7 BAB 7 : Suyeon yang malang

"Baekyeon.." pemilik nama masih tersenyum melihat Suyeon yang masih menampilkan senyum cantiknya.

"Baekyeon-a" apa benar Baekyeon tidak sedang bermimpi? Suyeon sudah mau mengakuinya sebagai teman?

"Ya! KOO BAEKYEON!" teriakan itu membuatnya sadar bahwa sedari tadi ia hanya menghayal.

"Kenapa kau tersenyum-senyum sendiri?" tanya Daejong yang sedang menatap aneh kearah Baekyeon.

"Ya! Sadar Baekyeon-a" Daejong memukul pelan kepala milik Baekyeon.

"Aishhh ada apa?! Kau mengganggu saja" Baekyeon mendengus kesal ketika kegiatan menghayalnya diganggu oleh Daejong.

"Apa kau tidak sadar sedari tadi kau senyum-senyum sendiri" Daejong bergidik ngeri mengingat Baekyeon tersenyum sendiri.

Baekyeon mengacak rambut hitam lebatnya "Haishhh aku bisa gila"

"Kau sedang membayangkan apa sampai kau tersenyum sendiri seperti tadi? Jangan-jangan kau sedang membayangkan yang tidak-tidak ya" Daejong menatap curiga.

"Jauhkan fikiran burukmu itu Daejong-a, aku tidak mungkin membayangkan yang tidak-tidak seperti yang kau bilang itu" Baekyeon menatap tidak percaya kearah Daejong.

"Kalau begitu kau membayangkan apa?" Baekyeon kembali tersenyum.

"Ya! Aku ingin kau menjawabku bukan untuk tersenyum-senyum seperti itu" mendengar ucapan Daejong Baekyeon terpaksa menghilangkan senyum cantik milik Suyeon dalam pikirannya.

"Ah sudahlah, ayo kita ke perpustakaan" ajak Daejong.

"Kau pergi sendiri saja Daejong-a aku sedang malas berjalan" mendengar jawaban tak masuk akal milik Baekyeon membuatnya menghela nafas.

"Benar kau tidak ikut ke perpustakaan?" Baekyeon mengangguk.

"Yasudah aku ke perpustakaan dulu, ekhem ngomong-ngomong Suyeon sedang duduk sendiri di belakang" mendengar nama Suyeon disebutkan membuat Baekyeon dengan cepat menolehkan kepalanya kearah tempat duduk Suyeon yang ada di barisan belakang.

Benar, disana Suyeon sedang duduk sendiri dan tangannya terlihat sedang mencatat sesuatu dibukunya, Suyeon sesekali mengerutkan alisnya ketika membaca sesuatu yang tertera di ponselnya.

"Aku pergi dulu ya" tidak menunggu jawaban Baekyeon, Daejong berjalan keluar kelas menuju perpustakaan.

Baekyeon menatap kotak makan yang masih berada di laci meja miliknya, ia bingung sekarang.

Baekyeon harus memberikan salad buah buatan ibunya pada Suyeon, namun Baekyeon berniat untuk memberikannya sekarang pada Suyeon.

Baekyeon berjalan menuju tempat duduk Suyeon, kedatangannya tidak membuat Suyeon menoleh kearahnya.

Baekyeon tidak sengaja melihat tulisan Suyeon, ternyata Suyeon sedang mencatat dan mempelajari materi yang akan di bahas minggu depan oleh Lim saem.

Rasa bimbangnya tadi seolah hilang, ia harus memperjuangkan cintanya!

"Suyeon-ssi" panggilnya pada Suyeon.

"Hm" Baekyeon tersenyum melihat Suyeon yang masih sangat serius dengan kegiatannya saat ini.

"Ini" ucap Baekyeon sambil meletakkan kotak makan milik Taehi di meja Suyeon.

"Mck, kau lagi. Sekarang apa?" Suyeon menatap tajam kearah Baekyeon yang sedang berdiri disampingnya.

"Aku hanya ingin mengembalikan kotak makan milik ibumu, terimakasih sudah memberi makanan untukku" Baekyeon mencoba menatap wajah cantik gadis pujaannya itu.

"Apa ini" Suyeon membuka isi di dalam kotak makan milik ibunya.

"Ah itu, ibuku membuatkanmu salad buah. Aku memintanya untuk memberi sedikit banyak buah stroberi kesukaanmu" Suyeon melihat isi di dalam salad buah itu sambil tersenyum miris.

