19 BAB 19 : Merebut milik Sean

"Siapapun tolong" teriak Suyeon ketika memasuki uks.

Teman-temannya yang sedang bertugas di uks itupun menghampiri gadis cantik yang sedang memapah murid terpintar disekolahnya itu.

"Apa yang terjadi dengan Baekyeon?" tanya Xiu ketua organisasi PMR disekolahnya, lelaki bermata kucing itu menghampiri Baekyeon yang sedang kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Tolong Baekyeon"

Xiu mengangguk dan menyuruh teman-temannya yang lain untuk membawa brankar agar mempermudah membawa Baekyeon kedalam ruangan untuk diperiksa.

"Sejak kapan mereka dekat? Suyeon juga terlihat khawatir saat memapah Baekyeon kemari tadi, aku tahu sekali Suyeon bukan tipe gadis yang peduli dengan temannya namun apa ketidak peduliannya itu terkecuali dengan Baekyeon?" pertanyaan itu muncul di dalam hati Xiu.

Pasalnya Suyeon memang tidak pernah terlihat akrab dengan teman-temannya yang lain kecuali dengan teman sekelasnya meskipun tidak semuanya, namun berbeda dengan Baekyeon.

Ada apa dengan Suyeon, kenapa gadis cantik itu memilih menyelamatkan Baekyeon dari pada Sean yang notabenenya adalah sahabat kecilnya sendiri, lelaki tampan itu juga terluka tadi.

Suyeon dengan cepat mengambil ponsel didalam tasnya dan mengetikkan sesuatu dilayar ponsel miliknya itu.

"Sayang kita pulang saja dulu" ucap Taehi pada sang suami yang masih berdiri didepan gerbang sekolah untuk menunggu kembalinya sang anak.

Siwun menoleh ketika istrinya itu berbicara padanya "Suyeon bagaimana"

"Suyeon baru saja mengirimiku pesan jika dia sedang ada urusan dengan temannya dan menyuruh kita untuk pulang lebih dahulu"

Mendengar perkataan sang istri membuat Siwun mengangguk lalu melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam mobil nya "Anak itu benar-benar membuatku naik pitam" Siwun berdecak kesal karena Suyeon bersikap semaunya sendiri tanpa memikirkan kedua orang tuanya yang sudah menunggunya.

Taehi menyusul suaminya masuk kedalam mobil dan mendudukkan dirinya disamping Siwun "Sudahlah mungkin dia sedang ada urusan penting bersama temannya, atau mungkin bersama Baekyeon"

"Kenapa kau terlihat sangat akrab sekali dengan anak lelaki tadi, apa kau pernah bertemu dengannya sebelumnya?" tanya Siwun pada istrinya yang duduk disampingnya.

"Baekyeon pernah datang sekali kerumah kita karena Suyeon yang menyuruhnya untuk datang, eitss jangan salah paham dulu. Suyeon menyuruh Baekyeon kerumah untuk kerja kelompok bersama"

Taehi segera menjelaskan maksud perkataannya pada sang suami karena tatapan Siwun terkesan tidak suka ketika Suyeon dekat dengan lelaki lain selain Sean. Anak sahabatnya.

"Tidak biasanya Suyeon menyuruh temannya untuk datang kerumah kita selain Sean" ucap Siwun sambil menatap jalanan dari jendela mobilnya.

"Justru aku sangat senang jika Suyeon bisa dekat dengan temannya yang lain tidak hanya dengan Sean saja"

Siwun mengangguki ucapan istrinya.

Memang ucapan istrinya itu ada benarnya, selama ini yang ia tahu Suyeon hanya berteman dengan Sean saja.

Bahkan teman-teman Suyeon bisa dihitung dengan jari, maka jika ada nama baru diantara pertemanan anak gadisnya itu adalah sebuah perkembangan.

