11 Menjadikan Karin Sebagai Budak

Dua sahabat Karin di buat terheran-heran. Mereka juga malu di depan orang-orang Karin bersikap arogan seperti itu.

Orang-orang memandang kejadian itu dengan berbagai sikap.

"Mengapa Karin marah ke teman-temannya itu? Bukankah mereka sangat dekat?"

"Ku dengar kedua teman Karin itu memanfaatkan hubungan Karin dengan keluarga Sasongko. Mereka menurut mendapatkan fasilitas dari Karin!" Sinis Renita, teman Widya. Dia tidak senang dengan Karin. Tapi setelah hari ini, gadis itu ingin berteman dengan Karin, karena Karin dengan keluarga Sasongko Wicaksono.

"Hah. Mereka bukan teman yang baik bagi Karin!" kata Ocha, dia mahasiswi, dulu dia berteman dengan Widya. Sekarang dia malah dekat dengan Karin.

"Benar. Ku dengar nyonya Joice melarang Karin berteman dengan mereka!" Kata Dewinta, dia teman baru Karin. Dewinta seorang model.

Bella menarik tangan Katrina menjauh dari orang-orang.

Sekalipun mere kea sedih dengan sikap Karin, namun

dua orang ini merasakan sesuatu yang aneh di pada diri Karin. Itu bukan sifat Karin! Karin tidak pernah kasar ke mereka.

"Tidak kah kamu merasa aneh. Karin terlihat berbeda?"

Kata Bella.

Katrina mengangguk,

"Benar. Bukan hanya sikap Karin yang berubah, suaranya juga!" sahut Katrina.

"Suara Karin...mirip suara... Widya. Ya Widya!" kata Katrina lagi.

"Benar. Aku pikir juga, suara Karin itu mirip suara Widya! Apa Karin meniru suara Widya? Tidak. Suara Karin tidak cempreng begitu!" Bella ke pikiran.

Dua orang gadis itu terdiam dengan hati penuh tanda tanya.

"Kita pulang saja!"

Dua orang sahabat Karin ini mengambil jalan samping, meninggalkan rumah keluarga Sasongko Wicaksono yang megah.

Mereka melihat para pembantu mengangkat barang-barang dari mobil Van.

"Itu kan barang-barang Karin?"

Bella dan Katrina ingat. Karin punya tas bag besar bertuliskan namanya. Sebelum berangkat bulan madu, tas itu kemaren di bawa Karin dari rumahnya.

"Letakkan semua tas itu di depan kamar nona Widya!" kata kepala asisten rumah tangga keluarga Sasongko.

Bella dan Katrina tercengang. Karin dan Garin Anggara pindah ke rumah keluarga Sasongko!

Bella dan Katrina sampai di rumah Karin.

"Kita pindah saja dari rumah ini. Karin sudah tidak menganggap kita teman lagi!"

"Benar. Aku khawatir, dia akan mengambil rumah ini lagi dan meminta yang yang telah dia berikan!" Bella berkata dengan hati was-was.

"Untunglah kita tidak menghabiskan uangnya!" kata Katrina.

Mereka berbenah-benah. Mengepak barang, siap untuk pindah.

***

Satu Minggu setelah Widya meninggal. Karin alias Widya datang ke rumah Karin. Bella dan Katrina sudah tidak ada.

"Baguslah mereka pergi!"

Widya masuk rumah Karin.

"Pintunya tidak di kunci. Huh dua orang itu memang sembrono!" Widya mengomel.

"Siapa itu?"

Widya terkejut mendengar suara pergerakan di kamar Karin.

Seseorang keluar dari kamar Karin.

"GARIN?!"

"Kenapa kamu di sini?" Widya terkejut.

"Kamu juga kenapa ke sini?" Garin juga kaget.

"Oh...aku mau mengambil laptop Karin!"

"Ayo sini!" Garin Anggara menarik Widya ke kamar. Membawanya ke ranjang.

"Garin... kamu mau ngapain?" Widya bingung. Tiba-tiba suaminya memaksanya masuk kamar.

"Bulan madunya kita sambung di sini!"

"Ohh... Hahaha!" Widya tertawa senang. "Aduh!" kepala Widya terantuk kepala ranjang.

"Widya... kamu kenapa?"

Widya pingsan.

"GAWAT!" Garin panik. Dia menyiapkan ikat pinggangnya mengikat tangan Widya. Takut Karin yang masuk dan berontak lagi seperti yang sudah-sudah.

