Seorang pria tengah duduk di sebuah bangku panjang di taman terbuka di sebelah rumah tua yang sudah lama sekali ditinggalkan oleh penghuninya. Lambaian ranting pohon, daun yang bergesekan antara satu dengan yang lainnya membuat suasana yang sunyi menjadi sedikit mencekam.
Semuanya telah berubah, desa tempat tinggalnya kini tak lagi sama seperti desa tempat tinggalnya dulu. Dan semua orang di desanya kini hilang satu persatu di setiap harinya. Setiap ia terjaga di malam hari, ia selalu melihat sesosok bayangan tinggi besar berkelebat di depan rumahnya. Bahkan ia pernah menyaksikan bayangan itu tengah menyantap seonggok daging manusia yang entah siapa. Sesosok mahluk yang terus meneror desanya. Sesosok mahluk yang selalu menjadi momok atas segala ketakutan setiap warga yang tinggal di desa tempatnya tinggal. Dan itulah yang kini tengah ia pikirkan. Ia bingung harus berbuat apa dan mulai dari mana.
Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan seseorang, ia bernama Ray. Nama lengkapnya Ray Drexel. Sebuah pertemuan yang aneh dimana dia mengaku berasal dari Celestial World dimana malaikat hidup dan menetap di dalamnya, Adalah sebuah tempat yang tak pernah lelaki itu dengar sebelumnya.
Dan disuatu hari lelaki itu melihat Ray merentangkan sayapnya, saat Ray bertarung melawan bayangan hitam yang menjadi teror di desa tempat lelaki itu tinggal. Ya, Ray adalah seorang malaikat yang diutus untuk melawan setiap bayangan hitam, atau yang biasa Ray sebut "Powca". Powca disini adalah sebutan bagi kaki tangan Demon Lord, mereka diutus ke dunia adalah untuk mengumpulkan souls atau jiwa-jiwa manusia. Hal yang dipercaya dapat membangkitkan kembali sang Demon Lord yang masih bersemayam di balik sebuah pintu bersegel di sebuah tempat yang tak seorang pun tahu persis dimana letak keberadaan nya.
Dan kini lelaki itu berteman dengan Ray karena lelaki itu memiliki sebuah cincin yang Ray sebut sebagai senjata pemusnah iblis paling kuat yang pernah Celestial World buat. Namun entah mengapa cincin itu bisa ada di dunia ini dan bisa dimiliki oleh seorang anak manusia. Dan inilah awal dari kisah perjalanan panjang seorang anak manusia bersama para malaikat dalam membasmi para iblis di dunia.
.....
"Fen, mau kemana kita?" Tanya Ray kepada lelaki yang kini menjadi temannya. Namanya adalah Fenriz, seorang lelaki, anak dari seorang manusia bernama Gabriel.
"Ke tempat dimana kita bisa menemukan malaikat lain yang bisa membantu tujuan kita."
"Iya, gua tau. Kemana??"
"Kota samhradh. Gua dengar disana ada banyak kejadian yang sama persis dengan kejadian yang terjadi disini. Beberapa orang menghilang secara tiba-tiba. Kemungkinan kita akan segera menemukan malaikat lain disana."
Setelah berjalan selama kurang lebih 2 jam, mereka pun memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah gubuk tua di pinggir sungai Arafaat yang membentang dan mengalir membelah kota samhradh menjadi 2 bagian, Utara dan selatan. Kota samhradh bagian Utara adalah kota industri, banyak sekali pabrik-pabrik besar yang berdiri kokoh disana. Sedangkan samhradh bagian selatan merupakan kota pertanian, lahan persawahan dan perkebunan membentang luas dari ujung hingga ke ujung. Keadaan yang berbanding terbalik dengan kota samhradh bagian Utara.
Tujuan pertama Fenriz adalah pergi ke samhradh bagian selatan. Namun sebelumnya, dia harus segera menemukan jalan dan kendaraan untuk pergi menuju kota tersebut.
"Hutan ini aneh." Celetuk Ray saat Ia mulai menyadari jikalau dia dan Fenriz hanya berjalan memutar-mutar di tempat yang sama.
"Kenapa Ray??" Tanya Fenriz.
"Apa lu gak ngerasa kalo kita dari tadi bolak-balik di tempat ini terus!?" Ujar Ray kepada Fenriz.
"Lihat! Itu kan gubuk yang tadi kita gunakan untuk beristirahat!" Ucap Ray sembari menunjuk sebuah tempat dimana gubuk kayu yang dia maksud berada.
Fenriz nampak berpikir, dahinya mulai berkerut, memikirkan apa yang sebenarnya tengah terjadi.
"Succubus!" Ucap Ray tiba-tiba memecahkan lamunan Fenriz yang mulai buntu.
"Maksud lu iblis yang mampu membuat manusia jatuh cinta karena kecantikannya itu kah?" Tanya Fenriz pada Ray.
"Ya, namun tidak hanya itu. Dia mampu membuat manusia hanyut dalam sebuah halusinasi. Seperti sekarang, sepertinya kita tengah terpengaruh oleh sihirnya, maka dari itu kita tak bisa pergi menjauh dari tempat ini." Jelas Ray kepada Fenriz.
"Tapi lu kan malaikat Ray." Ujar Fenriz dengan nada penasaran.
"Ya, tapi saat gua ada di dunia, hukum dunia pun berlaku ke gua. Gua bisa sakit, gua bisa kena pengaruh kekuatan succubus juga." Jelas Ray lagi.
"Namun dengan begitu, para iblis pun bisa kita bunuh, sama seperti mereka yang bisa membunuh manusia atau pun malaikat yang diutus ke bumi." Sambung Ray.
"Hi hi hi hi hi." Sebuah tawa terdengar di telinga Fenriz juga Ray.
