6 BAB 6 : Apa Suyeon sudah berubah

"Suyeon-a! " teriak seorang laki-laki tampan berbalut mantel hitam tebal ditubuh atletisnya.

Namun tidak dengan Suyeon, dia bahkan menggunakan seragamnya tanpa dilapisi mantel.

Dia mungkin tidak merasa dingin, karena cuaca kalah dingin dengan sikapnya.

"Sean!" Suyeon melambaikan tangannnya kearah Sean.

Sean dengan cepat menghampiri Sean disertai senyum kebahagian di wajahnya yang membuat wajah laki-laki bertubuh atletis itu terlihat sangat tampan.

"Sudah menunggu lama?" Senyum yang ada diwajahnya memperlihatkan bahwa ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya di depan gadis yang selama ini menjadi prioritas di hatinya.

"9 menit lebih tepatnya" Suyeon memang gadis yang pandai menyembunyikan perasaannya.

Sebenarnya ia sangat merindukan Suyeon.

Na Sean, laki-laki tinggi berkulit putih itu membuat Suyeon merasakan arti dicintai dan disayangi.

Entah hubungan apa yang mereka jalani saat ini hanya mereka berdualah yang tahu.

Sean tersenyum mendengar jawaban gadisnya. Gadisnya?.

Ia tidak heran dengan sikap dingin Suyeon, bahkan ia akan merasa aneh jika tiba-tiba Suyeon bersikap ramah.

Sean memutuskan untuk memeluk Suyeo, ia sangat rindu dengan snow girlnya haha iya, Sean memberi panggilan itu pada Suyeon.

"Aku merindukanmu Suyeon-ah, apa kau tidak merindukanku hm?" Sean mengeratkan pelukannya dan sesekali mencium surai hitam panjang itu, wangi sampo stroberi yang dipakai oleh Suyeon seakan membuat Sean candu.

Lama tidak ada balasan, akhirnya Suyeon balas memeluk erat tubuh Sean dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik laki-laki tersebut.

"Rasanya aku akan mati jika tidak melihatmu" Sean memeluk serta menggoyang-goyangkan badannya ke kiri dan ke kanan.

Mendengar gombalan Sean akhirnya Sean dihadiahi cubitan manja dari Suyeon.

Sean sangat tahu jika Suyeon juga merasakan hal yang sama sepertinya, namun gadis itu pandai sekali menutupi perasaannya.

"Apa kau gila eoh?!" mendengar teriakan Sean, Suyeon melepaskan pelukannya.

"Kenapa?" Suyeon melihat penampilannya yang dirasa mungkin ada yang aneh, tapi nihil penampilannya sama sekali tidak ada yang aneh.

"Apa kau tidak tahu cuaca hari ini sangat dingin kenapa tidak memakai mantelmu haishh" Laki-laki itu terlihat melepas mantelnya dan memakaikan mantelnya pada tubuh gadis mungilnya.

Suyeon kaget dengan sikap Sean yang tiba-tiba melepas mantelnya "A-aku"

"Sudah kau pakai saja mantelku, lebih baik kita ke sekolah sekarang" Sean merangkul pundak Suyeon dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menggeret koper miliknya.

"Selamat pagi tuan Sean" sambut paman Lee pada Sean yang sedang berjalan kearahnya.

"Pagi paman, paman terlihat awet muda saja" Sean membukakan pintu mobil untuk Suyeon.

"Ah tuan muda bisa saja" paman Lee memasukkan koper milik Sean ke dalam bagasi mobil.

"Kita langsung ke sekolah ya paman" ucap Sean sambil masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Suyeon.

"Baik tuan muda"

Tidak lama mereka pun sampai di sekolah, dengan langkah bahagia Sean merangkul pundak sempit Suyeon.

Suyeon masih memakai mantel tebal miliknya, itu membuat tubuh mungil gadis itu tenggelam dan Sean sangat gemas melihatnya.

"Suyeon-a" Sean merapikan surai hitam panjang milik Suyeon yang sedikit menutupi wajah cantik Suyeon.

"Hm?" Suyeon menatap Sean yang kini sedang berdiri berhadapan dengannya sambil merapikan rambutnya.

"Aku sangat rindu dengan pipi tembammu ini" Sean mencubit gemas pipi tembam milik Suyeon dan itu membuat sang empunya meringis dan balik mencubit pipi milik Sean.

Mereka melanjutkan langkah kaki nya menuju kelas, tidak lupa tawa mereka mengiringi langkah keduanya.

Setelah menunggu lama akhirnya Suyeon datang, Baekyeon dengan semangat mengambil kotak makan yang tadi ia taruh dilaci mejanya untuk segera diberikan pada Suyeon.

Saat Baekyeon ingin menghampiri Suyeon, langkahnya terhenti ketika ia melihat ternyata Suyeon tidak sendiri.

Baekyeon melihat Suyeon tersenyum dengan sangat manisnya ketika seorang disampingnya merangkul pundaknya sesekali lelaki itu melempar kalimat candaan dan membuat Suyeon tertawa. Siapa lagi kalau bukan Sean.

Senyum yang tadinya merekah kini luntur dengan sendiri nya saat melihat Suyeon dan Sean berjalan bersama ke dalam kelas, seakan dunia seperti hanya milik mereka berdua.

Baekyeon merasa semakin jatuh ke jurang yang sangat dalam ketika melihat Suyeon yang terlihat bahagia bersama Sean.

Baekyeon mengeratkan pegangan pada kotak makan milik ibu Suyeon itu.

Bodoh! Kau berharap apa Baekyeon, kau dan Suyeon tidak akan pernah bisa dekat hanya untuk sekedar menyapa.