"Bilang terimakasih pada ibumu dan bawa pergi ini" Suyeon menutup kembali kotak makan itu.

"T-tapi ibuku memberinya untuk kau makan"

Baekyeon tidak menyangka bahwa Suyeon akan menolak makanan buatan ibunya.

"Aku bilang bawa pergi dan buang saja kalau perlu" Suyeon kembali melanjutkan kegiatan menyatatnya.

Baekyeon meraih kotak makan itu dengan perasaan sedih, bagaimana bisa Suyeon menolak salad buah buatan ibunya dan bahkan gadis itu menyuruh untuk membuangnya.

"Apa kau selalu bersikap seperti ini?" tanya Baekyeon dan Suyeon langsung menatapnya.

"Apa kau selalu bertingkah seolah kau adalah manusia yang mempunyai segalanya di dunia ini, sehingga kau bersikap semaumu" nafas Baekyeon tercekat mendengar perkataannya sendiri. Bagaimana bisa ia berkata seberani ini.

Mendengar perkataan Baekyeon membuat Suyeon meletakkan penanya yang di pakai untuk menulis tadi lalu menatap tajam laki-laki bermata sipit itu.

"Kenapa tingkahmu seperti orang yang tidak berpendidikan, kau bahkan tidak pernah bersikap baik pada keluargamu terutama pada ibumu. Apa sedari dulu kau memang seperti ini. Kau tau, ibuku membuatkan salad buah untukmu secara cuma-cuma dan kau seenaknya menyuruhku untuk membuangnya?! Apa pemberian dariku adalah suatu yang menjijikkan bagimu?"

Baekyeon merasa sangat marah jika ada seorang yang berani melukai ibunya secara langsung maupun tidak langsung.

Perkataan Suyeon tadi sudah dianggap sebagai penghinaan terhadap ibunya dan Baekyeon tidak perduli jika itu gadis yang dicintainya sekalipun, jika menyangkut ibunya ia akan sangat marah.

Suyeon masih diam dan menunggu Baekyeon selesai memakinya.

"Aku sadar keluargaku memang sangat jauh beda dengan keluargamu, tapi apa kau tidak bisa menghargai orang lain barang sedikit pun. Apa ibumu tidak mengajarimu caranya sopan santun, berterimakasih, dan meminta maaf? Apa kau tidak pernah diajari oleh ibumu..."

PLAKK

Suyeon menampar pipi Baekyeon dengan sangat keras, Suyeon sangat marah sekarang ucapan Baekyeon sangat memancing emosinya.

"Tau apa kau tentang ibuku?!" dada Suyeon bergerak naik turun menandakan Suyeon sangat marah saat ini.

"Tau apa!!!" Suyeon membentak Baekyeon.

Mendengar teriakan Suyeon membuat teman sekelasnya berdatangan.

"Suyeon-a ada apa? Apa yang terjadi?" Tera menghampiri Suyeon.

"Berani sekali kau berkata seperti itu padaku! Tau apa kau tentang keluargaku brengsek!" Suyeon menatap nyalang kearah Baekyeon yang sedang menatapnya juga.

Tatapan Baekyeon menunjukkan bahwa ia sangat menyesali perkataanya, tidak sepantasnya dia berkata seperti itu pada Suyeon.

"Suyeon-ssi aku minta maaf sudah berkata seperti itu sungguh aku tidak bermaksud, tapi aku hanya ingin kau menghargai pemberian ibuku, apa itu adalah hal yang susah untukmu?" Baekyeon menatap Suyeon.

"Kau ingin aku menghargai pemberian ibumu?" Suyeon merebut paksa kotak makan yang ada ditangan Baekyeon dan melemparkannya disudut kelas.

Alhasil kotak makan itu hancur beserta isinya yang sudah berserakan disudut kelasnya.

"Suyeon! Aku ingin bertanya sesuatu padamu. Bagaimana jika ada orang yang menghina ibumu? Apa kau akan diam saja atau kau akan bertindak?" tanya Baekyeon pada Suyeon.

Setelah lama Suyeon hanya diam saja tidak menjawab pertanyaannya, Baekyeon kembali berucap.

"Ah iya aku lupa, kau saja tidak pernah bersikap baik pada ibumu bagaimana kau akan bertindak ketika ibumu dihina oleh seseorang. Kau sangat membencinya bukan?"

"Cukup!!" Suyeon berteriak histeris.

