"Sudah waktunya untukmu untuk kembali ke dunia, wahai anakku Virstaya." Ucap sesosok bayangan hitam.
"Baiklah Ayah!" Akan aku laksanakan tugas ku.
....
[Kota Samhradh bagian selatan]
"Akhirnya kita sampai juga. 3 hari adalah waktu yang lumayan lama dan melelahkan juga jikalau harus berjalan kaki." Ucap Ray sembari duduk dan meluruskan kakinya di depan gerbang masuk kota Samhradh.
"Lemah!" Celetuk Kay.
"Kau!!!!" Ray mendelik sembari memasang wajah geram pada Kay.
"Apa!??" Kembali Kay nyeletuk sembari melemparkan tatapan menantang pada Ray.
"Ray, Kay bisakah kalian tidak berbuat gaduh disini. Orang-orang mulai memandangi kita." Sahut Fenriz.
"Tanduk mu mulai muncul tuh!!" Ucap Ray kepada Kay.
Seketika Kay mulai meraba bagian atas kepalanya, Dan sesegera mungkin menghilangkan rasa kesal (amarah) dalam dirinya sehingga tanduk di atas kepalanya pun segera menghilang.
Sebelumnya, saat di tengah perjalanan, Fenriz meminta Ray juga Kay untuk tidak memperlihatkan wujud asli mereka. Ray juga Kay di haruskan untuk mengenakan pakaian seperti manusia pada umumnya dan tidak memperlihatkan sayap atau tanduk mereka.
"Ayo masuk!" Ajak Fenriz pada Ray dan Kay.
Mereka pun berjalan mendekati gerbang utama kota Samhradh yang sangat besar dengan 2 orang penjaga di sisi kiri dan kanan nya.
"Sebutkan nama kalian!" Seru seorang penjaga saat Fenriz dan yang lainnya mendekati gerbang.
"Fenriz, Ray dan Kay" ucap Fenriz sembari menunjuk Ray dan Kay satu persatu.
"Kota asal dan tujuan kemari untuk apa?" Lanjut penjaga itu bertanya.
"Kami dari desa Fosach yang terletak di seberang hutan sebelah tenggara kota ini. Dan kami ingin mencari beberapa ramuan obat dan beberapa peralatan tempur" ucap Fenriz.
"Baiklah, namun sebelumnya kami ingin memeriksa kalian terlebih dahulu sebelum kalian memasuki kota. Karena akhir-akhir ini banyak terjadi teror di kota ini." Ucap penjaga itu lagi.
Namun saat penjaga mulai memeriksa barang bawaan Fenriz, muncullah seseorang dengan baju zirah lengkap dengan pedang ditangannya. Dia mendatangi Fenriz dan yang lainnya sembari melepas helm nya.
"Maaf menggangu." Ucap seorang wanita dengan rambut hitam panjang yang ada dibalik sosok berbaju zirah itu.
"Aahh, silahkan masuk kapten!" Seru penjaga yang tengah memeriksa tas Fenriz.
"Pastikan kalian memeriksa mereka dengan teliti." Ucap wanita itu sembari terus melangkahkan kakinya.
Namun tiba-tiba dia menarik pedangnya dan menghunuskannya tepat kearah kay dan berhenti sesaat sebelum pedang itu benar-benar menyentuh leher Kay.
"Aku tau kau siapa." Ucap wanita itu pelan.
Kay nampak sangat terkejut, dan tanduk diatas kepalanya sedikit demi sedikit tumbuh. Ternyata sebuah ancaman atau intimidasi pun mampu memancing amarah yang ada di dalam tubuh Kay.
"Kay!" Ucap Fenriz sedikit berteriak.
"Apa mau mu??" Lanjut Fenriz sembari memasang badannya di depan kapten wanita itu.
"Tidak apa-apa. Pastikan dia tidak membuat ulah di kota ini. Atau kalau tidak, dia akan berurusan denganku." Ucap wanita itu sembari menarik pedangnya dan pergi meninggalkan Fenriz dan yang lainnya.
"Ada apa ini kapten?" Ucap salah seorang penjaga saat menghampiri si kapten wanita.
"Tak apa. Biarkan mereka masuk. Tapi ingat, awasi mereka." Ucap si kapten itu sembari menepuk pundak si penjaga.
Tak berapa lama setelah si kapten masuk, Fenriz dan yang lainnya pun diperbolehkan untuk memasuki kota Samhradh. Mereka diijinkan untuk tinggal di kota dan menyelesaikan urusan mereka hanya selama 1 Minggu.
"Powca!!" Tiba-tiba Ray menghentikan langkahnya.
Terlihat seorang prajurit tengah berlari di kejauhan menuju ke arah dimana pintu masuk kota Samhradh berada. Prajurit itu berlari sembari terus berteriak-teriak minta tolong. Namun, sesosok bayangan hitam segera menerkamnya dari belakang. Powca, sosok yang sama persis dengan yang muncul di desa Fenriz.
"Ray, tunggu.!" Ucap Fenriz menghentikan Ray yang ingin segera bertindak.
Penjaga gerbang segera meniup terompet tanda bahaya setelah melihat sosok Powca yang melahap habis temannya di kejauhan. Suasana kota yang sebelumnya tenang seketika berubah menjadi ricuh. Para penduduk berlarian masuk kedalam tempat tinggal mereka untuk berlindung. Para tentara kota pun langsung berlarian menuju gerbang depan demi mengamankan kota dan seisinya dari serangan Powca. Nampak sang kapten wanita yang sebelumnya bertemu dengan Fenriz kini telah berada di barisan depan para tentara kota.