"Selama anak itu tidak berniat macam-macam dengan Suyeon aku tidak apa-apa"

Sekarang Taehi yang mengangguk "Aku melihat Baekyeon anak yang baik kok, dan kau tahu tidak sayang bahwa Baekyeon adalah salah satu murid terpintar disekolah Suyeon. Peringkat prestasi Baekyeon selalu bertahan dijuara pertama sejak ia kelas satu"

"Darimana kau bisa tahu informasi tentang anak itu?" tanya Siwun yang heran ketika istrinya tahu sedikit informasi dari anak yang tiba-tiba muncul dihadapannya tadi.

"Aku tadi bertanya pada Goo saem hehe"

Siwun tengah memperhatikan beberapa pedagang yang berjualan dipinggir jalan, mulai dari yang berjualan makanan, baju dan buah.

Mata Siwun menatap tajam kedalam sebuah kios, pemilik kios itu nampak tidak asing dimatanya, ia seperti pernah melihat wajah wanita itu yang ada di dalam sebuah kios itu.

Siwun masih mencoba mengingat wajah wanita itu, namun kegiatan berpikirnya terganggu karena panggilan sang istri.

"Siwun-a menurut mu Suyeon dan Sean itu cocok tidak?"

Yang ditanya menoleh "Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Ya aku hanya ingin tahu pendapatmu saja, apa nanti kau akan berencana menjodohkan mereka berdua, mengingat kau bersahabat dengan kedua orang tua Sean. Kau juga terlibat kerjasama kan dengan ayah Sean?" tanya Taehi.

"Jika itu menyangkut perusahaan aku akan melakukannya" jawab Siwun.

"Aku tidak mau kau memaksakan kebahagiaan anak kita Siwun-a, aku yakin Suyeon bisa menentukan pilihannya sendiri. "

"Dia anakku jadi tentu saja jika Suyeon harus menuruti semua perintahku meskipun aku menjodohkannya sekalipun" ucapnya dengan tegas.

"Bagaimana keadaan Baekyeon?" tanya Suyeon begitu melihat Xiu keluar dari ruang pemeriksaan.

"Perut Baekyeon sedikit memar dan rasa sakitnya disebabkan oleh penyakit maghnya yang kambuh, apa kau tidak tahu Baekyeon mempunyai penyakit magh?" yang ditanya menggeleng.

Tentu saja gadis cantik itu tidak tahu, karena selama ini dirinya tidak dekat dengan Baekyeon maka dari itu Suyeon tidak mengetahui jika Baekyeon memiliki penyakit magh.

"Yasudah kalau begitu aku akan belikan obat untuk Baekyeon dulu diapotek, kau sudah boleh menjenguknya" Xiu berlalu dari hadapan Suyeon untuk menuju apotek.

Gadis cantik itu masih mematung didepan ruang pemeriksaan, Suyeon bimbang sekarang.

Gadis cantik itu sudah mengantar Baekyeon sampai ke uks dan seharusnya ia segera menjenguk Baekyeon untuk memastikan keadaan lelaki itu.

Tetapi pikirannya menuju ke hal yang lain dimana sahabatnya juga sedang terluka, mengingat Sean gadis cantik itu melangkahkan kakinya untuk mencari Sean.

Tibalah Suyeon di halaman belakang sekolah, lelaki yang dicarinya itu sedang membaringkan tubuhnya di rerumputan dan menutup matanya dengan kedua lengannya.

Sepertinya Sean tidak berniat mengobati lukanya, terlihat sudut bibirnya sedikit sobek dan darah kering yang masih menempel di bibir tebal lelaki tampan itu.

Suyeon melangkahkan kakinya untuk mendekati Sean, Suyeon duduk disamping kepala sahabatnya itu.

Sepertinya Sean belum menyadari kedatangan Suyeon buktinya lelaki itu masih pada posisi berbaringnya tanpa merasa terganggu dengan Suyeon yang duduk disampingnya.

Pantas saja lelaki tampan itu tidak menyadari kedatangan Suyeon, ternyata Sean menyumpal telinganya menggunakan earphone sehingga pergerakan Suyeon ketika duduk disampingnya tadi tidak terdengar.

