14 BAB 14 : Menangis bersama

"Sean-a kau mencari Suyeon?" tanya Tera yang sedari tadi melihat Sean yang terlihat tengah kebingungan mencari seseorang.

Sean berjalan menuju kearah bangku Tera lalu duduk disamping gadis itu "Iya. Kemana Suyeon apa dia tidak masuk hari ini?"

"Apa kau juga lupa ini hari apa? Aku kira kau yang menemaninya pergi, dia tidak menghubungiku untuk minta ditemani" Tera menunduk ketika ia merasa jika Suyeon sudah tidak membutuhkannya lagi.

"Menemani kemana?"

Nampaknya Sean juga melupakan hari peringatan ibunya Suyeon.

Sean menatap sahabat gadisnya itu untuk meminta jawaban.

"Kau lupa? Ini hari peringatan kematian tante Lena, Sean-a"

Sean terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Tera.

Ah Sean baru ingat, ini adalah hari peringatan kematian tante Lena. Bagaimana ia bisa lupa dengan peringatan kematian ibu dari gadis mungilnya itu.

"Ya aku benar-benar lupa, lalu dia akan pergi bersama siapa selain dengan kita" Sean menempatkan jari telunjuk miliknya didagu.

"Aku juga tidak tahu mungkin dia pergi berkunjung bersama tante Taehi" jawab Tera.

Sean menggeleng "Tidak mungkin aku yakin itu, yaishh kenapa dia tidak menghubungiku" Sean mencoba menelfon Suyeon namun nomor gadis itu tidak aktif.

"Aku akan menyusul dia"

Sean berdiri dari tempat duduknya dan berniat pergi sebelum ditahan oleh Tera "Apa kau gila? Ini sudah siang mungkin Suyeon sudah berada dirumah sekarang" ucap Tera.

"Haishhhh bagaimana ini, dia pasti marah denganku karena tidak ingat kematian ibunya" Sean menggeram frustasi.

"Nanti sepulang sekolah datanglah kerumahnya" Sean mengangguk.

"Ibu, apa kabar?" Suyeon mengusap batu nisan milik ibunya yang terlapisi kaca itu.

Disana terdapat foto pernikahan ibunya bersama sang ayah. Dan disebelahnya lagi ada foto mereka bertiga.

Saat itu adalah kebahagiaan bagi Suyeon, dimana sang ayah terlihat sangat menyayangi wanita yang duduk disisinya.

Siapa lagi kalau bukan Kim Lena, namun kini semuanya sudah hancur.

Ayah yang dulu dia kenal sangat menyayanginya dan sang ibu sekarang berubah menjadi seseorang yang tidak dikenalinya lagi.

"Ibu pasti melihatku datang kan" Suyeon masih mengusap batu nisan bertuliskan nama ibunya.

Foto ibunya menggunakan gaun pernikahan sambil memegang bunga terlihat sangat cantik dan anggun, senyum ibunya terlihat sangat tulus.

"Sudah 7 tahun ibu pergi, sudah 7 tahun pula Suyeon merasa hidup sendirian. Suyeon tidak punya siapa-siapa lagi selain ibu, ayah sudah menjadi orang yang berbeda sekarang" suara Suyeon serak karena sesak didadanya membuncah.

"Ibu bahagia kan disana, lupakan saja ayah. Ayah sudah menikah lagi, apakah ibu merestui ayah?" hanya keheningan yang menjawab pertanyaannya.

Suyeon kembali mengusap foto sang ibu yang sedang tersenyum dibalik kaca bening itu "Dasar wanita tua kkk kenapa kau tersenyum ketika melihat anakmu ini hampir menangis karenamu"

"Ibu... Maafkan Suyeon hiks" airmata yang susah payah ia bendung akhirnya tumpah mengingat kematian ibunya 7 tahun silam.

