10 Widya Meninggal

Satu minggu kemudian,_

Pasangan suami istri itu pulang ke rumah orang tua Widya.

"Panggilan dari rumah sakit, penting!" Kata tuan Sasongko Wicaksono cemas.

Dia dapat firasat buruk.

Sudah lama dia tidak menengok jasad Widya.

Widya dipercayakan kepada perawat jaga.

"Ayo... Kita ke rumah sakit, perasaanku tidak!" kata istrinya

"Garin ...!" Widya takut, tangannya dingin. Dia kontak batin dengan tubuhnya.

Keluarga Sasongko Wicaksono buru-buru ke rumah sakit.

"Putri anda tidak bisa bertahan... kami harus mencabut alat penompang kehidupannya!" ucap dokter Heri dengan wajah menyesal. Dokter Heri yang merawat Widya.

"AYAH...!" Widya panik.

Garin Anggara memeluk Widya. Khawatir istrinya itu berbuat nekat. Masuk ke jasadnya, mati bersama tubuhnya.

Garin Anggara gelisah. Dalam keadaan begini ayahnya malah pergi. Ki Joko pergi untuk kepentingannya sendiri, dia mencari istri di desa penari.

Garin Anggara memegangi Widya.

"Widya... tenanglah! Kamu tidak boleh begini!" Garin Anggara berusaha membujuk istrinya.

"Hu hu hu...tidak...aku tak mau dia mati!" Widya tambah menangis keras.

Keluarga Sasongko gugup. Perawat dan dokter Heri bingung. Heran, melihat istri Garin Anggara menangisi jasad Widya.

Garin Anggara membawa paksa Widya menjauhi ruang ICU. Nyonya Joice Sasongko mengikuti di belakang. Takut jiwa Widya terlepas dari tubuh Karin.

"Widya tenanglah! Kamu tidak mati. Yang mati itu hanya jasad. Kamu harus merelakan tubuhmu itu mati!" bisik nyonya Joice Sasongko berkata tegar. Namun di dalam hatinya, wanita juga tidak rela tubuh anak gadisnya itu mati dan di kubur. Sementara ruh Widya bersemayam di tubuh orang lain.

Tuan Sasongko Wicaksono datang, Widya berlari ke ayahnya,

"Ayah...tolong aku... aku tidak mau dia di kubur!" Widya memohon ke arahnya.

"Tenang sayang... kamu tidak mati. Kamu sehat, tubuh ini cocok untukmu!" bujuk tuan Sasongko Wicaksono. Mereka tak berdaya. Tubuh Widya tidak bisa diselamatkan lagi.

Berita kematian Widya menyebar cepat. Bella pulang ke kost memberi kabar Katrina.

"Widya meninggal dunia. Beritanya resmi dari rektorat"

"Bagaimana Karin? Dia pasti di salahkan menikahi Garin Anggara!" Katrina cemas.

"Kenyataannya memang begitu...!" Bella sedih. Orang-orang ramai membicarakan Karin yang bahagia di atas penderitaan keluarga Sasongko.

Dua orang gadis ini merasa tak enak sama orang-orang. Orang-orang di luar sana juga membully mereka. Bagaimana tidak, mereka ini sahabat Karin. Tinggal di rumah Karin. Si jago merah juga diwariskan ke mereka.

Padahal dulu Karin pernah berucap tidak akan memberikan Di Jago merah ke siapapun.

Si jago merah umurnya sudah lebih 20 tahun. Mesinnya terawat baik, begitu pula dengan bodi motor itu, Mulus.

Dua orang bersahabat ini dituduh mendapat berkah dari pernikahan Karin dengan Garin Anggara. Buktinya terlihat nyata.

Bella dan Katrina sempat kesal dengan Karin. Karin dan Garin Anggara tidak berperasaan. Mereka mengumbar kebahagiaan di mana-mana. Akun sosial keduanya di penuhi foto dan story bulan madu mereka.

Sungguh aneh, dulu Karin tidak mau punya akun medsos. Tapi sekarang, dia seperti artis Selebgram yang pamer kekayaan dan kebahagian. Karin sudah berubah.

"Ayo kita melayat!" ajak Katrina.

Bella mengangguk. Dia mencari informasi pemakaman Widiya.

"Widya dimakamkan di pemakaman keluarga Sasongko!" kata Katrina.

Mereka berdua berharap bertemu Karin di sana.

Dua orang gadis ini pergi ke rumah duka. Di sana banyak pelayat dari berbagai kelas masyarakat. Maklumlah keluarga Sasongko Wicaksono seorang pejabat kampus dan juga konglomerat.

Rumah duka dipenuhi papan bunga dukacita berderet hingga sepanjang 500 meter.

Saat tiba di rumah duka, Bella dan Katrina tercengang. Demikian juga para pelayat lainnya. Mereka heran melihat Karin menangis sesugukan di pelukan nyonya Joice Sasongko. Seperti apa sebenarnya hubungan keluarga Sasongko Wicaksono dengan Karin?

Mengapa nyonya Joice Sasongko memeluk Karin. Dua orang itu terlihat sangat dekat. Bukan hanya itu, tuan Sasongko juga memeluk Karin

Suami istri itu memeluk Widya, mereka bertiga menangis pilu.

