewa mobil mewah dan menginap di hotel dengan harga yang fantastik. Zeline pun akan berpikir 2 kali, jika ingin menginap di hotel ini dengan harga yang begitu tinggi meskipun dirinya punya uang banyak.

"Sampai bertemu besok. Aku akan mengabarimu alamat apartmentku. Latihanlah memakai GPS," Zeline berpamitan pada Fello dan pria itu mengangguk patuh

Suasana lobby hotel sedikit agak ramai dari biasanya karena ada pernikahan. Banyak pasang mata wanita yang jelalatan menatap Fello seakan santapan yang menggiurkan. Dada Zeline berdesir tak suka melihat tatapan mereka semua pada Pria-nya! Ya, sebut saja Prianya.

Zeline mendekati Fello, mengalungkan lengannya pada leher Fello namun matanya menatap tajam para wanita yang haus akan pemandangan pria tampan. Lengan Fello tak menunggu lama, langsung mengait di pinggang Zeline. Fello memegang dagu Zeline agar wajah Zeline menatapnya.

"Aku cemburu melihat para wanita itu menatapmu liar," ucap Zeline tak sadar

"Aku juga rasanya ingin mematahkan tulang dan mencongkel mata para pria yang menatapmu lapar," balas Fello

Tenggorokan Zeline tercekat. Wajahnya memerah merona. Keduanya menjadi pusat perhatian para tamu hotel yang sedang berada di lobby.

"Damn, Shit! Aku bahkan ingin mencumbumu kembali disini," bisik Fello parau

Zeline mencoba menormalkan kinerja otaknya. Ia tidak akan berbuat asusila di depan khalayak ramai seperti saat ini. Zeline mencium bibir Fello singkat dan melepaskan pelukan mereka berdua.

"Aku pulang," Zeline bergegas pergi sebelum otaknya kembali kotor

Entah kenapa bagian tubuh paling sensitifnya berkedut seketika ingin dibelai oleh Fello. Gelenyar aneh yang tak pernah muncul itu datang bersamaan dengan ciuman panas mereka saat di mobil dan ketika Zeline meraba dada yang tersimpan dibalik kemeja Fello. Sesungguhnya, ia tidak pernah merasakan hal gila seperti ini saat bersama deretan para mantannya. Apakah pria luar negeri begitu menggairahkan dibandingkan pria lokal? Inikah yang dirasakan Fini saat dekat atau bermain dengan para pria bule.

Sungguh, Fello misterius dan berbahaya. Otak Zeline mendadak dipenuhi ucapan Fini, Vera dan Mesya mengenai kenikmatan hubungan nananina di ranjang bersama seorang pria. Haruskah, Zeline melakukannya dengan Fello? Tapi, Zeline masih takut akan sakitnya tusukan senjata pria itu.

Zeline pastikan senjata Fello begitu panjang, besar, tegang dan berurat. Dua kali lipat dari sosis yang biasa menjadi sarapannya sehari-hari. Demi Tuhan, itu pasti sakit sekali ketika merobek pembatas dirinya.

Tuhan, begitu besar cobaanmu. Di satu sisi, Zeline begitu mendamba membelai tubuh atletis yang dipenuhi otot Fello, namun di sisi lain, Zeline begitu takut, jika dirinya jatuh dalam hipnotis Fello yang mengakibatkan dirinya akan nananina dengan Fello dan artinya ia akan merasakan sakit yang luar biasa.

'Dasar bule sialan! Kenapa harus begitu menggoda, sampai otakku dipenuhi sampah ucapan Ketiga wanita gila itu. Aku akan menonton film adegan tembak menembak pistol berurat kedalam lubang surgawi malam ini, agar tidak mati penasaran,' batin Zeline

๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ

avataravatar
Next chapter