1 Oneshoot

     Pria itu tidak terlalu menghiraukan perlajarannya. Disaat berada di sekolah ia selalu mengandalkan ayahnya yang merupakan seorang pemilik yayasan sekolah tersebut, dengan santai ia bolos sesuka hatinya. Tidak ada guru yang berani memarahinya. Walau begitu, Sehun tidak pernah sekalipun absen dalam kelas seni. Alasan satu-satunya yaitu untuk bertemu dengan guru yang selalu menarik perhatiannya. Kenapa begitu? Ya, karena guru tersebutlah satu-satunya guru yang berani memarahinya ketika ia berbuat salah. Dan guru tersebutlah yang sangat sering menjumpai ayahnya untuk melaporkan kenakalannya.

--

     Yoona sedang melengkapi barang-barang yang akan ia bawa ke kelas. Menjadi guru seni memang menyenangkan. Namun ketika ia sadar bahwa ia harus bertemu dengan pria menyebalkan itu, dirinya langsung kehilangan semangatnya. Ia selalu merasa heran, kenapa anak itu selalu mengganggunya. Dirinya yang merupakan guru berpenampilan terburuk disekolah ini, guru yang selalu dikucilkan mengenai pakaian, dianggap kolot, kutu buku dan menggunakan kacamata berlensa tebal. Memikirkannya saja dia sudah menyesal akan dirinya. Tetapi pria itu, pria terpopuler dan berwajah tampan itu seperti tidak menghiraukan kondisinya. Pria itu tidak henti-hentinya menggoda dan mengganggunya.

'Syukurlah, tidak lama lagi akan ada ujian kelulusan, Aku akan memberikan nilai tinggi untuknya, agar ia bisa segera keluar dari sekolah ini.'

--

     Duduk santai disudut kelas. Menaikkan sebelah kakinya keatas meja lalu melipat kedua tangannya menempel ke dada. Menikmati music dari ponselnya. Tidak menghiraukan tatapan dari gadis-gadis yang ada disana. Tiba-tiba saja seseorang menyenggolnya dan menjatuhkan ponsel mahalnya. Ia langsung mengamuk dan hendak memukul, namun ketika itu pintu kelas terbuka dan Yoona pun muncul disana, ia langsung bersikap manis dan kembali duduk. Tentu yang saat ini ia lakukan adalah merekatkan pandangannya dengan gadis itu, guru yang selama ini menarik perhatiannya.

"Sudah jangan ribut lagi!" teriak Yoona. Namun sayangnya tidak ada seorang murid pun yang mendengarkan perkataannya, itu adalah hal yang harus ia hadapi setiap harinya. Tidak dihiraukan oleh seisi sekolah sudah menjadi santapannya setiap hari.

"Kalian tidak dengar apa yang dia katakan?" suara itu terdengar lantang. Ya, itu Sehun. Semua mata langsung terpaku padanya, dan dalam sekejap suasana menjadi hening. Sehun pun tersenyum nakal kepada Yoona yang kini mencoba mengalihkan pandangan darinya.

"Khamsahamnida." ucap Yoona tanpa melihat kearah Sehun yang masih tersenyum puas. "sekarang kita akan mempraktekkan dialog yang sudah saya bagikan minggu lalu, kalian sudah menguasainya?"

"Sudah seonsaeng-nim!" jawab mereka serentak. Pelajaran itu pun dimulai.

      Semua pelajar maju dengan pasangan mereka masing-masing. Mereka terlihat antusias mengikuti pelajaran itu. Setelah memeriksa semua nama, tinggal satu siswa yang belum mendapatkan nilai, itu karena ia belum mempraktekkannya ke depan. Yoona kembali gelisah ketika yang dilihatnya nama Oh Sehun.

'Oh Sehun. Aish! Ada apa dengan anak ini?'

"Oh Sehun, kenapa kau tidak maju kedepan?" Tanya Yoona mencoba tenang seraya menatapnya lekat.

"Temanku tidak datang." jawabnya santai. Dapat Yoona rasakan darahnya yang melepuh kesal. Tidak ada pilihan lain. "majulah, aku yang akan menggantikannya." mendengar itu langsung membuat Sehun tersenyum lebar. Mereka pun mulai mempraktekannya.

