1 Dia....

Suasana sekolah sunyi. Anak-anak yang lain sudah pulang, tinggal aku dan teman dekatku, Leni.

Di luar kelas, dia sedang menungguku yang sedang piket.

Aku menaruh sapu di sudut kelas. Dan bersiap-siap menemui Leni.

"Yuk, Len!"

Leni yang sedari tadi duduk di bangku sembari bermain ponsel pun menatap ke arahku. Ia pun berdiri dan mulai melangkah. Kami berjalan beriringan.

Hari ini benar-benar melelahkan. Jadi, kami enggan bercakap-cakap. Memilih diam untuk menghemat energi.

"Datanglah bila engkau menangis...."

Aku tersentak.

Suara itu....

Dentingan piano itu....

Apakah aku sedang berimajinasi???

Kalau iya, itu tandanya aku sudah gila.

Menarik napas dengan dalam, aku berusaha menenangkan pikiran. Terus melangkah, berusaha mengabaikannya.

"Ceritakan semua yang engkau mau."

Langkahku pun terhenti. 

Dari sudut mata, aku bisa melihat Leni menoleh. Menatap aku yang tengah mematung.

"Ada apa?" tanyanya.

Aku berusaha menenangkan pikiran. Memberikan gadis itu gelengan sembari berkata, "Nggak papa." Disertai senyum yang dipaksakan.

Gadis bergigi gingsul itu mengangguk lemah. Aku rasa dia berusaha mengerti.

"Kamu duluan aja, ya. Ada yang ketinggalan," ujarku berbohong.

Leni pun mengangguk dan melanjutkan langkahnya.

"Akulah yang tetap memelukmu erat. Saat kau berpikir mungkinkah berpaling."

Aku tersenyum miris. Sepertinya ini bukan imajinasi. Mana mungkin imajinasi bisa senyata ini.

Dengan langkah pelan, aku berusaha menyusuri sumber suara.

Bukankah sudah sepi??? Sebentar lagi kan gerbang sekolah ditutup.

Aku melihat ke setiap ruang kelas yang terdekat. Hasilnya nihil. Tidak ada satu pun orang di sana.

Sementara lagu itu terus mengalun. Berusaha memporakporandakan pikiranku.

Ruang kesenian. Ya! Sepertinya suara itu dari sana.

Aku pun berjalan dengan langkah cepat menuju ruang kesenian yang cukup jauh dari ruang kelasku.

Enrah kenapa jantungku berdegup cepat.

Dengan napas yang sedikit tersenggal, aku sekarang berdiri di depan ruangan itu.

Ruangannya terbuka sedikit. Suara itu makin terasa jelas di sini. Sudah pasti suara itu berasal dari ruangan ini.

Dengan langkah pelan dan hati yang makin berdegup kencang, aku berusaha membuka pintu sedikit. Ingin melihat siapa yang ada di dalam sana.

Aku lihat seorang lelaki dengan celana jeans longgar dan kemeja berwarna biru laut tengah berdiri membelakangiku.

Dia tengah memainkan keyboard.

Sepertinya sadar ada seseorang yang memperhatikannya, ia pun menoleh.

Lagi-lagi duniaku seolah membeku.

Mata sipit itu....

avataravatar