Baekyeon dengan terpaksa kembali duduk dan sesekali melihat Suyeon dan Sean yang sedang bercanda gurau.

Sean memutuskan duduk di samping Suyeon sebelum pelajaran dimulai.

Sepertinya Sean sangat merindukan gadis mungilnya terbukti dia tidak mau berpisah dengan Suyeon barang sedetik pun.

Sean masih setia memandangi wajah gadis yang kini juga sedang menatapnya, bukan perkataan melainkan tatapan mata mereka yang mewakili perasaan masing-masing.

"Aku membawa sesuatu untukmu" ucap Sean sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Apa?"

"Tara!!" Sean mengeluarkan mendali emas yang dia dapat dari olimpiade yang dia ikuti selama seminggu itu.

Bisa Sean liat bahwa Suyeon sangat bangga melihat mendali yang dibawanya itu.

"Wahh selamat Sean-a" Suyeon mengusap surai belakang laki-laki tinggi dan tampan itu.

"Ini untukmu" Sean meraih tangan Suyeon dan meletakkan mendali miliknya di genggaman tangan Suyeon.

"T-tapi"

"Ini janjiku kau simpan baik-baik ya" Sean menggenggam tangan gadis cantik itu.

"Aku bangga denganmu Sean-a" ucap Suyeon sambil mengelus tangan Sean yang sedang menggenggam tangan kanannya.

Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang melihat kemesraan mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Sean-a! " laki-laki bertelinga lebar itu menghampiri Sean dan langsung menjitak kepala Sean disusul dengan laki-laki berkulit sawo matang dan dua gadis cantik dibelakangnya.

"Yaish!"

"Kenapa tidak bilang jika kau sudah selesai bertanding" laki-laki bertelinga lebar tadi menatap Sean dengan tatapan menginterogasi.

"Albino tidak akan ingat dengan kita jika sudah bersama si Suyeon" imbuh laki-laki berkulit tan dengan raut wajah yang tak kalah dengan laki-laki bertelinga lebar tadi.

"Kau menang lagi huh?" tanya Canyol si laki-laki tinggi bertelinga lebar tadi.

"Coba liat mendalinya" lanjut Canyol sambil merebut mendali emas milik Sean dari tangan Suyeon.

"Uwaaah hebat juga kau Yan, untuk merayakan kemenangan Sean. Bagaimana kalau kita makan bersama nanti malam" ujar Kyle laki-laki berkulit tan yang datang bersama dengan Canyol tadi.

"Setuju, Sejung-a kau ikut makan malam dengan kami kan?" tanya Tera pada Sejung yang sedari tadi hanya diam.

"Kau ikut tidak Suyeon-a?"

Suyeon terlihat berfikir kemudian ia mengangguk "Okey aku juga ikut"

"Yes" Tera dan Sejung merangkul Suyeon.

"Kau Yan?" tanya Kyle.

Yang ditanya mengangguk.

Baekyeon terlihat tidak bersemangat mengingat kejadian tadi pagi dimana Suyeon dan Sean bermesraan di dalam kelas.

Perasaanya kini campur aduk antara maju atau mundur. Dalam hati kecilnya ia ingin sekali memperjuangkan cintanya, namun di sisi lain keadaanlah yang memaksanya untuk mundur untuk memperjuangkan cintanya.

Apakah ia bisa mengalahkan seorang Na Sean di hati Suyeon?

Apakah ia akan rela jika Suyeon bahagia bersama orang lain selain dirinya?

Pertanyaan itu muncul dibenaknya saat ini.

"Suyeon-a bolehkah aku meminjam ponselmu sebentar? Ponselku sedang kehabisa batrai" ucap Sejung

"Pakai saja" Suyeon menyodorkan Iphone 11 miliknya.

"Terimakasih" Sejung kembali ke tempat duduknya.

"S-suyeon-ssi" panggilan itu membuat atensi Suyeon yang tadinya sedang menulis terpaksa menoleh untuk melihat orang yang memanggil namanya.

Setelah mengetahui pemilik suara itu, Suyeon kembali melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.

"S-suyeon-ssi ini.."

"Bisakah kau tidak menggangguku" Suyeon menatap pemilik suara itu.

Apa laki-laki ini tidak ada kerjaan? Kenapa selalu mengganggunya? Ya, siapa lagi kalau bukan Baekyeon.

"Maaf aku hanya ingin memberimu ini" ucap Baekyeon sambil meletakkan kotak makan milik Taehi di meja Suyeon.

"Mck, apa ini" Suyeon menatap malas kotak makan tersebut.

"Ibuku membuatkanmu salad buah, oh iya aku memintanya untuk memberi banyak buah stoberi di dalamnya" ucap Baekyeon

"Huft" Suyeon terlihat menyentuh kotak makan milik ibunya.

"Aku harap kau suka" Baekyeon menggaruk tengkuknya karena gugup.

"Sampaikan terimakasihku pada ibumu"

Apa Baekyeon tidak salah mendengar? Apa yang terjadi pada Suyeon?

"I-iya"

"Aku sangat menyukainya, terimakasih Baekyeon-a" Suyeon mulai mencicipi salad buah buatan Sena.

Keajaiban apa ini? Suyeon memanggil namanya? Suyeon juga berterimakasih padanya?

"I-iya"

"Kenapa kau gugup seperti itu dan berhenti memanggilku Suyeon-ssi, apa kita seasing itu? Bahkan kau sudah berani datang kerumahku itu tandanya kita sudah dekat bukan?" Suyeon tersenyum sangat cantik membuat Baekyeon juga ikut tersenyum.

to be continue...

avataravatar
Next chapter