     Saling bertatapan dengan jarak mereka yang hanya 10centi membuat Yoona sedikit resah. Namun ia mencoba menutupinya. Sehun tidak juga membaca dialognya. Yang ia lakukan hanya menatap Yoona lekat. Awalnya Yoona mengira bahwa Sehun tengah mencoba mengingat isi dialognya, karena itu ia mencoba menunggu dan terus membalas tatapan pria itu. Namun hal lain terjadi diluar perkiraannya. Dugg! Dugg! Dugg!

'Apa-apaan ini, kenapa jantungku bereaksi hanya karena tatapan anak ingusan sepertinya?'

     Yoona mendadak gelisah dan langsung mengalihkan pandangannya. Mencoba melangkah mundur, tapi Sehun malah menarik pinggangnya sehingga membuat tubuhnya menempel pada tubuh Sehun. Begitu juga dengan wajahnya yang kini terpaksa menghimpit dada bidang Sehun. 

     Yoona kaget bukan main. Tentu ia harus marah karena telah diperlakukan seperti itu, namun kembali tak terduga. Tepat ketika ia hendak menatap Sehun, belum sempat ia mengumpat, mulutnya sudah lebih dulu di penjara oleh bibir Sehun. Ya, pria itu menciumnya. 

     Seisi kelas langsung histeris, sebagian orang merekamnya, sebagian lagi mengutuk Yoona kesal. Yoona mencoba melepas ciuman itu, namun tangan Sehun yang melingkar dipinggangnya terlalu kuat sehingga membuatnya menyerah dan hanya bisa diam. Tidak lama dari itu, Sehun melepaskan ciuman itu dan tak lupa mengatakan sesuatu kepadanya.

"Dengan ini, kita sudah resmi berpacaran." tidak lupa memberikan senyuman nakalnya. Senyuman yang sesungguhnya sangat mematikan bagi para gadis. Seakan tak merasa bersalah, ia melangkah kembali ketempat duduknya. Meninggalkan Yoona yang masih mematung disana.

--

     Terduduk lemas di hadapan komputernya. Saat ini kantor dipenuhi dengan guru yang sedang bersiap-siap untuk pulang. Ada yang sedang asik mengobrol, berdandan, dan merapihkan meja kerja. Sedangkan Yoona, ia hanya merunduk malu. Mengingat kejadian yang barusan terjadi, ia benar-benar merasa bodoh, bagaimana mungkin seorang guru sepertinya bisa diperlakukan seperti itu dengan muridnya sendiri. 

     Disela lamunannya, terdengar sebuah keributan dari dalam kantor. Disaat ia menoleh, semua mata sedang tertuju padanya, tentunya dengan cacian halus yang mereka lontarkan padanya. Itu karena mereka baru menonton sebuah rekaman yang baru saja diberikan salah seorang murid. Tentunya rekaman yang berisi adegan ciuman antara dirinya dan Sehun.

'Anak itu selalu membawaku ke dalam masalah. Aish! Bagaimana ini?'

     Seisi kantor kembali histeris ketika pintu kantor terbuka dan Sehun masuk dari sana. Mereka langsung memfokuskan mata padanya yang saat ini sedang menghampiri Yoona. Yoona menatapnya tak percaya. Setelah kericuhan yang terjadi, bagaimana mungkin ia masih bisa tersenyum seperti itu.

"Ayo kita pulang." Sehun malah menarik tangannya, tidak lupa ia meraih tas Yoona lalu membawanya keluar dari kantor.

--

     Sepanjang perjalanan mereka menuju parkiran, puluhan mata terpaku menatap mereka, dan puluhan lainnya mencaci dan mengutuk guru mereka. Tubuh Yoona seakan kehilangan tenaga. Dan bodohnya lagi, ia hanya mengikuti langkah Sehun yang belum ia ketahui kemana arahnya. 

"Jangan didengarkan, mereka hanya iri kepadamu." ujar Sehun dengan santai tanpa menghiraukan mereka. Setibanya di parkiran, ia langsung mempersilahkan Yoona untuk masuk kedalam mobilnya lalu membawanya pergi dari sekolah. Perlu diketahui, hanya Sehun yang mengendarai mobil ke sekolah. Dan semua itu dikarenakan jabatan ayahnya.

     Tidak seperti yang ia bayangkan. Ternyata Sehun langsung mengantarnya pulang ke apartemennya, dan anehnya lagi, pria itu mengetahui dimana tempat tinggalnya. Ia semakin merasa ada yang tidak beres dengan pria itu.

