7 Karin Pulang

Malam itu,

Zaenab security rumah sakit kebagian tugas malam.

Di melewati ruang ICU VIP yang sunyi.

Tidak seperti biasanya, malam ini terasa dingin mencekam.

Zainab bukan seorang penakut. Tapi di merasa ada sesuatu yang aneh dan menariknya masuk ke ruang ICU, tempat tubuh Widya di rawat.

Setahunya, Widya wanita yang koma, dia anak seorang direktur kampus ternama di kota ini. Sekarang gadis itu terpapar tak berdaya. Keluarganya yang orang kaya itu sangat jarang menengoknya.

Widya dibiarkan sendiri. Hanya ada 2 perawat yang menjaganya, mereka di bayar khusus menjaga ruangan itu secara bergantian.

Secara medis Widya di nyatakan hidup, tapi tubuh Widya seperti rongga tubuh yang tak berpenghuni.

Malam ini, Zaenab seperti seperti mendengar suara tangisan seorang wanita. di ruangan ICU.

"Siapa di sana?"

"Halo! Ada orang di sana?"

"Aneh!"_

Tidak ada orang di sana.

"Siapa yang menangis tadi?"

Zaenab masuk ke ruangan ICU.

Sepi.

Perawat yang biasa menjaga ruangan ICU itu pergi entah kemana.

"Mungkin perawat itu berasumsi keluarganya saja tak peduli, jg jadi dia tidak perlu memperhatikan pasien itu lagi. Keterlaluan!" Zaenab marah.

"Perawat itu harus dilaporkan. Perawat itu harus di ganti. Tidak bertanggung jawab!" sudah tugas Zaenab melakukan itu. Investigasi!

Zaenab mendekati ruangan itu. Tubuh Widya diam tak bergerak. Tapi di sebelah tubuh itu dia melihat bayangan tembus pandang seperti cahaya, berbentuk seorang wanita. Menangis dengan suara memilukan.

"Kamu siapa? kenapa ada di sini?" tanya Zaenab.

Wanita itu berbalik.

"Kamu bisa melihatku?"

wanita itu tersenyum senang.

Zaenab kaget dia mengenali wanita itu.

"Tentu saja ..tunggu aku seperti mengenalmu! Kamu...kamu... Karin, kan?!" Zaenab tak percaya.

"Kamu mengenalku?" Karin langsung bersemangat.

"Karin Aku Zaenab...kamu ingat aku! Aku Zaenab, murid ibu mu!"

"Kak Zaenab...kak Zaenab....hiks!" Karin berusaha memeluk Zaenab tapi tak bisa. Dia seperti bayangan kabur di ruangan hampa.

"Karin...ada apa denganmu... mengapa kamu bisa begini?!" Zaenab bingung dan prihatin. Karin anak gurunya, bisa terpapar di rumah sakit tanpa Raga.

"Kak Zaenab...nanti dulu ceritanya...bantu aku dulu... bawa aku pergi dari sini...tolong aku... cepatlah!" Karin ketakutan.

Karin meringkuk seperti orang sakit dengan tubuh telanjang. Menangis pilu.

"Karin...Karin kamu kenapa?!" Zainab menutupi Karin dengan selimut gaib. Untunglah dia membawa banyak peralatan gaib.

"Karin... kenapa kamu telanjang? Mana bajumu!"

"Bajuku hilang! Kak Zaenab, tolong beri aku baju...!"

"Sebentar!" Zainab bersemadi mengucapkan lafadz lafadz doa, lalu meniupkan nya ke tubuh Karin.

Tubuh Karin tertutup kain baju putih bersih.

"Pakai ini saja dulu! Nanti ku carikan baju dari pasar gaib untukmu!" Zaenab menutup semedinya.

"Terima kasih, kak!"

Karin duduk bersila, melafadzkan doa. Wajahnya bersinar terang.

****

"Oke Karin... aku akan membawamu pergi dari sini!!" Zaenab mengambil kalung dengan permata delima yang tersembunyi di balik bajunya.

"Karin masuklah ke sini!"

Karin melompat masuk ke batu permata yang di bawa Zaenab.

Zaenab menyembunyikan lagi kalung miliknya itu ke dalam baju.

"Kamu aman di sini!" Kata Zaenab.

"Terima kasih kak!" Karin merasa tenang sekarang. Ada tempat untuknya bersembunyi untuk sementara waktu.

Karin masuk kamar hotelnya, permata delima ini ibarat hotel bagi makhluk tanpa raga.

.

"Karin maafkan aku. Aku belum punya tubuh untukmu!" kata Zaenab ke Karin.

"Tidak apa-apa kak! Tempat ini lebih baik!"

Jawab Karin dengan wajah cerah. Lebih baik tinggal di permata delima ini dari ada tinggal di Widya yang hampir mati itu.

