10 BAB 10 : Mengalah

PLAK

Tera menampar Suyeon setelah membaca semua pesan yang ada diponsel milik gadis yang mengaku suruhan Suyeon itu.

"Aku tidak menyangka kau tega melakukan ini pada Sejung, Suyeon-a! Kita bahkan sudah bersahabat sejak lama dan aku pikir kau tidak akan melakukan hal seperti ini karena Sejung menyukai Sean. Kenapa kau melakukan ini pada Sejung, apa Sejung salah jika menyukai Sejung!"

Suyeon menunduk untuk mendengarkan ucapan Tera " Jadi memang benar apa yang dikatakan Baekyeon beberapa hari yang lalu padamu"

Suyeon menatap Tera ketika sahabatnya itu menyebut nama Baekyeon.

"Kau boleh jika menyebut dirimu adalah anak orang terpandang di negara ini oleh karena itu kau selalu bersikap semaumu seakan kau yang memiliki seluruh dunia ini, sehingga semua orang harus menuruti semua keinginanmu dan semua orang di dunia ini takut padamu! Tapi sikapmu sama sekali tidak mencerminkan jika kau adalah anak orang yang terpandang di negara ini"

"Tera-ya" Canyol mencoba mencegah ucapan Tera agar tidak keterusan seperti Baekyeon.

"Aku sungguh tidak habis pikir padamu, mulai sekarang aku tidak mau lagi memiliki sahabat sepertimu, kau terlalu acuh akan orang-orang yang sayang padamu, contoh saja Sejung kau tega menyuruh orang untuk melukai Sejung hanya karena menyukai Sean haha. Ayo Sejung-a aku antar kau pulang, tapi sebelumnya aku akan mengobati lukamu terlebih dahulu" Tera membantu Sejung untuk berdiri.

"Kalian temani aku untuk mengantar Sejung pulang" Tera berkata pada Kyle dan Canyol. Dengan cepat kedua lelaki itu menuruti perkataan Tera.

"Jika mengetahui sikapmu yang seperti ini maka satu hal lagi yang harus kau ketahui bahwa kau pantas disalahkan atas kematian ibumu"  ucap Tera tepat di dekat telinga Suyeon sebelum gadis itu berlalu menyusul Kyle dan Canyol yang sudah memapah Sejung untuk meninggalkan kafe menyisakan Suyeon dan Sean.

"Ibu, maafkan Suyeon hiks karna Suyeon ibu meninggal"

"Ibu maafkan Suyeon hiks"

"Kembalilah hiks Suyeon ingin bersama Ibu!"

Suyeon kecil menangis dan meringkuk didepan abu milik ibunya.

"Arghh! Kepalaku!" Suyeon memegang kepalanya ketika kilasan memori itu kembali berputar dipikirannya.

"Suyeon-a" Sean menahan tubuh Suyeon yang terhuyung kebelakang.

Lagi-lagi Suyeon berteriak histeris sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya"Arghh kepalaku! Hiks sakit! Aku mohon berhenti!"

'ibu maafkan Suyeon'

Suara itu kembali terdengar jelas ditelinganya.

"Berhenti! Arghh" Suyeon pingsan karena tidak kuat menahan denyutan dikepalanya.

Sean dengan cepat menggendong tubuh Suyeon untuk dibawa kedalam mobilnya dan membawa gadis cantik itu untuk pulang.

Ternyata Baekyeon masih berdiri tidak jauh dari kafe tempat dimana Suyeon dan teman-temannya tadi berkumpul, mungkin saja Baekyeon menyaksikan itu semua.

Benar saja jika Baekyeon menyaksikan kejadian yang baru saja terjadi, ia berniat untuk menolong Suyeon yang sedang kesakitan sambil memegangi kepalanya itu. Namun, langkahnya kembali terhenti ketika ia melihat Sean dengan cepat menggendong tubuh Suyeon untuk dibawa kedalam mobil lelaki tampan itu.

Baekyeon menghela napasnya, ia merasa bahwa dirinya kalah lagi dengan Sean.