"Masuklah." kata Sehun sembari memberikan tasnya. Yoona masih menatapnya menyelidiki. "wae? Apa aku harus mengantarmu sampai depan kamar?" tambahnya yang membuat Yoona tertawa tak percaya. Pria itu seakan lupa dengan masalah yang telah ia perbuat. "baiklah jika begitu, aku akan mengantarmu sampai didepan kamar." ia kembali menarik tangan gadis itu, tetapi ditepis dengan cepat oleh Yoona.

"Yak, apa yang sedang kau rencanakan?" Tanya Yoona ketus

"Maksudmu?" kata Sehun tak mengerti.

"Apa yang sedang kau rencanakan!" bentak Yoona lagi.

"Aa.. itu. Aku sedang memikirkan seperti apa pesta pernikahan kita nantinya. Waeyo? Kenapa kau menanyakan ini?" jawaban yang diluar perkiraannya.

"Cih, sepertinya kau harus segera memeriksakan keadaan mentalmu." ucapnya lalu masuk kedalam apartemen, meninggalkan Sehun yang hanya tersenyum melihat kepergiannya.

"Apa menyukaimu adalah kesalahan?" gumam Sehun terlihat lelah.

--

"Aboji dengar kau membuat masalah lagi?" kata ayahnya yang baru saja menghampirinya. Ia yang sedang serius membaca komentar pedas fansnya di social media tentang apa yang ia lakukan tadi tidak terlalu menghiraukan perkataan sang ayah.

"Hmm.." jawabnya jujur.

"Sehun-a, jangan begitu.."

"Kenaoa?" ia menoleh sejenak, lalu kembali menatap layar ponselnya dengan serius.

"Kau boleh berbuat apa saja, tapi jangan mengganggunya. Dia bisa terkena masalah." kata ayahnya yang ternyata sudah mengenal Yoona dengan baik. Dulunya Yoona merupakan siswi kesayangan ayahnya ketika ayahnya masih menjadi guru. Karena itu Yoona berani menghampirinya ketika Sehun berbuat masalah di sekolah.

"Masalah? Aboji, apa salah jika aku menyukainya?" Sehun menatap ayahnya kecewa.

"Kau benar-benar menyukainya?"

"Apa aku terlihat bercanda?" ia langsung meninggalkan ayahnya. Ia benar-benar kesal diperlakukan seperti anak kecil seperti itu. Masuk kedalam kamarnya, meraih kunci mobilnya lalu pergi entah kemana.

--

     Dua jam ia mengelilingi kota Seoul, akhirnya dengan kesal ia memutar balik mobilnya dan berhenti tepat di depan apartemen Yoona. Melangkah dengan pasti menuju kamar gadis itu. Tidak sulit untuknya mencari tahu kamar gurunya itu. Setibanya disana, dengan cepat ia menekan bel. Tidak butuh waktu lama, pintu terbuka dan dia langsung masuk kedalamnya tanpa menunggu gadis itu mempersilahkannya.

"Yak! Apa yang sedang kau lakukan! Kenapa kau masuk kekamarku.."

"Apa salah jika aku menyukaimu?" sambar Sehun memotong perkataannya. Dapat Yoona lihat raut emosi pada wajahnya.

"Ada apa denganmu?"

"Kenapa aku harus mengikuti perkataan mereka? Kenapa aboji juga berpikiran sama dengan mereka? Sulit untukku tertarik kepada seorang gadis setelah kepergian ibuku. Tidak bisakah kau menerimaku? Agar mereka yakin dengan perasaanku saat ini?" menatap Yoona penuh harapan. Perlahan bergerak menggenggam bahu gadis itu dengan kuat.

"Terimakasih sudah menyukaiku. Tetapi, perasaanku tidak bisa dipaksa." ucap Yoona hati-hati. Seketika tangan Sehun melemas dan tangannya pun terlepas dari bahu Yoona. Ia melangkah menuju pintu dan hendak keluar.

"Aku masih berharap bahwa kau adalah takdirku." katanya sebelum dirinya keluar dari sana. Tidak bisa berbohong, perkataannya berhasil membuat jantung Yoona berdebar kacau.

--

     Semua mata memandangnya hina. Mereka mengganggapnya tak tahu malu karena berani mendekati Sehun. Sehun yang terkenal dengan ketampanannya dan disegani satu sekolah selalu menarik perhatian banyak orang. Mencuim gadis itu, gadis yang hampir tidak diketahui keberadaannya disekolah. Berpenampilan seperti kutu buku, tentu semua orang akan mengecamnya. Dilihat sekilas saja gadis itu sudah jauh berbeda dengan Sehun. Tentu mereka akan menentang hubungan mereka.

