webnovel

Bab 19. Tidurlah Bersamaku!

Adrian semakin bersemangat menjelajahi tubuh Kirana, tanpa memberikan jeda pada wanita itu untuk berhenti meronta dan mengerang.

"Tidak Adrian, aku mohon jangan lakukan itu!" Tangan Kirana menjauhkan kepala Adrian dari area sensitifnya. Namun Adrian tidak peduli dengan penolakan Kirana, dia sangat yakin wanita itu pun sangat menginginkannya.

"Aku tidak bisa berhenti Kirana, ini sudah sangat basah jika aku berhenti sekarang kita akan tersiksa," bisik Adrian, di telinga Kirana. Ia kemudian melanjutkan menjelajahi setiap bagian tubuh Kirana, wanita di hadapannya menggelinjang dengan nikmat.

Adrian akhirnya melepaskan semua yang menempel di tubuhnya agar lebih leluasa, sehingga dapat terlihat jelas sesuatu yang sangat menegang dan menantang dengan kokoh.

Perlahan sesuatu itu menempel di area sensitif Kirana, lalu melesakannya dengan sedikit paksa. "Akh ... sakit," pekik Kirana.

Adrian menciumi wajah Kirana sambil terus memompa pinggulnya. Suara erangan demi erangan memenuhi seisi kamar yang sunyi itu, hingga Kirana merasakan seluruh tubuhnya bergetar hebat dan saraf-sarafnya menegang. Tidak lama berselang Adrian pun merasakan pelepasannya dengan nikmat.

Suara napas mereka masih terdengar saling memburu dan bersahutan. Adrian menciumi Kirana dan berbisik di telinganya, "Terima kasih, Kirana." Tidak lama ia pun tertidur di samping tubuh polos Kirana.

Mendengar itu, kesedihan menjalar di hati Kirana, hingga bulir bening menetes di wajahnya. Tak bisa dipungkiri apa yang baru saja ia lakukan begitu nikmat, dia memang menginginkannya. Tapi kini dia merasa bersalah telah mengkhianati dirinya sendiri. Kembali dia tidak bisa menjaga keteguhan dalam dirinya.

Perlahan Kirana bangkit melepaskan tangan Adrian yang memeluknya. Pelan-pelan dia meninggalkan ranjang yang baru saja menjadi tempat bergumulnya. Kirana memunguti pakaiannya satu per satu, kemudian menuju kamar mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi dan berpakaian, dia mencari ponsel yang tadi diambil Adrian. Ponsel itu masih berada di saku celana Adrian, dia kemudian menghidupkan kembali ponsel itu dan mengirim pesan kepada Zayn.

[Apa kau sudah tidur? Bisakah aku meminta tolong?]

Zayn yang memang belum tidak bisa memejamkan mata, melihat pesan itu kemudian membalasnya.

[Belum, ada apa katakan saja?!]

[Aku dibawa oleh Adrian, ini entah di mana sekelilingnya sangat sepi, aku takut setelah ini dia tidak melepaskan aku. Bisakah kau menjemputku? Dia sedang tertidur sekarang.]

Tidak lama Kirana mengirimkan lokasi lewat pesan chat itu.

[Tunggu di sana! Aku akan menjemputmu,] balas Zayn.

Zayn segera keluar dari hotel tempatnya menginap, yang memang tidak berada jauh dari lokasi yang dikirim Kirana. Dia memacu motornya, membelah suasana puncak yang masih terlihat ramai. Tidak butuh lama baginya untuk sampai ke tempat di mana Kirana berada.

Perlahan Zayn membuka gerbang sebuah villa yang tidak terkunci, jarak dari gerbang ke villa itu sekitar dua puluh meter, sehingga Kirana yang berada di dalam tidak mengetahui keberadaan Zayn yang sudah berada di luar. Zayn memutuskan mengrim pesan untuk Kirana.

Kirana bingung, dia tidak bisa keluar karena pintunya terkunci. Matanya mulai mencari-cari kunci ke seisi ruangan, tetapi tidak juga menemukannya. "Di mana Adrian menyimpan kunci itu," bisiknya.

Saat tangannya sedang meraba-raba pada sebuah lemari, tanpa sengaja tangan Kirana menyenggol sebuah vas bunga yang ada di atasnya. Vas bunga yang terbuat dari tembaga itu menggelinding dengan nyaring. Kirana panik, segera melongok ke kamar takut Adrian terbangun karena suara itu. Terlihat Adrian mengerakkan tubuh dan merubah posisinya, saat itulah ia melihat sebuah kunci di bawah tubuh Adrian.

Bak menemukan harta karun Kirana akhirnya menemukan kunci yang ia cari, perlahan ia menarik kunci itu di bawah tubuh Adrian. Setelah berhasil kunci ,ia menarik napas lega, tanpa berlama-lama ia bergegas keluar kamar dan hendak membuka pintu yang terkunci.

CKLEK!!

Suara kunci terbuka.

"Kamu mau kemana, Kirana?" Suara Adrian membuat Kirana terkejut.