Sementara Garin Anggara duduk di sebelah mereka dengan mata merah. Pria itu juga menangis.

Garin Anggara sangat dekat dengan keluarga Sasongko.

Keluarga Sasongko baik sekali ke Garin Anggara. Tapi mereka juga baik ke Karin.

"Karin tak tahu diri!"_ orang-orang mencibir melihat Karin.

"Karin yang seperti pemain drama. Pura-pura berduka, padahal hatinya bahagia!"

"Benar. Dia berhasil mendapatkan Garin Anggara yang ganteng itu!"_

Para pelayat yang sebagian besar para mahasiswi bergosip. Mereka bicara dengan berbisik-bisik.

Di sudut lain, ada pula para pembenci Karin, dan pecinta Garin Anggara bicara dengan berbisik, sambil melihat ke tempat duduk Karin yang di apit nyonya Joice Sasongko dan suaminya, Garin Anggara malah duduk di dekat para pejabat kampus lainnya.

"Aku heran, Sepertinya pak Sasongko Wicaksono dan istrinya itu bisa dekat dengan Karin?"

"Hah! Dia pakai ilmu pengasih. Apa kalian tahu ibunya Karin itu dukun? Para Ladies banyak yang datang ke sana minta di pakaikan susuk pengasih!" ucap seorang mahasiswi dengan wajah sirik.

"Hah! Benarkah?" para mahasiswi terkejut, mata mereka sampai terbelalak.

"Lihat itu...apa kalian tidak melihat Karin berubah begitu?"

"Dia menjadi feminim dan bening, dan semakin cantik!"

"Aneh apa ngga?"

"Ya aneh sih! Tapi bisa jadi dia pergi ke klinik mahal berubah penampilannya!"

"Betul. Ku rasa wajarlah. Garin Anggara kan kaya raya, dia memanfaatkan uang Garin, kecantikan bisa di beli!"

"Hah. Nasibnya baik sekali!"

Para gadis, mantan pacar Garin Anggara menatap iri ke Karin.

Sepertinya semua pelayat betah di rumah duka. Jumlah orang yang melayat semakin banyak. Mereka ingin mendengarkan sambutan dari pak Sasongko Wicaksono, selaku orang tua Widya dan rektor di kampus Bunga Bangsa.

Namun tuan Sasongko Wicaksono tidak mengucapkan kata sambutan.

Pemakaman Widya dilakukan dengan segera.

Karin dan suaminya berdiri mendampingi keluarga Sasongko.

Katrina dan Bella melongo.

"Aku bingung!" bisik Katrin ke Bella. "Sama. Aku juga bingung!" sahut Bella.

Sejak kapan Karin dekat dengan keluarga Sasongko. pertanyaan itu mengisi otak seluruh pelayat.

Kedekatan Karin dengan keluarga Sasongko Wicaksono, menghapus berita buruk tentang Karin. Mereka tidak pernah menyangka ternyata Karin begitu di sayangi keluarga itu.

"Sepertinya kita semua salah paham. Keluarga Sasongko tidak keberatan dengan pernikahan Garin Anggara dengan Karin!" ucap salah seorang mahasiswi yang berdiri di belakang Bella dan Katrina.

"Mereka tidak marah ke Garin Anggara, bahkan menurut kabar, tuan Sasongko Wicaksono sendiri yang menikahkan Garin Anggara dengan Karin!"

"Masa sih?" Orang-orang memasang telinga.

"Iya...Aku punya foto-foto pernikahan mereka. Acaranya sederhana. Mereka menikah di rumah sakit di sebelah tubuh Widya yang sakit. Pernikahan itu terlihat sangat sakral dan mengharukan. Katanya Karin sampai pingsan segala!'

"Ooohhh! Jadi mereka bukan menikah di KUA?"

"Mereka dua kali menikah, secara agama dan di KUA juga!"

"Ohh!" orang-orang berkerumun mendengarkan information pernikahan itu.

Bella dan Katrina menangis. Menyesal. Mereka telah salah paham ke Karin.

Saat pernikahannya Karin mereka sedang di Hongkong. Jadi bagaimana mereka bisa tahu isi hati Karin, Karin menutupi isi hatinya dengan rapat.

"Astaga! Apa ada sesuatu di balik pernikahan itu?!"_ Bella dan Katrina kontak batin. Mereka satu hati.

Pikiran mereka sama.

Dua orang sahabat itu mencari tempat yang jauh dari kerumunan.

"Kita harus ketemu Karin!"

"Benar. Mari kira dukung dia!"

Bella dan Katrina menghampiri Karin, setelah melihat bertemu Karin dekat begini, dua orang gadis ini di buat terkejut, Karin benar-benar menangis. Tangisan Karin bukan setingan. Karin berduka beneran atas kematian Widya.

"Karin... maafkan kami. Kami tidak memahami dirimu. Kami tidak mengerti apa-apa tentangmu...!" Bella berkata sambil menangis.

"Bella...kamu bisa menangis bersama kami...!" Katrina memeluk Karin.

"Tidak. Pergilah kalian bukan teman ku!" Karin mendorong Bella dan Katrina dengan kasar.

"Karin...!" Bella dan Katrina terkejut.

avataravatar
Next chapter