     Saat ini memasuki perkarangan sekolah sudah sangat menyiksanya. Terlalu banyak tatapan melecehkan dari banyak orang, ditambah kata-kata tak pantas yang mereka lontarkan untuknya. Dilihatnya dari kejauhan, Sehun sedang berjalan mendekatinya, tapi sayangnya, tidak seperti yang ia pikirkan, pria itu terus berjalan melewatinya. Timbul sedikit rasa kecewa pada dirinya.

"Yoona-ssi!" sapa seorang guru dengan ketus. Lalu melirik penampilan keseluruhannya dengan tatapan jijik.

"Ya ada apa?" mencoba sabar dan tetap ramah.

"Cepat datang ke kantor, kami semua menunggumu." setelah itu ia langsung melenggang pergi meninggalkan Yoona yang sudah bisa menebak. Menebak apa yang akan terjadi ketika ia tiba di kantor.

     Sesuai yang ia perkirakan. Setibanya disana ia langsung mendapatkan kritikan pedas dari guru-guru lainnya. Ada yang menolaknya dengan kasar, memukulnya dengan buku, bahkan menarik bajunya hingga tersobek. Lalu dari luar kantor, murid-murid menonton dari balik jendela sembari berseru mengiyakan perkataan kejam guru-guru tersebut.

"Dasar tidak tahu diri! Kau pikir kau siapa! Buat malu sekolah saja!"

"Penampilanmu yang seperti ini, kau kira kau bisa mendapatkannya? Sekalipun kau operasi plastic pun tidak akan merubah nasibmu!" yang lain bersorak senang melihatnya dicaci maki.

"Kau hanya akan memberikan efek tidak baik bagi keluarga mereka! sadarlah!"

"Apa yang sedang kalian lakukan!!!" Dan Sehun pun masuk kedalam kantor dengan kemarahan yang luar biasa. Melihat Yoona yang terduduk lemah seperti. Lengan kemeja Yoona sudah sobek akibat tarikan dan dorongan para guru. Rambutnya yang berantakkan, sepatunya yang sudah di lempar entah kemana. Hatinya benar-benar remuk melihat itu. "aku akan pastikan balasan yang pantas untuk kalian." ujar Sehun dengan wajah berang. Ia mencari sepatu dan juga tas milik Yoona. Sehun juga membantu Yoona berdiri. Sayangnya Yoona menepis tangannya.

"Jangan pedulikan aku." dilihatnya air mata yang mengalir di wajah Yoona. Ia benar-benar merasa bersalah. Sebelum sempat dihalangi olehnya, Yoona segera meraih sepatu dan juga tasnya lalu keluar dari sana. Semua murid yang ada diluar menyorakinya. Sehun mengepalkan tangannya mencoba menahan amarah, lalu berlari mengejarnya. Sayangnya Yoona sudah lebih dulu masuk kedalam taksi dan menghilang dari pandangannya.

--

     Sudah seharian Sehun menunggu Yoona di depan pintu apartemennya. Sehun tidak tahu hendak mencarinya kemana, karena itu ia memilih menunggu didepan kamarnya. Malam tiba dan Yoona belum juga kembali. Ia sudah hampir tertidur bersandarkan dinding. Ketika mendengar suara seorang gadis yang sedang mengomel, ia langsung tersadar dan mendapatkan Yoona yang tengah melangkah menuju kamarnya. Langkah gadis itu terlihat gontai dan wajahnya merah padam. Jika diperhatikan, sepertinya Yoona sedang mabuk.

"Kenapa kau jadi begini?" memandangi wajah Yoona. Gadis itu tidak memberikan respon. Ia malah memberikan kunci kamarnya, menyuruh Sehun untuk segera membukakan pintu untuknya. Tentu Sehun kaget dan dengan gugup mulai membuka pintu kamarnya. 

     

     Yoona terjatuh kelantai dan tak sadarkan diri. Miris melihat keadaan gadis itu, Sebelum ada yang melihat mereka, Sehun segera meraih tas Yoona lalu menggendong gadis itu masuk kedalam apartemen. Yoona tertidur pulas setelah Sehun membaringkan tubuhnya diatas kasur. Sehun terlihat tidak ingin beranjak dari sana dan malah ikut tertidur, di sofa tidak jauh dari Yoona berada. Malam itu berakhir begitu saja.