Tiba-tiba Karin menggigil. Dia menggelepar seperti orang sakit.

"Apa yang terjadi!" tanya Zaenab.

"Garin menodai tubuhku!" jawab Karin pilu.

"Karin... kasihan sekali kamu!" Zaenab marah untuk Karin. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia tidak bisa melawan Ki Joko, ayahnya Garin Anggara.

"Karin... kamu ku simpan di mobilku dulu ya...kamu bisa istirahat dulu di sini!"

'Terima kasih kak!" Karin tertidur.

Zainab menuju ruang keamanan, menghapus rekaman CCTV, kalau dirinya pernah masuk ruangan ICU VIP itu.

***

Paginya,

Zaenab bebas tugas.

Zaenab teringat kembali dengan Karin.

Karin yang bersembunyi dalam batu permata delima miliknya. Gadis itu terbangun ketika mendengar Zaenab memanggilnya.

"Karin... kamu sudah bangun!" panggil Zaenab.

"Sudah kak!" jawab Karin.

"Kita pulang dulu!"

"Pulang ke mana kak?"

"Ya ke rumahku lah!" Zaenab tertawa.

Sesampainya di rumah Zaenab.

"Karin.. kamu bisa keluar sekarang... kamu aman!"

"Tidak kak aku di sini saja!" Karin masih Ketakutan.

"Baiklah terserah kamu saja!" jawab Zaenab. "Katin... Ceritakan yang terjadi padamu?"

"Mereka menculik ragaku... Ragaku di pakai jiwa lain?" kata Karin.

"Jiwa Siapa? Widya?" Tebak Zaenab.

"Ya! Widya perlu tubuh sehat dan normal!" kata Karin menceritakan kronologis kenapa dia bisa berada di tubuh Widya yang cacat dan lumpuh tak berdaya.

"Jadi badanmu di pinjam Widya?"

"Bukan di pinjam tapi di rampok! Mereka merampas badanku, dan membuang jiwaku!!" Karin bercerita penuh kesedihan.

***

Zaenab bersemedi,

"Karin... aku belum bisa kontak dengan ibu mu... sepertinya guru sedang bertempur di medan perang... kita bisa mengganggunya!" kata Zaenab frustasi. Dia kasihan dengan Karin tinggal di permata Delima, berkelana tanpa raga.

"Kak Zaenab bisa kah kamu membuka rantai yang membelenggu jiwaku?" tanya Karin penuh harap.

"Maaf Karin ilmuku belum sampai ke sana!" Kata Zaenab penuh penyesalan.

"Tak apa kak, aku mengerti!"

Karin teringat seseorang yang bisa membantunya,

"Kak Zaenab...bisakah kakak membawaku ke Turki?"

"Ke Turki? Jauh sekali...Ada apa di sana?!" Zaenab bingung.

"Nanti ku ceritakan... sekarang...tolong antar saya ke rumah ibu ku!"

"Rumah ibumu..."

"Ya Kak! Kita ke rumah ibu ku. Aku bisa mengambil keperluan kita selama di Turki!" kata Karin meyakinkan Zaenab.

"Aku tak bisa masuk ke rumah ibu mu. Rumah itu terkunci secara gaib!

"Tenang saja kak...aku punya kuncinya!" jawab Karin.

Mereka pergi ke rumah ibu Karin.

"Kak kuncinya ada di bawah pot bunga matahari!" kata Karin.

"Bunga matahari...bunga matahari...!" Zaenab bergerak mencari bunga matahari yang di maksud. Bunga itu sudah mati tak terurus.

"Oke sudah ku temukan!" Zaenab mengangkat kunci rumah itu. Kunci itu berupa batu hitam seukuran telapak tangan.

"Letakkan tangan kakak di atas batu itu!"

Zaenab menurut. Cahaya putih di sekitar rumah ibu Karin seperti air terjun membuka celah yang hanya bisa di tempuh sebelah badan. Zaenab memiringkan tubuhnya. Masuk.

Rumah itu tidak terkunci. Pintunya hanya di tutup rapat.

"Silahkan masuk, kak!" kata Karin.

Karin keluar dari permata delima. Tubuhnya seperti hologram tembus pandang.

"Kak... ambillah semua uang itu! Kakak beli tiket ke Turki!"

"Hah! Banyak sekali!"

Zaenab tidak pernah punya uang banyak. Dia kerja sekedar cukup untuk keperluannya sehari-hari. Uangnya dihabiskan untuk membeli benda-benda gaib.

"Karin... kenapa kita harus ke Turki?" tanya Zaenab heran.

"Kak... hanya ratu Mustika yang bisa membebaskan tali pengikat Sukma di leherku!" kata Karin dengan tatapan jauh. Dia mendengar dari ibunya,

"Siapa Ratu Mustika?" tanya Zaenab heran.

avataravatar
Next chapter