Apa selamanya akan begini? Ia bahkan baru saja berharap bisa dekat dengan Suyeon, namun melihat Sehun yang begitu sigap menolong Suyeon membuat Baekyeon kembali harus memendam harapannya itu.

Baekyeon kembali melangkahkan kakinya menuju kios milik ibunya yang kebetulan tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

"Apa aku bisa dekat denganmu Suyeon-a?" ucap Baekyeon sambil menendang batu kerikil yang ada didepannya.

"Ya! Jangan menendang batu sembarangan!" ucap seseorang yang sedang memegangi kepalanya.

"Maaf, sungguh saya tidak sengaja" sahut Baekyeon sambil membungkuk 90 derajat pada orang yang terkena batu tendangannya.

"Ayah bantu aku untuk dekat dengan Suyeon"

Tiba-tiba ponsel milik Baekyeon bergetar usai ia meminta bantuan pada sang ayah yang sudah berada dialam yang berbeda dengannya, namun ponselnya itu tidak menampilkan notifikasi apapun.

Apa ini jawaban ayahnya?

Baekyeon bertanya pada dirinya sendiri lalu melihat ponselnya yang menampilkan beberapa video yang  ia rekam beberapa saat yang lalu.

"Terimakasih ayah, aku akan membuktikan bahwa Suyeon tidak bersalah dengan adanya video ini. Terimakasih ayah" Baekyeon tersenyum sambil menatap langit malam diatasnya yang ditaburi banyak sekali bintang.

"Ayah pasti melihatku kan"Baekyeon menunjuk salah satu bintang yang bersinar sangat terang diantara yang lainnya.

"Baekyeon akan memperjuangkan cinta Baekyeon pada Suyeon, doakan aku ayah" setelah bertelepati dengan sang ayah, Baekyeon kembali melangkahkan kakinya menuju kios ibunya.

"Sean-a apa terjadi sesuatu lagi pada Suyeon?" Taehi terkejut ketika membuka pintu rumahnya, bagaimana tidak terkejut ketika dirinya melihat anak gadisnya terkulai lemas digendongan Sean.

"Biar Sean antar Suyeon ke kamar dulu tante"

Taehi mengangguk dan memberi jalan masuk pada Sean.

"Apa yang terjadi Sean-a hiks" Taehi menangis melihat keadaan anaknya yang terlihat lemah persis seperti kejadian 6 tahun yang lalu.

"Sepertinya Suyeon mengalaminya lagi tante, dia kesakitan jika seseorang membahas ibunya" jawab Sean.

Sean menyelimuti tubuh Suyeon sebatas dada "Sebaiknya kita segera memanggil dokter untuk memeriksa Suyeon tante"

Taehi mengangguk lalu berdiri "Baiklah, aku akan menghubungi dokter Lee" wanita itu keluar dari dalam kamar anak gadisnya.

Sean merasa kasihan melihat Taehi sangat khawatir pada keadaan Suyeon, jika ibu dari sahabatnya itu tidak ingin Suyeon terluka, kenapa dia tidak mengatakan saja yang sebenarnya terjadi pada Suyeon.

Bukankah semakin lama akan membuat Suyeon semakin menderita?

Setelah menunggu sedikit lama dokter Lee pun datang dan mulai memeriksa keadaan Suyeon.

Kalian perlu tahu jika dokter Lee adalah dokter pribadi keluarga Choi.

"Sepertinya nona Suyeon sedang banyak pikiran Nyonya, mendengar cerita dari tuan Sean bahwa nona Suyeon mengeluh kesakitan dibagian kepalannya, mungkin kilasan kejadian 6 tahun lalu kembali berputar di kepala nona Suyeon mengakibatkan denyutan luar biasa pada kepalanya" ucap Dokter Lee sambil melihat dua orang yang sedang memperhatikannya.

Taehi membekap mulutnya dengan tangan "Apa yang menyebabkan Suyeon mengingat kejadian itu lagi" tanyanya pada dirinya sendiri.