"Asal kau tahu Suyeon-ssi ibu bagiku adalah segalanya, tanpa ibu kita tidak ada. Sepatutnya kau memperlakukan ibumu dengan baik bukan mengabaikannya dan selalu menyakiti hatinya dengan perkataanmu" sepertinya Baekyeon ingin mengungkapkan isi hatinya.

Sebenarnya Baekyeon tidak sepantasnya berbicara seperti itu, tapi nasi sudah menjadi bubur.

Mata Suyeon terlihat berkaca-kaca, apa ia sangat menyakiti perasaan gadis tercintanya itu?.

"Cukup! Aku bilang cukup!"

"Kau juga mengabaikan adik mu sendiri, bagaimana mungkin seorang kakak bisa sebenci itu dengan adik kandungnya. Kau aneh Suyeon-ssi, diluar sana masih banyak orang yang tidak memiliki keluarga utuh sepertimu. Tapi kau menyia-nyiakan keluargamu" teman-teman sekelasnya terlihat masih memperhatikan percakapan diantara Baekyeon dan Suyeon.

"Ibumu sangat menderita selama ini..."

"Cukup! Arghh!!!" Suyeon memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut entah karena apa.

Tera menahan tubuh Suyeon agar tidak terjatuh "Suyeon-a kau baik-baik saja"

"Arghh kepalaku, Arghhh ibu!!" Suyeon semakin histeris sambil memegang kepalanya.

"Suyeon-a ibu punya sesuatu untukmu" ucap seorang wanita yang tengah mengemudi mobilnya.

"Sesuatu apa?" Tanya Suyeon sembari melihat ibunya yang tengah mencoba meraih sesuatu di kursi belakang mobilnya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kirinya kanannya digunakan untuk menyetir.

Wanita itu sangat sibuk dengan kegiatannya sampai melupakan jika ia sedang menyetir sekarang.

"I-ibu" Suyeon memanggil ibunya untuk kembali fokus menyetir.

"Sebentar Suyeon-a ibu sedang mengambilnya" wanita itu masih terus mencari sesuatu di jok belakang namun sesekali netranya menghadap kearah jalan.

"I-ibu kita bisa berhenti dulu untuk mencarinya, ini sangat berbahaya" Suyeon mengeratkan pegangannya pada seatbelt yang sedang ia gunakan ketika melihat truk besar melaju berlawanan dengan arah laju mobilnya.

"I-ibu"

"Suyeon-a sebentar"

TIN

Suara klakson membuat Lena ibu Suyeon untuk kembali fokus menyetir. Namun sayang, belum sempat menghindar mobil yang dinaiki keduanya tertabrak truk besar mengakibatkan mobilnya berguling untuk beberapa kali.

"Ibu!!!" teriak Suyeon ketika bagian depan mobil yang sedang dinaikinya menghantam bagian depan mobil lain yang berada di belakangnya.

Kilasan memori itu tiba-tiba berputar di kepala Suyeon, seperti sebuah film yang sedang menayangkan kecelakaan sebuah mobil.

Tapi sangat aneh melihat dirinya berada di dalam mobil itu bersama ibunya.

Tera merangkul Suyeon yang sedang menangis histeris "Suyeon-a tenang semua baik-baik saja"

Baekyeon bingung sekarang, apa perkataannya bary saja itu sangat melukai gadis tercintanya?

'Bodoh! Seharusnya aku tidak berbicara seperti itu' ucapnya dalam hati.

Sean segera menghampiri Suyeon yang berada dipelukan Tera "Suyeon-a...Apa yang terjadi"

"Ibu hiks Sean-a" seakan tau apa yang dirasakan Suyeon, ia pun segera mendekap tubuh Suyeon untuk menenangkan.

"Tenanglah semua akan baik-baik saja hum sssttt tenanglah ada aku disini" Sean mengusap punggung sempit milik Suyeon.

Setelah beberapa saat Suyeon pun bisa kembali tenang.

Sean merapikan surai Suyeon yang terlihat sedikit berantakan "Ayo aku antar kau pulang"

"Ada apa Tera-ya, omo! Suyeon apa yang terjadi dengannya?" Sejung masuk dalam kelasnya dan melihat sahabatnya sedang berada di pelukan Sean.

"Kau darimana saja" ucap Tera setengah berbisik mengingat suasana disana masih sangat tegang.

Tera melihat Baekyeon yang masih berdiri ditempatnya dan yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun, akibat perkataannya Suyeon menjadi kesakitan seperti tadi.