"Jika bukan karna Suyeon pasti kita tidak akan kecelakaan hari itu hiks maafkan Suyeon" Suyeon menangis sangat keras membuat beberapa orang disana melihat kerahnya termasuk seorang waita yang sedang berdiri tak jauh dari tempat Suyeon menangis.

Suyeon menangis terduduk dilantai didepan abu milik ibunya "Apa ibu mau memaafkan Suyeon hiks maafkan Suyeon bu"

"Aku datang suamiku" Sena tersenyum melihat nisan suaminya.

Disana terdapat foto suaminya yang menggunakan setelan jas hitam sambil tersenyum terlihat sangat tampan menggunakan setelan formalnya seperti didalam foto itu.

"Apa kau masih merasa tampan sekarang eoh mengingat usiamu tidak lagi muda,kkk kau bahagia kan disana? Aku menjaga anak kita dengan baik, dia sama sepertimu Jumyeon-a dia sangat tidak suka jika seseorang menyakiti ibunya kkk" Sena mengusap foto keluarga mereka yang berada disamping nisan suaminya.

"Baekyeon kecil kita sekarang sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan, baik hati, dia sangat suka membantuku bekerja menjaga kios. Dia sangat pintar disekolahnya, nampaknya kepintarannya menurun dariku Jumyeon-a, kau kan dulu waktu sekolah suka sekali membolos. Sangat berbeda dengan Baekyeon, jadi sangat tidak mungkin jika kepintaran Baekyeon menurun darimu" Sena terkekeh mendengar ucapannya sendiri, sekarang ia sudah bisa menerima kepergian suaminya.

Lagipula untuk apa terlarut dalam kesedihan, itu hanya bisa membuatnya susah menjalani hidup dan membuat sedih  sang suami dialam sana.

"Aku tidak akan menangis lagi sekarang, aku akan datang dengan senyuman. Karena jika aku menangis, itu akan membuatmu sedih bukan? Tentu aku tidak mau membuat suamiku bersedih. Kemana anakmu itu kenapa lama sekali"

Sena melihat kesekelilingnya, dia melihat seorang gadis nampak tengah berbicara dengan nisan didepannya. Kenapa ia datang sendiri? Apa tidak ada seorang pun yang menemaninya?

"Ibu"

Panggilan itu membuat Sena menoleh kesamping tempat dimana anak lelakinya berada "Ya, kenapa kau lama sekali Baekyeon-a, ayahmu sudah menunggu" Sena mengelus kepala Baekyeon.

"Maaf bu aku tadi berbincang sedikit lama dengan nenek Gyu"

Sena mengangguk mengerti mendengar ucapan anaknya "Yasudah kau sapa dulu ayahmu"

"Halo ayah Baekyeon datang, apa kau baik-baik saja disana. Wahh bahkan kau masih terlihat muda dan tampan difoto ini" Baekyeon menunjuk foto ayahnya.

Sena tersenyum mendengar penuturan anak lelakinya yang memuji ketampanan suaminya "Tentu Baekyeon-a jika ayahmu tidak tampan mana mungkin ibu mau menikah dengan ayahmu"

Baekyeon menoleh sebentar kearah ibunya "Ayah dengar? Ibu menikah denganmu hanya karna kau tampan ayah. Apa itu tidak keterlaluan kkk"

Sena menepuk pelan lengan anaknya untuk berhenti bercanda dan mulai mendoakan sang ayah.

Setelah berdoa Baekyeon menatap nisan ayahnya dengan tatapan yang menyiratkan arti tertentu. Hanya Baekyeon dan sang ayah yang tahu.

"Ayah berbahagialah disana aku dan ibu sudah bahagia disini, ayah tidak usah khawatir aku yang akan menjaga ibu seperti ayah menjaga ibu dulu. Aku sangat menyayangimu ayah, kenapa kau pergi begitu cepat disaat aku masih membutuhkan ayah. Aku harap ayah tenang disana dan selalu berada disampingku. Aku sangat merindukanmu terlebih aku sangat mencintaimu ayah" ucap Baekyeon dalam hati.