"Saya mohon untuk nona Suyeon beristirahat dulu dirumah selama beberapa hari sampai kondisinya membaik dan usahakan jangan ada yang membahas hal yang bisa membuatnya mengingat kejadian 6 tahun yang lalu. Jika nona Suyeon terlalu sering mengingat kejadian dimana kecelakaan itu terjadi, mungkin traumanya bisa kembali lagi"

Taehi menggeleng "Itu tidak boleh terjadi lagi" gumamnya.

Ya, Suyeon megalami trauma 6 tahun lalu pasca kecelakaan yang mengakibatkan ibunya. Kim Lena meninggal. Suyeon trauma duduk di jok depan mobilnya dan ia trauma jika ada seorang wanita memperhatikan atau memberi sedikit perhatian padanya.

Kalian ingat? Dimana ia menyuruh Baekyeon untuk membuang makanan buatan Sena? Itu semua karna traumanya, ia tidak mau merasakan perhatian seseorang selain ibunya meski orang itu sangat baik sekalipun seperti Sena dan Taehi.

Mungkin terdengar sangat berlebihan namun itulah yang dialami oleh Suyeon dan semua itu nyata, karena Suyeon masih belum bisa menerima kematian sang ibu.

"Tidak, saya tidak mau Suyeon kembali mengalaminya dokter Lee hiks"

"Maka dari itu nyonya bantu Suyeon untuk mengobati sedikit traumanya mungkin itu akan lebih cepat dibanding dengan psikolog. Mengingat nyonya adalah ibu nona Suyeon"

Taehi mengangguk.

"Saya memberikan nona Suyeon beberapa vitamin, kalau begitu saya permisi nyonya, Sean-a kau harus menjaga gadismu dengan baik hum?" Dokter Lee menepuk pelan pundak Sean lalu setelahnya ia keluar dari kamar Suyeon.

Taehi mengusap lembut wajah anaknya "Sebenarnya apa yang terjadi denganmu sayang"

"Ibu sangat menyayangimu, tolong jangan buat ibu khawatir" setelah berkata seperti itu Taehi mengecup kening Suyeon.

Taehi menengok kearah Sean yang masih berdiam diri di belakangnya "Apa kau tidak ingin bercerita sesuatu Sean-a"

"Em Sean sendiri masih bingung dengan kejadian hari ini tante, disisi lain Sean tidak percaya Suyeon bisa melakukan hal itu pada Sejung namun ada bukti yang jelas menjelaskan bahwa Suyeon memang benar melakukan"

"Apa yang sudah Suyeon lakukan?" Taehi menatap Sean.

"Suyeon menyuruh seseorang untuk melukai Sejung" ucap Sean dengan hati-hati.

Taehi langsung berdiri setelah mendengar ucapan Suyeon "Apa?! Ya, tidak mungkin Suyeon melakukan itu Sean-a meskipun sikapnya dingin dan terlihat angkuh namun Suyeon tidak mungkin melakukan hal  seperti itu, tante sangat tau itu"

Sean mengangguk "Sean awalnya juga tidak mempercayainya tante, namun orang yang mengaku suruhan Suyeon itu menunjukkan bukti pesannya dengan Suyeon. Disitu terlihat bahwa Suyeon menyuruhnya untuk melukai Sejung"

Taehi membekap mulutnya mendengar ucapan Sean "Tapi apa kau sudah memeriksanya jika itu benar-benar nomor milik Suyeon?"

Jujur saja Taehi tidak percaya jika Suyeon bisa melakukan hal itu terlebih pada Sejung, sahabatnya sendiri.

Sean mengangguk "Sudah tante"

"Apa kau juga sudah melihat ponsel milik Suyeon? Siapa tau ada orang yang sengaja menjebak Suyeon" ucap Taehi.

"Apa Sean boleh memeriksa ponsel milik Suyeon?"

Meskipun Sean sahabat dekat Suyeon namun mereka memiliki privasi masing-masing, memang mereka sering terbuka satu sama lain. Namun tidak mungkin kan jika tidak ada privasi diantara keduanya.

"Kita harus melihat ponsel Suyeon untuk membuktikanya. Jujur tante belum percaya atas semua perkataanmu Sean-a" ucap Taehi mantap.