--

     Yoona terbangun ketika cahaya matahari menembus gorden kamarnya. Dirinya kaget melihat Sehun tertidur di atas sofa sambil meringkuk kedinginan. Bukannya marah dengan keberadaan pria itu, ia malah menyelimuti pria itu dengan selimutnya. Yoona kembali teringat dengan apa yang terjadi padanya kemarin.

     Tidak, bukan yang terjadi disekolah, tetapi setelah ia meninggalkan sekolah dan bertemu dengan ayahnya Sehun. Ayahnya menceritakan banyak hal tentang pria itu. dan inti dari percakapan mereka, ayahnya tidak lagi melarang Sehun untuk mendekatinya. Tepatnya, ayahnya sudah merestui hubungan mereka. Namun kini perasaannyalah yang dipertanyakan.

     Yoona mengamati Sehun yang masih terlelap. Sesungguhnya ia mulai mengasihani muridnya itu. Sehun kehilangan ibunya 5 tahun yang lalu. Semenjak itu ia berubah menjadi anak yang nakal, suka berbuat masalah. Yoona yang tidak pernah takut karena mengenal ayahnya dengan berani memarahinya. Karena itu Sehun mulai sering mengganggunya bahkan menggodanya.

     Yoona akui. Gadis mana yang tidak tersentuh jika digoda dengan pria tampan sepertinya. Tetapi selama ini ia mencoba untuk mengubur perasaan itu dalam-dalam. Ia tidak ingin dianggap memanfaatkan hubungan dekatnya dengan ayah pria itu untuk bisa mendapatkan Sehun. Tetapi ketika melihat keberanian Sehun didepan publik, menggandeng tangannya bahkan menciumnya. Sepertinya pria itu benar-benar serius padanya.

"Kau mulai menyukaiku ya?" perkataan Sehun menyadarkannya. Ternyata Sehun sudah terbangun sejak tadi dan mendapatkan Yoona tengah menatapnya dengan tatapan kosong.

"Oo? Kau sudah bangun?" dapat ia rasakan pipinya yang merah karena menahan malu.

"Ehei.. pipimu memerah. Benar kau sudah menyukaiku?" Sehun mendekatkan wajahnya dengan wajah Yoona. Membuat Yoona semakin merasa malu dan mendadak menjadi gugup.

"Kenapa kau masuk kekamarku? Kau benar-benar tidak sopan!" Yoona memilih berdiri dan menjauh dari wajah tampan itu.

"Lebih tidak sopan mana, seorang gadis yang tidur dengan nyaman di depan seorang pria?" jawab Sehun santai seraya melangkah menuju dapur untuk mengambil air minum. Yoona yang masih tak memahami perkataannya langsung berlari mendekatinya.

"Apa kau bilang?" katanya dihadapan Sehun.

"Kau tidak ingat? Tadi malam kau mabuk, dan tertidur dihadapanku. Dan apa kau tahu? Kemarin aku menunggumu seharian didepan pintu seperti orang bodoh. Yang kudapatkan kau pulang dalam keadaan mabuk. Kau itu seharusnya bersyukur karena aku yang menemukanmu, jika pria lain, bagaimana?" ujar Sehun sembari memilih minuman didalam lemari es. Yoona terdiam sejenak.

"Gomawo.." ucapnya setelah itu. Tidak tahu mau mengatakan apa.

"Wah, wajahmu dipagi hari benar-benar cantik." Yoona kembali kaget ketika Sehun kembali mendekati wajahnya. Ia mencoba mundur, namun tubuhnya tertahan oleh meja. Dan dengan nakalnya Sehun terus melangkah kedepan. Membuat tubuhnya terjepit diantara meja dan pria itu. "bolehkan aku menciummu?" ucapnya sambil menatap Yoona yang kini hanya berjarak 3cm darinya. Lucunya, Yoona hanya diam mematung. Melihat Yoona yang tidak memberikan respon, perlahan Sehun mendekati bibirnya. Semakin dekat, dan semakin dekat. Tapi mendadak ia menghentikan gerakannya. "aku belum gosok gigi. Dimana toiletnya?" dan langsung meninggalkan Yoona disana, yang masih mematung nyaris tak bernafas.

'Hoh, ada apa ini? Kenapa jantungku berdebar seperti ini? Jangan bilang kalau aku... Argh! Aku benar-benar sudah gila!'