"Maafkan Suyeon ibu hiks"

Samar-samar Sena dan Baekyeon mendengar suara tangisan seseorang, tangisan itu terdengar sangat pilu membuat siapa saja yang mendengarnya ikut miris, ibu dan anak itu saling berpandangan.

"Hiks maafkan Suyeon ibu maafkan Suyeon" tangisan itu kembali terdengar.

'Suyeon? Nama itu sangat tidak asing ditelingaku a-apa Suyeon yang ku kenal berada disini? Ah tidak mungkin, memang pemilik nama Suyeon hanya satu. Tidak mungkin Baek itu tidak mungkin Suyeon yang kau kenal' gumam Baekyeon.

Sena menatap anaknya yang terlihat masih menerka-nerka dugaannya "Suyeon? Seperti nama temanmu yang sering kau sebut itu Baek?"

"Apa ibu mau memaafkan Suyeon hiks maafkan Suyeon" tangisan orang itu semakin keras mengundang atensi orang lain didekatnya melihat kearah suara tangisan itu.

Sena memutuskan untuk mendekat kesumber suara yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, ternyata tangisan pilu itu berasal dari gadis yang sempat dilihatnya tadi sebelum mendekat ke abu milik suaminya.

Gadis itu menangis terduduk sambil memeluk kedua lututnya, hati Sena ikut teriris mendengar tangisan pilu dari gadis itu lalu Sena tergerak untuk mendekati gadis yang sedang menangis itu.

"Bagunlah nak lantainya dingin kau bisa sakit" Sena mengulurkan tangannya untuk membantu gadis yang masih menangis itu untuk berdiri.

Namun tangannya tidak kunjung diraih oleh gadis itu lalu Sena memutuskan untuk berjongkok dan menyamakan posisinya dengan gadis itu

"Hiks" gadis itu masih saja menangis ketika Sena sudah berjongkok disampingnya.

Sena mengarahkan tangannya untuk mengelus sambil menepuk pelan punggung sempit milik gadis itu bermaksud menenangkan "Menangislah jika itu bisa membuat hatimu tenang"

Sena melihat foto seorang wanita menggunakan gaun pengantin yang ia duga ibu dari gadis di dekatnya ini "Ini ibumu ya, cantik sekali"

"Hikss" Sena masih menunggu sampai gadis ini selesai menangis namun nampaknya gadis ini masih butuh waktu untuk menenangkan dirinya.

"Baiklah. Menangislah jika itu bisa mengobati rasa rindu pada ibumu"

Sena kembali menatap gadis yang masih menangis itu, Sena ingin melihat wajah gadis itu namun gadis itu masih menunduk menyembunyikan wajahnya dikedua lututnya.

Baekyeon dimana? Baekyeon masih berdiri ditempatnya sambil memperhatikan ibunya yang sedang menemani gadis tercintanya itu menangis.

Siapa lagi kalau bukan Suyeon, gadis yang menangis tadi adalah Suyeon dan tidak perlu memperhatikan lebih dekat pun Baekyeon sudah bisa mengenali jika itu adalah gadis pujaan hatinya.

Baekyeon merasa hatinya ikut bersedih ketika melihat Suyeon menangis karena ini pertama kalinya untuk Baekyeon melihat Suyeon serapuh ini.

Selama ia mengenal Suyeon dia adalah gadis yang kuat menurutnya.

Namun apa yang dilihatnya sekarang ini sangat berbeda dengan apa yang dilihatnya setiap hari disekolah.

"Baekyeon-a kau temani dia dulu ya, ibu mau membeli air mineral dulu. Nanti jika gadis ini sudah berhenti menangis kau ajak saja dia keluar nanti ibu akan menunggumu diluar " Sena berjalan meninggalkan Baekyeon yang masih berdiri mematung di depan Suyeon.