"Sean-a" yang dipanggil masih diam.

Suyeon mengarahkan tangannya untuk melepas earphone yang melekat di telinga Sean.

Tubuh lelaki itu tersentak karena ada yang tiba-tiba menarik earphonenya lalu Sean bangun dari posisi berbaringnya menjadi duduk, namun Sean kembali membaringkan tubuhnya setelah mengetahui Suyeonlah yang melepas earphone miliknya tadi.

"Kau marah?" tanya Suyeon pada Sean yang hanya diam saja ketika mengetahui dirinyalah yang mengganggu kegiatan sahabatnya itu.

Suyeon menghela nafas karena Sean hanya diam dan tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

Suyeon memegang luka yang ada diwajah lelaki tampan yang sedang memejamkan matanya itu "Kenapa kau tidak mengobati lukamu"

Sean menepis tangan Suyeon yang ingin menyentuh lukanya "Tidak usah memperdulikan aku, urus saja Baekyeonmu itu"

Suyeon menatap aneh kearah Sean "Apa kau merajuk hanya karena tadi aku lebih memilih menolong Baekyeon?"

Sean hanya diam saja lalu merebut kembali earphone miliknya yang diambil oleh Suyeon dan emmasangkannya kembali di telinganya.

Apa sahabatnya ini benar-benar merajuk hanya karena hal sepele? Haha lucu sekali.

"Kenapa kau tidak mengobati lukamu?" tanya Suyeon lagi ketika Sean tidak menjawab perkataannya.

"Jika ada kau yang mengobatiku kenapa aku harus mengobatinya sendiri" jawab Sean yang masih memejamkan matanya.

Suyeon tersenyum mendengar jawaban Sean, seperti dugaannya jika sahabatnya ini tidak bisa berlama-lama merajuk padanya.

Dengan cepat Suyeon mengeluarkan obat merah dan beberapa obat  yang ada di dalam kantong plastik yang dibawanya tadi untuk mengobati luka yang ada di wajah Sean.

"Bangun dulu aku akan mengobati lukamu" perintah Suyeon pada Sean, dengan cepat lelaki itu menurutinya.

"Kenapa kau bisa berkelahi dengan Baekyeon?"

Yang ditanya memalingkan mukanya, apakah gadis mungilnya itu tidak tahu jika Sean sedang cemburu melihatnya memilih menolong Baekyeon daripada dirinya.

Suyeon mengarahkan muka Sean untuk menghadap kearahnya karena sedari tadi lelaki tampan itu memandang kearah lain lalu  gadis cantik itu mulai mengobat sudut bibir milik Sean "Hadap sini dulu mukanya"

"Akhh" pekik Sean ketika Suyeon dengan sengaja menekan lukanya yang masih basah.

"Kau sengaja menekannya ya" sungut Sean ketika menjadi korban kejailan Suyeon.

Suyeon terkekeh melihat reaksi Sean yang menjadi korban kejailannya baru saja itu "Kkk kalau begitu saja sudah kesakitan kenapa kau bertengkar"

Suyeon menggelengkan kepalanya ketika melihat sahabatnya yang sedang kesal itu lalu gadis cantik itu mengarahkan tangannya untuk melanjutkan kegiatannya mengobati luka Sean.

"Mck kau selalu kasar" ucapan Sean membuat gadis yang sedang mengobati lukanya itu menjauhkan tangannya dari wajah Sean.

Suyeon mendengus ketika Sean terus saja mengeluh saat ia dengan senang hati mengobati luka yang ada di wajah tampan sahabatnya itu "Kau mau aku obati tidak, jika tidak mau aku akan mengobati Baekyeon"

Dengan cepat Sean menarik tangan Suyeon untuk kembali mengobati luka disudut bibirnya "Aku tidak akan mengijinkanmu untuk dekat dengan Baekyeon"

"Memangnya kenapa?"