Mata Widya terbuka. Itu bukan Widya. Itu Karin!

Garin sudah hapal. Dia cepat-cepat menutup bibir Karin dengan ciuman intens.

Katrin berontak. Garin Anggara tidak peduli. Tangan Garin Anggara bergerak cepat masuk ke bawah sana, merobek segi tiga pengaman putih mungil itu.

Mata Karin terbelalak. Dia tidak bisa melawan. Garin Anggara memasukkan barangnya secara paksa. Memberikan hentakan demi hentikan. Karin berteriak kesakitan. Garin Anggara tertawa senang. Dia dengan rakus menggigit bagian empuk di dada Karin. Karin hanya bisa menangis. Pria itu kembali memperkosanya.

Garin Anggara tersenyum puas, dia telah menjadikan Karin budaknya.

***

Sementara itu, di kerajaan Ankara, Turki, kerajaan gaib ratu Mustika.

Karin setelah mengalami hal yang buruk dengan tubuhnya, Karin bersemedi. "Untuk sementara aku tidak kembali pulang ke tubuh ku!"_ Karin jera dijadikan alat pemuas nafsu Garin Anggara lahir batin.

Ratu Mustika pamit pergi bertapa. Tidak tahu di mana tempatnya dan sampai kapan dia pergi. Tapi sebelum dia pergi, ratu mustika menempatkan di ruang perpustakaan. Hal itu sesuai dengan permintaan Karin sendiri. Di sini dia tidak tahu apa yang harus dia kerjakan. Di luar istana inipun Karin merasa tidak aman.

Di perpustakaan ini, Karin bisa menyalurkan hobinya membaca.

Untungnya dulu sewaktu masih sekolah Karin menyukai bahasa Turki. Jadi dia bisa membaca lembar lembar bacaan yang tertulis di tulang dan daun lontar.

"Mereka tidak menulis buku di kertas!"_ Krim kesulitan membuka buku yang sudah di bandrol dan dibuka dengan kata sandi. Tetapi masih ada buku yang bisa di baca. Buku ringan dan mungkin tidak di sukai oleh para penghuni istana ini.

"Buku Menaklukkan Hewan Peliharaan"

'Tidak apa-apa. Daripada tidak ada yang bisa di baca!"_

Entah berapa lama Karin di tempat ini. Di istana ini tak punya waktu. Siang atau malam tak ada bedanya.

Tempat ini selalu terang, hangat dan nyaman. Karin betah tinggal di sini.

"Aku sekalian belajar!"_ Karin membuat alasan itu ke ratu Mustika.

Tidak ada masalah!

Tapi masalah datang setelah ratu pergi.

"Apa kamu percaya kalau dia sahabat ratu dari negeri Jiran? Hah. Hanya gembel pengemis pencuri penipu!" kata Dayang utama istana ratu dengan wajah iri.

"Kalau begitu kurung saja dia di kandang hewan peliharaan!" jawab dayang ketua.

Dayang lain berkata dengan wajah pucat,

"Bagaimana kalau ratu menanyakan dia?"

"Ratu tidak tahu. Dia sedang menyepi tanpa batas waktu!"

"Hahaha! Baguslah itu. Kita jadikan saja dia budak!"

"Dia memang budak hina!" sahut temannya.

"Tunggu apa lagi! Mari kita siksa dia!" dayang itu menghentakkan cambuknya ke udara, terdengar bunyi menggelegar memekakkan telinga. Dia dayang utama, kesaktiannya tidak di ragukan lagi.

"Kamu jangan membuang tenaga, serahkan saja dia ke Goligo (hewan gaib berbentuk burung elang berkepala naga berwarna biru)!"

"Hahaha! Benar itu. Kita tidak boleh membuat ratu curiga. Kalau dia mati karena Goligo, siapa yang bisa di salah kan?!'

Para dayang itu tertawa. Mereka mengkhayal menyiksa Karin.

"Aku tidak sabar menyiksa manusia hina itu!"

"Iya aku juga!"

Para dayang itu berbisik membuat rencana.

"Sekarang kita singkirkan manusia budak itu!" mereka bersepakat.

"Entah kenapa baginda ratu menyukai manusia itu?"

"Iya. Ratu juga memberi dia tempat istimewa!" sahut dayang lainnya.

Empat orang dayang berwajah seram masuk perpustakaan.

"SINGKIRKAN BUDAK ITU DARI SINI!"

avataravatar
Next chapter