"Kau ingin bermain-main sama gua hah??" Tantang Ray kepada sosok yang tengah tertawa itu.
"Akhirnya kalian sadar juga. Ada urusan apa kalian memasuki hutan ku ini??" Tanya suara itu pada Ray dan Fenriz.
"Gua gak ada urusan sama lu. Gua cuma ingin menyeberangi tempat ini supaya gua sama temen gua bisa sampai ke kota dengan cepat." Ujar Ray kepada suara tanpa wujud itu.
"Kau kira aku akan membiarkan kalian lewat begitu saja hah? Hi hi hi hi"
"Keluarlah kalo lu mau bertarung denganku." Tantang Ray pada suara itu.
"BODOH!!"
Tiba-tiba sebuah bola api muncul dan terbang ke arah Ray dan Fenriz. Segera Ray merentangkan sayapnya dan melindungi Fenriz dengan sayapnya yang lebar.
"Ternyata kau adalah malaikat. Hi hi hi. Hanya Malaikat bodoh dan tak berguna yang diturunkan ke bumi. Hi hi hi." Ucap suara itu mencoba merendahkan Ray untuk memancing amarahnya.
"Asal lu tau. Malaikat diciptakan tanpa adanya hawa nafsu didalam hatinya. Tapi, kali ini berbeda. Saat malaikat diturunkan ke dunia, hawa nafsu dapat tumbuh dan berkembang dalam hati malaikat tersebut. Dan satu lagi, terkadang hawa nafsu itu mampu menjadikannya sebuah kekuatan baru jikalau malaikat itu mampu mengendalikannya. Dan sekarang gua mau sedikit nunjukin ke lu bagaimana gua melakukan itu." Ray berteriak. Sebuah gelombang cahaya memancar dari sela-sela bulu di sayapnya.
Dan tiba-tiba sebuah lapisan bening seperti cermin pecah. Lapisan itu berada disekitar Fenriz dan Ray. Ternyata lapisan itu lah yang membuat Fenriz dan Ray tak bisa pergi melewati tempat itu dan hanya berputar-putar saja. Dan kini akhirnya si pemilik suara tawa tadi mulai nampak jelas di hadapan Ray juga Fenriz. Dia sedikit terpental ke belakang karena gelombang energi yang Ray lepaskan tadi. Nampak jikalau dia kesakitan karena gelombang itu. Iblis itu kini hanya bisa tertunduk menahan sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.
"Lu cuma iblis rendah yang gak mungkin bisa ngalahin gua.!" Teriak Ray sembari terbang ke arah iblis wanita itu.
"Berhenti Ray!!!" Teriak Fenriz saat Ray akan menebas kepala iblis wanita itu dengan pedang yang tiba-tiba muncul ditangannya.
"Ada apa Fen?" Ray menghentikan serangannya. Nampak si iblis wanita itu ketakutan, tawa nya yang sebelumnya menggelegar kini hilang, tubuhnya bergetar dengan pedang yang posisinya sangat dekat dengan tenggorokannya.
"Kenapa lu mau membunuhnya???" Tanya Fenriz kepada Ray.
"Lu kenapa sih? Apa jangan-jangan lu kena pengaruh si iblis ini lagi?" Tanya Ray sembari menatap mata Fenriz lekat.
"Gak tau kenapa, hati gua bilang kalau dia bukan salah satu iblis jahat." Ucap Fenriz pada Ray.
"Tidak mungkin, semua iblis itu jahat!!" Ray kembali mengambil ancang-ancang untuk segera menebas kepala succubus tersebut.
"BERHENTI RAY!!!" nada suara Fenriz sedikit naik, dan nampak Ray menghentikan gerakannya. Entah mengapa, Ray tak lagi bisa melanjutkan apa yang ingin dia lakukan setelah mendengar teriakan perintah dari Fenriz.
"Apa ini, tubuhku seolah membatu" ujar Ray membatin.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Fenriz sembari mengulurkan tangannya pada succubus yang berada di depannya.
"Dia, entah mengapa aku mencium aura iblis dari dirinya" ujar succubus dalam batinnya.
"Aku gak apa-apa. Terimakasih karena tidak membunuhku." Lanjut succubus itu berkata pada Fenriz.
"Kenalkan, namaku Fenriz. Seorang manusia, dan dia adalah Ray, seorang malaikat."
"Namaku Kay. Aku adalah iblis penguasa tempat ini. Maaf karena telah menyerangmu tadi."
Ray yang sebelumnya hampir hanyut terkendalikan amarahnya, kini mulai melembut. Mereka pun berbincang-bincang sesaat sebelum Fenriz dan Ray melanjutkan perjalanannya.
"Bolehkah aku ikut!?" Tiba-tiba Kay ingin ikut dengan Fenriz dan Ray. "Kurasa aku bisa membantu kalian" lanjut Kay.
"Fen, dia bukan malaikat. Dia bisa saja berkhianat nantinya." Bisik Ray ditelinga Fenriz mencoba meyakinkan Fenriz.
"Ya, baiklah." Ucap Fenriz kepada Kay.
"Fen, lu yakin???" Tanya Ray memastikan keputusan yang Fenriz buat.
"Ya, entah mengapa gua ngerasa harus berbuat seperti itu." Ucap Fenriz.
"Baiklah jikalau itu memang keputusanmu." Jawab Ray.
"Sebenarnya aku masih penasaran dengan aura iblis yang tadi terpancar dari lelaki bernama Fenriz ini. Meski hanya sesaat, tapi aura iblisnya saat itu begitu besar." Kay bergumam dalam hatinya saat dia mulai beranjak mengikuti Fenriz dan Ray yang mulai melanjutkan perjalanannya.