18 Menjadi Hantu Di Rumah Yilmaz

Sementara itu, nyonya Havva Mehrunisa di percaya ibu mertuanya mengelola kekayaan di rumah keluarga Yilmaz. Nyonya Havva Mehrunisa di beri wewenang mengatur dan menyimpan kunci- kunci penting di rumah itu, seperti kunci lemari dan kunci brankas. Brankas itu di simpan di kamar nyonya Havva Mehrunisa. Di brankas itu menyimpan benda-benda berharga, perhiasan, emas batangan dan surat-surat penting lainnya.

Seharusnya yang memegang kunci penting di rumah itu adalah nyonya Mumtaz Yilmaz, karena dia istri pertama tuan Akara Emir Yilmaz. Akan tetapi karena nyonya Havva Mehrunisa menantu kesayangan nyonya Aelia Yilmaz, di tambah lagi dia juga masih keponakannya sendiri, menjadikan nyonya Havva Mehrunisa kepercayaan sang ibu mertua. Nyonya Aelia tidak mau harta keluarga jatuh ke keluarga Mumtaz Yilmaz. Apalagi sekarang ini Alara Yilmaz tidak bisa diharapkan lagi.

Apa yang bisa dilakukan seorang gadis yang lumpuh dan bisu seperti itu?

Nyonya Aelia Yilmaz masuk ke dapur. Nyonya Mumtaz Yilmaz mengakhiri pembicaraan itu.

Tidak ada gunanya dia menegur madunya ini, ibu mertuanya itu pasti mendukung dan membela nyonya Havva Mehrunisa.

"Havva... Dari mana saja kamu? Sedari tadi aku mencari mu!"

Nyonya Havva Mehrunisa memperbaiki roman wajahnya, dia selalu bersikap lembut dan santun di depan ibu mertuanya ini.

"Maaf ibu... tadi saya mengerjakan banyak hal di kantor Akara...!"

DREED DREED!

Ponsel Aelia Yilmaz bergetar. Panggilan masuk dari nyonya Eda Heflin. Nyonya Aelia Yilmaz mengalihkan perhatiannya ke ponselnya, melupakan Havva Mehrunisa.

"Nyonya Eda... apa kabar?" nyonya Aelia tersenyum gembira.

"Hmm. Bagaimana?!"

Senyum nyonya Aelia berubah menjadi garis kerut yang dalam.

Nyonya Aelia tersenyum dalam hati. "Akhirnyae Eda Heflin beraksi!"_

Nyonya Mumtaz Yilmaz menunggu dengan tegang. Feeling-nya tidak enak.

Dua orang wanta ini berdiri menunggu nyonya Aelia Yilmaz selesai menerima telpon.

"Ikuti aku?!" nyonya Aelia berjalan menuju ruang perpustakaan. Wajahnya tegang.

"Keluarga Heflin besok akan berkunjung?" katanya setelah mereka berada di ruang perpustakaan.

"APA?!" Nyonya Mumtaz kaget. "Alara dalam masalah !"_

"Aku tidak mau mereka tahu keadaan Alara. Bawa Alara dari rumah ini. Jangan sampai keluarga Heflin mengetahui keadaan Alara!"

"Tapi bu... kita bawa kemana Alara?" Nyonya Mumtaz bingung.

"Terserah. Kamu bisa titipkan dia rumah orang tuamu atau kemana saja!" kata nyonya Aelia Yilmaz tak peduli.

Nyonya Mumtaz tidak mengerti, mengapa ibu mertuanya ini tidak menyukainya.

Perlakuannya berbeda dengan nyonya Nyonya Havva.

Nyonya Havva Mehrunisa tersenyum diam-diam, "Sekarang Mumtaz tidak bisa lagi menutupi keadaan putrinya!"_

****

Kamar Alara Yilmaz,__

Karin masuk kamar Alara Yilmaz.

Karin bisa keluar masuk kamat Alara Yilmaz sekalipun tidak lewat pintu. Dia tidak lebih roh yang tembus pandang, tembus tembok.

Zaenab berdiri dari kursinya saat Karin masuk kamar,

"Sudah dapat kuncinya?" Zaenab menyambutnya dengan cemas.

"Ini!" Dari cincin yang di pakai Karin keluar kunci kamar.