     Yoona sedang mencuci piring kotor bekas sarapan mereka. Sedangkan Sehun tengah asik menonton siaran televisi. Ia belum juga berniat pergi dari sana. Tentu Yoona tidak tega untuk mengusirnya. Ia selalu teringat oleh kata-kata ayah pria itu.

"Selama ini Sehun sangat kesepian. Ia tidak pernah mendekatkan diri padaku. Dari kecil ia hanya dekat sama ibunya. Dan setelah ibunya meninggal dunia. Dia seperti hidup sendiri dirumah ini. Tetapi setelah ia mengatakan kalau dia menyukaimu, aku merasakan aura yang berbeda darinya. Aku tidak mengerti itu. Kurasa kau akan mengetahuinya." kata-kata ayah Sehun terus terputar dipikirannya.

"Jangan sering-sering melamun seperti itu. Aku tidak tahan melihatnya. Wajahmu terlalu imut." tegur Sehun yang sudah berada disampingnya. "kau tidak kerja?" Tanya Pria itu lagi. Yoona menggelengkan kepalanya. "baguslah, dengan begitu kita bisa bersama-sama seharian." ia kembali melangkah menuju televisi. Mendengar perkataannya membuat Yoona mengejarnya.

"Apa katamu? Yak, kau tidak bisa berada disini terus." mencoba mengikuti langkah Sehun dengan susah payah.

"Waeyo?" Sehun yang terus melangkah.

"Tetap saja tidak boleh."

"Waeyo?" tanya Sehun dengan lembut.

"Aku bilang tidak boleh ya tidak boleh."

"Waeyo?" dengan cepat Sehun berbalik dan melingkarkan tangannya dipinggang Yoona. "aku tanya kenapa? Kau harus menjawabnya dulu." tambahnya, menatap Yoona lekat. Tatapannya kembali membuat gadis itu terpaku. "ah, aku baru ingat. Tadi aku tidak jadi menciummu. Apa aku lakukan sekarang saja?" godanya dan berhasil membuat Yoona menjadi gugup.

"Hah, jangan bercanda. Jangan lupa, aku ini gurumu." mencoba melepaskan tangan Sehun dari pinggangnya. Tidak bisa.

"Bercanda?" tidak sempat menghindar. Sedetik kemudian Sehun sudah menciumannya. Perlahan melumat bibir itu dengan hati-hati.

     Seakan bisa merasakan perasaan pria itu, Yoona menutup matanya dan reflek membalas ciuman itu. Dan akhirnya ia menyadarinya. Aura yang ayah Sehun tidak ketahui. Perasaan cinta Sehun yang mampu membuat ia percaya padanya. Membuat Yoona bisa merasakan kehangatan pada sikapnya. Ciuman itu berlangsung lama. Hingga akhirnya Yoona menghentikannya karena merasa sesak menahan nafas. Ia juga membuka kaca matanya yang hampir terjatuh karena terhimpit wajah Sehun.

"Wae?" Tanya Sehun.

"Aku tidak bisa bernafas." jawab Yoona polos sembari mengatur nafas. Sehun tersenyum melihatnya. Ia langsung memeluk gadis itu.

"Jangan pernah menyembunyikan perasaanmu lagi. Karena sekuat apapun usahamu melakukannya, aku akan tetap bisa mengetahui isi hatimu. Matamu tidak bisa membohongiku."

--

     Esok harinya Yoona kembali mengajar. Ditemani dengan Sehun, mereka melangkah santai memasuki sekolah. Tidak ada lagi murid atau bahkan guru yang menghina gadis itu. Itu semua berkat ayah Sehun yang ternyata telah mendatangi para guru dihari kemarin, tepatnya disaat Yoona dan Sehun berduaan diapartemen. Yoona juga sudah memantapkan hatinya bahwa sebenarnya selama ini ia juga sudah menyukai pria itu. Ia tidak lagi menyembunyikan perasaannya. Dengan santai mereka bergandengan tangan, walau itu terlihat sedikit aneh, mereka mencoba menepis pemikiran itu.

     Beberapa bulan kemudian Sehun menyelesaikan sekolahnya. Ia berkuliah disalah satu kampus ternama di Seoul. Ia juga menerima tawaran kerja dari ayahnya. Dan kini hubungannya dengan ayahnya sudah mulai membaik berkat bantuan Yoona. Akhirnya semuanya sesuai dengan harapan Sehun. Bahwa Yoona adalah takdirnya. Takdir Cintanya.

-The End-

avataravatar