"I-iya bu" Baekyeon masih tidak percaya bisa bertemu dengan Suyeon di rumah duka ini, apalagi keadaan Suyeon sedang tidak baik-baik saja.

Baekyeon melihat kearah Suyeon yang sudah terlihat sedikit lebih tenang dari sebelumnya, tidak sengaja Baekyeon melihat foto keluarga Suyeon.

Pikirannya mendadak pening ketika ia melihat foto seorang wanita memakai gaun pengantin sambil memegang buket bunga dan tersenyum sangat cantik itu.

Siapa wanita ini? Apa wanita ini ibu Suyeon? Lalu tante Taehi?

Baekyeon dengan cepat memukul kepalanya sendiri, pertanyaan yang tadi muncul dibenaknya kini sudah terjawab.

"Bodoh! Kau bodoh Baekyeon!" maki Baekyeon dalam hati.

Suyeon berdiri setelah merasa dirinya sedikit lebih tenang setelah menangis tadi, nampaknya ia tidak menyadari ada seorang laki-laki yang sedang berdiri didepannya kini.

Suyeon kembali menghadap nisan ibunya lalu dielusnya foto sang ibu "Suyeon pulang dulu ya, aku mencintaimu Ibu. Suyeon akan sering mengunjungi ibu" Suyeon meletakkan buket bunga yang tadi dibelinya sebelum datang kesini.

Suyeon memakai tas selempangnya yang sempat terjatuh karena menangis tadi dan melangkahkan kakinya meninggalkan nisan ibunya sebelum seseorang memanggil namanya.

"Suyeon"

Merasa namanya dipanggil gadis cantik itu menolehkan kepalanya kebelakang dan netranya menangkap sosok yang akhir-akhir ini sering mengganggunya.

"Kau"

Baekyeon tersenyum dan berjalan mendekat kearah Suyeon "Apa kau sudah merasa lebih baik setelah menangis tadi?" Baekyeon kini berdiri disamping Suyeon.

"Begitulah" jawab Suyeon seadanya.

Baekyeon menjatuhkan pandangannya untuk memandang kearah lantai, sulit untuk menahan kegugupannya ketika sedang berhadapan dengan Suyeon "Maaf, bukan maksudku untuk mengganggu tapi aku tadi tidak sengaja melihatmu menangis tadi jadi aku langsung menghampirimu, aku tidak bermaksud untuk mengusikmu"

"Tidak apa-apa"

Mendengar perkataan Suyeon seperti mendapat angin segar bagi Baekyeon, karena didalam pikirannya pasti Suyeon akan marah padanya.

Mengingat perkataan Suyeon kemarin bahwa gadis disampingnya ini tidak mau diusik olehnya.

"Apa tadi itu ibumu?" Suyeon menatap Baekyeon yang sedang menunduk.

Entah kenapa laki-laki di depannya ini selalu menunduk dan terlihat gugup ketika berbicara dengannya, apakah laki-laki di depannya ini takut padanya?

"Iya"

Mereka tidak melanjutkan pembicaraan, namun siapa sangka mereka bahkan berjalan berdampingan sekarang.

Suyeon dengan wajah dinginnya sedangkan Baekyeon dengan wajah bahagianya. Senyum laki-laki bermata sipit itu tidak pernah luntur ketika ia sedang berjalan dengan Suyeon menuju pintu keluar.

"Baekyeon-a" Panggilan itu membuat Baekyeon dan Suyeon menoleh kearah sumber suara.

Sena terlihat membawa 3 botol air mineral sambil melambaikan tangannya kearah dua remaja yang baru saja keluar dari rumah duka itu.

"Apa itu ibumu?"

Mendengar pertanyaan Suyeon lalu Baekyeon mengangguk dan mengabaikan panggilan ibunya "Iya"

Suyeon mengangguk dan melihat kearah wanita yang memanggil laki-laki disampingnya ini.