Sean mengedikkan bahunya lalu lelaki tampan itu lebih memilih untuk memperhatikan wajah ayu milik Suyeon yang sedang duduk didepannya ini "Kenapa kau cantik sekali Suyeon-a"

Gadis mungil itu hanya diam dan masih sibuk mengobati sudut bibir Sean, ia sudah terbiasa mendapat gombalan dari sahabat kecilnya itu.

Sean mengarahkan tangannya untuk mengelus sebentar pipi tembam milik Suyeon "Aku tidak bisa jika sehari saja tidak bertemu denganmu"

Suyeon hanya berdecak mendengar gombalan Sean.

'Berlebihan sekali'-pikirnya.

"Sudah. Usahakan jangan terkena air dulu, biarkan lukanya mengering" Suyeon membuang kapas bekas obat merah yang tadi ia gunakan untuk mengobati Sean ditempat sampah yang berada tidak jauh dari tempat ia duduk tadi.

Sean tersenyum mendengar penuturan penuh perhatian dari Suyeon yang ditujukan padanya "Terimakasih Suyeon-a"

Sean meletakkan kepalanya di pangkuan Suyeon ketika gadis itu kembali duduk disampingnya setelah membuang kapas tadi di tempat sampah.

"Sean"

Sean melihat wajah Suyeon yang berada diatasnya, gadis cantik itu memanggil namanya sambil melihat kebawah, alhasil mereka saling memandang untuk beberapa saat "Heum"

"Kenapa kau bisa berkelahi dengan Baekyeon?" tanya Suyeon lagi setelah sedari tadi tidak mendapat jawaban dari Sean.

Sean memejamkan matanya dan tidak berniat sedikitpun untuk menjawab pertanyaan Suyeon.

Suyeon mengarahkan pandangannya kedepan "Selama ini aku tidak pernah sekali pun melihatmu berkelahi seperti tadi, dan tidak pernah melihatmu memukuli seseorang"

"Aku hanya emosi saja tadi" sahut Sean.

"Tapi kenapa? Apa kau ada masalah dengan Baekyeon?" tanya Suyeon.

Sean menghela napasnya terlebih dahulu sebelum menjawab perkataan Suyeon "Dia sudah merebut milikku"

Suyeon menatap Sean begitupun dengan lelaki tampan itu "Apa maksudmu?"

Baekyeon merebut milik Sean? apa Baekyeon mengambil barang pribadi milik Sean?

"Dia sudah merebut perhatianmu, aku tidak suka ada lelaki lain yang bisa merebut perhatianmu selain aku"

Suyeon kebingungan dengan maksud perkataan dari Sean, sejak kapan Baekyeon merebut perhatiannya. Selama ini bahkan keduanya tidak dekat hanya saja akhir-akhir ini keduanya terlihat sedikit dekat.

Xiu masuk kedalam ruang pemeriksaan untuk memberi obat yang baru saja dibelinya tadi dari apotek pada Baekyeon.

Lelaki bermata kucing itu menduga jika Suyeon ada didalam ruangan itu dan sedang menemani Baekyeon, namun saat dirinya masuk kedalam ruangan dimana Baekyeon beristirahat netranya hanya melihat Baekyeon yang masih terbaring di tempat tidur. Dimana Suyeon?

"Ini obatmu Baekyeon maaf sedikit lama karena apoteknya sedikit ramai tadi, minumnya 3 kali sehari ya. Kau harus makan teratur, jangan mentang-mentang kau pintar lalu kau akan terus menerus belajar sampai melupakan jam makan mu" Xiu terkekeh mendengar ucapannya sendiri lalu ia meletakkan obat yang dibawanya tadi dinakas samping Baekyeon.

Baekyeon mengangguk "Terima kasih Xiu"

Lelaki bermata kucing itu mengangguk "Suyeon tidak kesini?" tanya Xiu pada Baekyeon.