"Maaf, aku baru saja dari kantin. Apa yang terjadi tadi?"

"Tera-ya urus absensi Suyeon, aku akan mengantarnya pulang. Dia harus beristirahat" ucap Sean sembari memakai tas Suyeon ditangannya dan membantu pergerakan Suyeon.

"Oh baiklah, kalian hati-hati ya. Suyeon-a tolong jangan memikirkan apa pun, kami disini selalu ada untukmu." Tera menepuk pelan lengan sahabatnya itu.

Sean membantu Suyeon untuk mulai berjalan dengan sangat hati-hati.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Jadi begini..." Tera menceritakan kejadian tadi pada Sejung.

"Tunggu Suyeon-a ini ponselmu, terimakasih sudah meminjamiku" Sejung menyusul jalan Sean dan Suyeon.

"Kenapa ponsel Suyeon ada padamu?" tanya Sean sambil mengambil alih ponsel milik Suyeon dari tangan Sejung.

"Aku tadi meminjamnya sebentar soalnya ponselku kehabisan baterai" mendengar jawaban Sejung lalu Sean mengangguk.

"Kalau begitu aku akan mengantar Suyeon pulang, jangan lupa absensi milik Suyeon" Sean dan Suyeon kembali berjalan keluar kelas.

"Iya" senyum di wajah Sejung luntur seiring menghilangnya Sean dan Suyeon di balik pintu.

Tangan nya mengepal, entah apa yang ada dipikirannya saat ini namun yang jelas dadanya merasa sesak.

Baekyeon menatap sendu saat Sean dan Suyeon melewatinya, sungguh Baekyeon sangat menyesal sekarang.

"Baekyeon-a ada apa denganmu? Kenapa kau berkata seperti itu pada Suyeon?" Daejong sangat tidak menyangka kalau sahabatnya bisa seberani ini.

"Ah aku tidak tahu, mulutku berkata dengan sendirinya. Bagaimana ini Daejong-a aku menyesal telah berkata seperti itu pada Suyeon" Baekyeon terlihat frustasi mengingat perbuatannya membuat Suyeon gadis yang dicintainya kesakitan serta berteriak histeris.

"Kali ini kau sangat keterlaluan Baek, kau tahu kan jika ibu Suyeon..." Daejong terdiam ketika melihat Sejung dan Tera menatap tajam kearahnya.

"Ibu Suyeon kenapa Daejong-a?"

"Emm tidak lupakan saja, apakah sakit tamparan Suyeon tadi Baek?" tanya Daejong sambil memperhatikan pipi kiri Baekyeon yang sedikit berwarna merah, sekencang itu kah tamparan seorang Choi Suyeon.

"Tamparan ini tidak sebanding dengan rasa sakitnya Daejong-a, apa aku bisa dimaafkan?" Baekyeon menatap wajah sahabatnya itu.

"Mungkin saat ini akan susah mendapat maaf dari Suyeon, tapi seiring berjalannya waktu pasti Suyeon akan memaafkanmu baek" Daejong menepuk pelan punggung Baekyeon.

"Sayang ada apa denganmu? Apa yang sudah terjadi padamu?" Taehi memeriksa tubuh anaknya untuk memastikan apa ada luka di tubuh anak gadisnya itu.

Taehi menangkup wajah Suyeon yang masih terdapat bekas airmata "Suyeon-a apa yang terjadi?"

"Apa kau menangis? Jawab ibu Suyeon-a"

"Tante, biarkan Suyeon beristirahat dikamarnya terlebih dahulu. Nanti Sean akan menceritakan semuanya pada tante" Sean tidak tega melihat wajah khawatir ibu dari gadis mungilnya.

"Baiklah, tolong kau antarkan Suyeon ke kamarnya Sean-a, aku akan membuatkan minum untukmu dan Suyeon"

Sean mengangguk dan mulai membantu Suyeon untuk berjalan ke kamar milik Suyeon.

Taehi menatap sendu punggung anaknya.

Apakah Suyeon mengalaminya lagi?

Siapa yang membuat Suyeon seperti ini?

Taehi hanya bisa melihat tatapan mata Suyeon sangat berbeda dengan sebelumnya dimana tatapan mata milik Suyeon yang selalu menatapnya tajam kini tatapannya terlihat kosong dan sendu.

Taehi juga heran, anaknya tidak menolak ketika tadi ia menyentuh wajah milik Suyeon. Apa yang sebenarnya terjadi?

to be continue...

avataravatar
Next chapter