"Adrian!!" desah Kirana, ia melihat Adrian yang sudah mengenakan celana pendek di atas lutut. Adrian menghampiri Kirana lalu mengatakan, "Tutup kembali pintu itu! Kau tidak akan aku biarkan pergi tanpa seizinku."

"Tidak Adrian, aku harus pergi! Ini salah." Kirana berkata sambil mundur perlahan.

Adrian meraih tangan Kirana, "Tidak ada yang salah, kita masih saling mencintai dan masih ingin saling memiliki Kiran," ucapnya.

"Itu tidak benar! Kau sudah menikah dan aku sudah tidak menginginkanmu lagi, aku sangat membencimu!" Kirana mengatakan itu sambil membuka pintu dan hendak melarikan diri. Namun dengan sigap Adrian memeluk tubuh Kirana dari belakang, "Tolong jangan buat aku bertindak kasar Kirana!"

"Lepaskan aku!!" pekik Kirana. Suaranya terdengar sampai ke luar. Zayn yang mendengar pekikan Kirana segera berlari menghampiri.

Masih dalam pelukannya, Adrian membawa tubuh Kirana secara paksa dan Kirana terus meronta untuk lepas dari dekapan Adrian yang bertelanjang dada.

BRAKK!!

Suara pintu di tendang.

Zayn menorobos pintu yang memang sempat dibuka oleh Kirana.

"Kirana!" kata Zayn, ia mendapati Kirana yang berada dalam dekapan Adrian.

Melihat kedatangan Zayn yang begitu tiba-tiba, membuat Adrian terkesima. Matanya menyalang dan berkata, "Untuk apa kau kemari? Jangan campuri urusan kami!"

"Dia yang memintaku untuk datang, dia tidak ingin berada di dekatmu. Lepaskan dia!" ujar Zayn.

"Hahahaha ... dia berbohong padamu. Kirana sangat menikmati saat-saat bersamaku, benar kan Sayang?" ejek Adrian, dengan menyeringai dan mencium pipi Kirana. Wanita itu memalingkan wajahnya menolak ciuman yang dilayangkan Adrian.

Wajah Zayn memanas mendengar itu, tanpa aba-aba kepalan tangannya mendarat di wajah Adrian yang sedang tersenyum mengejek. Spontan Adrian melepaskan pelukannya kepada Kirana, dan bersiap untuk membalas Zayn. Akan tetapi belum sempat ia membalas satu pukulan, pukulan kedua sudah mendarat lagi di wajahnya dan membuatnya tersungkur.

Kedua laki-laki itu kini bergumul di lantai, hawa ketegangan tampak terasa di ruangan itu. Secara bergantian Adrian dan Zayn saling menindih untuk beberapa saat, tanpa ampun Zayn terus memukuli Adrian yang kini tengah berada di bawah tubuhnya. Melihat itu Kirana mencoba menghentikan Zayn.

"Sudah Zayn hentikan! Dia bisa mati di tanganmu," larai Kirana, dengan memegang tangan Zayn, dan laki-laki itu menghentikan aksinya.

"Akan kubuat dia mati agar tidak mengusikmu lagi," ucap Zayn. Kirana mengelengkan kepalanya menatap Zayn, dan akhirnya laki-laki itu menurut lalu bangkit.

"Ayo kita pergi!" Zayn menarik tangan Kirana, membawa keluar meninggalkan Adrian yang sedang meringkuk di lantai.

"Sialan, Kirana jangan pergi!" teriak Adrian, disertai umpatan. Dia tak mampu untuk mengejar mereka, karena tidak lama kemudian suara motor mulai meninggalkan villa itu.

Di atas motor Kirana memeluk erat tubuh Zayn yang ada di depannya, menyanderkan kepala di punggung laki-laki yang sudah beberapa kali menolongnya dalam situasi sulit.

Zayn membawa Kirana ke hotel tempat dia menginap, saat Kirana memasuki lobi hotel, ia nampak ragu. Zayn yang menyadari keraguan dalam diri Kirana berkata, "Sejak tadi sore aku memang sudah berada di sini dan memesan hotel ini untuk tempatku menginap. Lalu kamu menghubungiku, sekarang kita tidak mungkin kembali ke Jakarta karena sudah larut malam," jelasnya.

"Ya, baiklah," jawab Kirana, menyetujui alasan Zayn.

Mereka masuk ke dalam sebuah kamar yang hanya ada satu tempat tidur di sana. "Apa kamu ingin aku pesankan lagi satu kamar untukmu?" tanya Zayn, karena melihat keraguan pada Kirana.

Wanita itu menggeleng, "Tidak usah, aku bisa tidur di sofa itu," jawabnya.

"Tidak, biar aku saja yang tidur di sofa, sekarang beristirahatlah!" ujar Zayn.

Setelah Kirana membersihkan diri, ia bergegas naik ke atas ranjang untuk tidur. Zayn nampak sedang memainkan ponselnya, untuk beberapa saat keduanya saling membisu.

Melihat sofa yang ditempati Zayn sangat sempit dan kecil, Kirana pikir Zayn tidak akan nyaman jika tidur di sana.

"Zayn, tidurlah bersamaku di atas ranjang ini!" ajak Kirana.

Next chapter