Apa Baekyeon tidak salah dengar, kenapa Xiu bertanya tentang keberadaan Suyeon "Suyeon?"

Xiu mengangguk "Iya, tadi dia yang membawamu kesini. Apa kau tidak ingat"

Ah benar Baekyeon ingat sekarang, gadis cantik itu yang tadi menolongnya ketika ia dipukul oleh Sean dihalaman belakang sekolah tadi.

Baekyeon menggeleng karena  ketika ia bangun tadi Suyeon tidak ada di ruangan tempatnya beristirahat "Dia tidak kesini Xiu"

Xiu terlihat memikirkan sesuatu "Kemana dia, tadi waktu aku selesai memeriksamu dan keluar untuk membeli obat di apotek aku melihatnya berdiri di depan pintu ruangan ini. Yasudahlah kau istirahat disini dulu sampai pulang nanti. Jangan lupa meminum obat mu ya"

Baekyeon mengangguk dan Xiu keluar dari ruang pemeriksaan "Jadi tadi aku tidak sedang berhalusinasi, ternyata memang benar jika Suyeon yang menolongku tadi?" gumam Baekyeon.

Apa yang dikatakan oleh Xiu tadi benar, jika Suyeon menunggunya di depan pintu ruangan tempat dimana dirinya beristirahat? Namun kemana Suyeon ketika dirinya bangun tadi.

Tidak mau mengambil pusing Baekyeon meminum obat yang dibeli oleh Xiu tadi, lalu setelah meminum obatnya Baekyeon mencoba untuk memejamkan matanya untuk menetralkan rasa sakit diperutnya yang sedikit nyeri, namun suara decitan pintu dibuka membuatnya harus kembali membuka kedua matanya.

SLASHH

Pintu ruang pemeriksaan itu dibuka, Baekyeon terkejut ketika melihat orang yang membuka pintu itu adalah Suyeon.

Bolehkah Baekyeon bahagia sekarang? Melihat Suyeon seakan rasa sakit diperutnya sudah tidak terasa sakit lagi.

Gadis cantik itu berjalan mendekat kearah Baekyeon yang sedang terbaring "Emm apa kau sudah baik-baik saja?"

Baekyeon mengangguk lalu setelahnya ia tersenyum "Iya aku sudah baik-baik saja"

Baekyeon beberapa kali bertanya didalam hati apakah yang dilihatnya sekarang adalah nyata, bahwa gadis pujaan hatinya ada dihadapannya saat ini.

"Syukurlah, apa kau sudah meminum obatmu?" tanya Suyeon ketika melihat beberapa bungkus obat dinakas samping Baekyeon.

Baekyeon mengangguk lagi "Aku sudah meminumnya"

Baekyeon terlihat gugup ketika Suyeon sedang memperhatikannya, lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ehm terimakasih sudah menolongku tadi dan membawaku ke uks"

Suyeon mengangguk "Iya sama-sama, bukankah kita harus saling tolong menolong"

Keheningan terjadi diantara Suyeon dan Baekyeon, keduanya bahkan terdiam beberapa saat sebelum Suyeon kembali memulai pembicaraan "Maafkan Sean ya"

Mendengar Suyeon menyebut nama Sean membuat senyuman dibibir Baekyeon yang tadinya mengembang sekarang meluntur perlahan, apakah gadis ini menemuinya hanya untuk meminta maaf atas perbuatan Sean dan bukan karena gadis itu peduli padanya.

'Kau bodoh Baek mana mungkin Suyeon mau merelakan waktunya untuk sekedar menjengukmu jika bukan untuk meminta maaf atas perbuatan sahabatnya. Sean.'ucap Baekyeon dalam hati.

Baekyeon mengangguk "Iya aku sudah memaafkannya"

Mereka terdiam lagi untuk beberapa saat, Baekyeon memperhatikan Suyeon yang mengambil kursi dan mulai duduk didekat Baekyeon.

to be continue...

avataravatar
Next chapter