"Apa kau mau menyapa ibuku?" Baekyeon menggigit lidahnya.

Suyeon terlihat berfikir namun sedetik kemudian gadis cantik itu mengangguk.

Kini Baekyeon dan Suyeon berjalan menuju kearah Sena.

Suyeon membungkukkan badannya 90 derajat saat tiba didepan Sena, melihat Suyeon membuat Baekyeon termangu sejenak.

Apa benar gadis yang sedang berdiri disampingnya ini adalah seorang Choi Suyeon yang dilihatnya setiap hari di sekolah? Gadis yang terkenal dengan sikap angkuh dan sikap dinginnya?

Sena tersenyum sambil melihat gadis cantik yang berdiri disamping anaknya itu "Apa kau yang bernama Suyeon?"

Suyeon terlihat kebingungan ketika ibu Baekyeon mengetahui namanya, padahal mereka belum pernah berkenalan sebelumnya. Aneh bukan? "Ya? Bagaimana tante bisa tahu nama saya?"

Lain dengan Suyeon yang terlihat kebingungan, Baekyeon dan Sena justru terlihat gugup.

Pasalnya Sena dan Suyeon baru pertama kali bertemu bagaimana ia bisa tahu nama gadis didepannya ini, darimana lagi kalau bukan dari anaknya sendiri.

Tapi tidak mungkin bukan Sena akan mengatakan jika ia tahu nama Suyeon dari Baekyeon, ia tidak mau Suyeon marah jika tau Baekyeon sering menceritakan dirinya pada Sena. Sena merutuki dirinya sendiri.

"Tante" Suyeon kebingungan dengan sikap ibu Baekyeon yang terlihat gugup setelah mendengar pertanyaannya, apa Suyeon salah?

"Em.. kenapa ibumu hanya diam saja?"

Baekyeon menoleh kesamping dimana gadis pujaan hatinya itu sedang menatapnya penuh dengan tanya "Ibu" lelaki itu menyenggol lengan ibunya.

"O-oh itu, tadi tante sempat mendengarmu menyebut nama Suyeon, tante pikir itu namamu" ucap Sena berlagak tidak tahu jika gadis didepannya ini bernama Suyeon.

"Perkenalkan nama saya Suyeon" Suyeon mengulurkan tangannya pada Sena dan dengan cepat Sena menerima uluran tangan Suyeon. Mereka berdua berjabat tangan.

"Sena, ibunya Baekyeon" wanita berbeda usia itu saling melempar senyumannya.

Bolehkah Baekyeon bahagia? Ia bisa melihat senyum Suyeon secantik ini dengan jarak pandang yang sangat dekat, tolong jika ini mimpi jangan bangunkan Baekyeon.

Namun beruntunglah Baekyeon karena ini semua bukan mimpi melainkan kenyataan, Suyeon yang sedang tersenyum cantik didekatnya ini nyata bukan hayalan ataupun bayangan.

"Baekyeon-a kenapa kau melamun?"

Baekyeon kembali kedunia nyatanya setelah mendengar suara ibunya.

"Tidak"

"Kau pasti gugup kan sekarang"

Netra Baekyeon sedikit melebar mendengar perkataan ibunya, jangan bilang ibunya akan mengatakan bahwa dirinya menyukai gadis cantik di depannya ini.

"Tidak Bu jangan sekarang" batin Baekyeon berteriak.

Suyeon melihat ibu dan anak itu "Gugup kenapa tante?"

Sena terlihat melirik kearah Baekyeon namun dibalas dengan gelengan oleh lelaki manis dan tampan itu.

Sena terkekeh melihat anaknya yang terlihat salah tingkah itu "Baekyeon pasti gugup ketika berhadapan dengan gadis cantik sepertimu Suyeon-a" Sena mengelus surai panjang Suyeon lalu mengarahkan lengannya untuk merangkul Suyeon.

to be continue...

avataravatar
Next chapter