Shalinaz Filiz Yilmaz mengunci kamar Alara, dan menyimpan kuncinya. Shalinaz Filiz sengaja mengurung Alara Yilmaz dan Zaena6 di kamar, hingga mereka kelaparan. Shalinaz juga menyimpan menyembunyikan ponsel Zaenab agar dia tak bisa berkomunikasi dengan orang luar.

"Ponsel ku?!"

"Ini!"

"Bagaimana cara kamu mengambilnya?"

Karin tertawa, "Apa kamu lupa... Aku kan hantu!"

"Hahaha!" Karin dan Zaenab tertawa nyaring. Tidak ada orang di kamar itu.

Zaenab mencium Ponselnya,

"Syukurlah... akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan Bella dan Katrina. Untungnya pesawat mereka belum mendarat dini hari nanti!"

Zaenab menyelinap keluar rumah menjemput Bella dan Katrina.

Karin masuk kembali ke tubuh Alara Yilmaz. Dia kembali gadis bisu dan lumpuh.

Zaenab bersiap pergi. "Pintu ini aku kunci dari luar, ya?"

Alara (Karin) mengangguk. Dia juga sudah lelah dan mengantuk.

Zaenab menyelinap pergi ke kebun belakang, melompat ke atas pagar, menghilang di balik tembok.

Tengah malam, Shalinaz Filiz menyadari telah mengunci Alara dan Zaenab di kamar.

"Di mana aku menyimpan kunci kamar Alara? Tadi kan di sini?!"_ Shalinaz Filiz panik.

Shalinaz Filiz Yilmaz kebingungan sendiri. Dia takut terjadi sesuatu terhadap Alara Yilmaz.

"Kamu taruh di mana kunci itu?" tanya Shalinaz Filiz ke asisten pribadinya, Haruka

"Maaf Nona... tadi kan sudah saya berikan ke nona! Nona sendiri yang menyimpan kunci dan HP itu di meja kerja nyonya Havva!" jawab Haruka.

"Masa sih?" Shalinaz Filiz bingung.

"Iya nona, coba nona lihat rekaman CCTV!" usul Haruka.

Haruka berasal dari Jepang, dia bekerja sejak remaja di keluarga Yilmaz. Haruka sangat dipercaya oleh Shalinaz Filiz.

"Oke!" Shalinaz Filiz mengambil laptopnya, melihat rekaman CCTV di kamar ibunya.

Nyonya Havva Mehrunisa memasang kamera CCTV di kamarnya untuk mengawasi pekerjaan para asisten rumah tangga.

***

Shalinaz Filiz membuka laptop, dia terkejut melihat layar monitor laptopnya.

"APA INI?!"

wajah Shalinaz Filiz berubah pucat, ngeri dan takut.

"Ha--Hantu! Ada Hantu Di Kamar Mommy! Tidak mungkin!" Shalinaz Filiz tidak percaya hantu. Tapi rekaman video menjadi bukti, ada makhluk astral di rumah besar ini.

Video itu memperlihatkan kejadian siang tadi, saat dia dan ibunya berduaan di kamar,

Pada layar monitor laptop terlihat laci meja kerja ibunya terbuka dan tertutup dengan sendirinya.

Kunci kamar Alara dan ponsel Zaenab di simpan di sana.

Saat laci terbuka, kunci dan ponsel itu lenyap, kemudian laci itu tertutup sendiri.

Kemudian Shalinaz Filiz melihat pintu kamar nyonya Havva Mehrunisa terbuka dan tertutup sendiri.

"Ya Tuhan.... apa di rumah ini ada tuyul!"_ Shalinaz Filiz gemetar ketakutan.

"Aku harus memanggil mommy!"_

Shalinaz Filiz berlari keluar kamar, membawa laptopnya.

Dia heran melihat kesibukan orang rumah, sudah tengah malam begini tapi semua asisten rumah tangga sibuk bekerja membenahi rumah.

Shalinaz Filiz tidak sempat bertanya begitu, masalah hantu itu lebih penting.

"Mom...!" wajah Shalinaz Filiz pucat.

"Shalinaz ada apa dengan mu?" nyonya Havva Mehrunisa khawatir.

"Mom... ikuti aku...!"

Ibu dan anak ini ke kamar nyonya Mumtaz.

"Mom... lihat ini!"

Nyonya Havva Mehrunisa terkejut.

"Kenapa bisa ada tuyul di rumah ini!"

"Mom. Kita harus mencari orang pintar. Tuyul itu harus di tangkap!"

avataravatar
Next chapter