Taehi menyodorkan ponsel milik Suyeon setelah lama mencarinya didalam tas sekolah Suyeon "Ini periksalah"

Setelah membuka aplikasi pesan yang ada diponsel milik Suyeon, membuat Sean dan Taehi saling menatap satu sama lain...

"Baekyeon-a!" Daejong menghampiri Baekyeon yang sedang membaca buku diperpustakaan dengan tergesa-gesa.

Mendengar teriakan Daejong membuat orang seisi perpustakaan menoleh kearahnya. Dengan cepat Daejong membungkukkan badannya dan meminta maaf pada semua orang yang sedang berada di perpustakaan itu.

Baekyeon melepas kacamatanya "Ada apa?"

"Suyeon hosh hosh" Daejong masih menetralkan nafasnya.

Baekyeon meletakkan bukunya yang sedari tadi sedang ia baca, seakan ada magnet ketika mendengar nama Suyeon disebut oleh sahabatnya.

"Kau harus ke kelas sekarang" belum sempat mendengar jawaban dari Baekyeon namun Daejong lebih dulu menarik tangan Baekyeon untuk pergi bersamanya.

Dikelas terdapat Suyeon yang sedang berbicara dengan guru wali kelas dan guru kesiswaannya, Baekyeon menuju tempat duduknya dengan hati-hati dan tidak ingin mengganggu pembicaraan kedua gurunya yang sedang berdiri di depan kelasnya itu.diikuti Daejong dibelakangnya.

"Orang tua Kim Sejung melaporkan Choi Suyeon atas tuduhan kekerasan dan penganiayaan. Dimana Choi Suyeon menyuruh pihak ketiga untuk melukai dan mengancam Kim Sejung demi kepentingan pribadi" Song saem selaku guru kesiswaan menjelaskan kedatangannya ke kelas Suyeon.

"Apa ini menyangkut kejadian tadi malam?" tanya Baekyen pada dirinya sendiri di dalam hati.

"Apa benar kau melakukan kekerasan pada Sejung, Suyeon-a?" tanya Goo saem selaku wali kelas dikelas Suyeon.

"Tidak saem, saya sama sekali tidak melakukan seperti apa yang sudah dituduhkan Sejung kepada saya" Suyeon menjawab dengan wajah dinginnya.

Sejung menunjuk Suyeon yang masih duduk dengan tenang "Kenapa kau mengelak, bahkan luka ini masih terlihat jelas ditubuhku!"

Suyeon menatap Sejong yang sedang menatapnya tajam "Aku berkata dengan jujur saem, aku tidak mungkin melukai sahabatku sendiri"

Sejung berdecih mendengar ucapan Suyeon "Cih, mana ada maling yang mengaku"

"Bahkan kita juga sempat melihat pesan Suyeon yang menyuruh seseorang untuk melukai Sejung saem" imbuh Tera.

"Cukup" Goo saem menengahi.

"Kau harus ikut dengan kami ke ruang kesiswaan Suyeon-a" imbuh Song saem.

Sejung dan Tera menatap tajam kearah Suyeon "Anda harus mengeluarkan siswa brandal itu saem" ucap Sejung.

Suyeon berdiri untuk mengikuti Song dan Goo saem sebelum tangannya ditahan oleh seseorang "Tunggu" ternyata orang yang menahan tangan Suyeon itu adalah Sean.

Sean memilih untuk menggenggam tangan untuk mencegah gadis itu pergi "Apa kau tidak ingin membela dirimu huh? Apa kau ingin dihukum atas kesalahan yang tidak kau perbuat?"

"Apa aku bisa membela diri jika semua orang tidak mempercayaiku termasuk kau Sean-a?" Suyeon kini menatap balik mata milik Sean.

"Aku mempercayaimu Suyeon-a"

Suyeon melepaskan tangan Sean yang menggenggamnya dan berjalan mengikuti Song ssaem dan Gong ssaem yang berjalan menduluinya.

"Tunggu!" Baekyeon tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan itu mengundang perhatian seluruh teman-temannya termasuk Suyeon dan kedua gurunya yang akan meninggalkan kelas itu.

to be continue...

avataravatar
Next chapter