"Bersiaplah. Jangan biarkan iblis itu masuk ke dalam kota kita!!" Sang kapten mulai mencabut pedangnya seraya memberi aba-aba untuk menyerang Powca yang bergerak maju untuk menyerang kota.
"Tidak. Bukan cuma 1." Ucap Ray tiba-tiba.
"Apa maksudmu Ray!?" Tanya Fenriz.
"Ada kekuatan besar di belakang Powca yang tengah menyerang ini. Kekuatan yang setara dengan seorang ksatria iblis, para tentara takkan sanggup mengalahkannya." Ujar Ray menjelaskan.
"Kalau begitu, ayo kita bantu mereka." Ajak Fenriz.
Ray merentangkan sayapnya, dilanjut dengan Kay yang mulai mengeluarkan energi merah yang melindungi para tentara.
"Ku kira kalian adalah salah satu anggota iblis." Ucap sang kapten wanita ketika Fenriz dan yang lainnya menghampirinya.
Nampak beberapa Powca muncul kembali. Ada 4 Powca yang menyerang kota, dan sesosok wanita yang berada di belakang para Powca tersebut. Dia mengeluarkan energi yang membuat para Powca memiliki kekuatan yang lebih kuat dari biasanya.
"Holy sword!!" Ucap Ray seraya mencabut sebuah pedang yang tiba-tiba muncul dari sela-sela sayapnya.
Ray melesat cepat ke depan para Powca dan langsung menebas mereka dengan pedang yang kini berada ditangannya. Nampak tubuh para Powca tersebut tertebas beberapa kali oleh Ray sehingga mereka pun berhenti bergerak.
"Dark Rose Healing!!" Ucap wanita yang berada di belakang para Powca itu. Seketika muncul beberapa tanaman dengan bunga mawar hitam di sekujur tubuh para Powca dan membuat tubuh para Powca itu kembali utuh.
"Sihir tingkat tinggi. Tidak semua iblis mampu menggunakan mantra pemulihan yang sangat cepat seperti itu." Ucap Kay yang berada di dekat Fenriz.
"Ray, mundur!!!" Teriak Fenriz kepada Ray.
Fenriz melangkah pelan namun pasti mendekati para Powca yang kini telah kembali pulih dan siap menyerang lagi. Namun saat para Powca menyerang Fenriz, tiba-tiba para Powca hancur tanpa tersisa.
"Kau, siapa!?" Ucap wanita misterius yang sedari tadi berdiri dibelakang para Powca.
"Fenriz, anak manusia." Jawab Fenriz singkat.
"Akan ku ingat namamu. Dan sekarang matilah kau!!!!" Wanita itu berteriak sembari melesat cepat ke arah Fenriz.
"Darkness Strike!!" Ucap wanita itu seraya melepaskan serangan energi berwarna hitam yang keluar dari kedua tangannya.
Fenriz tak bergeming sedikit pun saat itu.
"Aku gak akan sempat melindungi Fenriz kalau begini!!!" Ucap Ray saat melihat serangan cepat si wanita misterius yang kini mengarah pada Fenriz.
"Aku pun tak bisa, Fenriz diluar jangkauan sihirku. Lagian ngapain si tuh orang tiba-tiba maju sendirian gitu." Sahut Kay.
"Divine Shield!!" Ucap Fenriz sesaat sebelum energi hitam yang di lepaskan si wanita misterius itu mengenainya. Ledakan energi terjadi membuat semua orang yang ada di sekeliling Fenriz tak mampu membuka mata karenanya.
Setelah ledakan energi terjadi, nampak Fenriz masih berdiri ditempatnya. Semua orang di sekitar Fenriz nampak terkejut dengan apa yang terjadi. Si wanita misterius kini tergeletak tak sadarkan diri dihadapan Fenriz, apa yang terjadi padanya saat ledakan energi terjadi tak satu pun dapat mengetahuinya. Yang pasti, jelas sudah jikalau sebenarnya Fenriz menyimpan kekuatan yang sangat hebat di dalam dirinya, dan hal itu membuat Kay semakin penasaran dengannya.
"Lakukan tugasmu, kapten! Aku sudah menyegel kekuatannya untuk sementara, jadi sekarang dia hidup layaknya manusia biasa tanpa mampu menggunakan sihirnya" Ucap Fenriz seraya berjalan melewati kapten wanita yang masih terdiam membisu, terkejut dan heran dengan semua yang terjadi saat itu.
"Dia, bukan manusia biasa!!" Ucap sang kapten wanita dalam batinnya.
"Ah, kapten. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Sahut salah satu tentara yang berada di dekat sang kapten.
"Aaaaa. Maaf, cepat ikat kedua tangannya. Lalu penjarakan dia!!" Ucap sang kapten saat ia mulai tersadar dari lamunannya.
"Ikutlah denganku, aku membutuhkanmu untuk menginterogasi dia." Ucap sang kapten.
"Allana Jacoob" tiba-tiba sang kapten menyebutkan namanya seraya mengulurkan tangan.
"Fenriz" ucap Fenriz sembari menyambut uluran tangan Allana.
....
"Allana, bagaimana ??" Tanya seorang lelaki tua.
"Situasi sekarang sudah aman pak walikota, penyerang kota sudah kami penjarakan. Dan sekarang aku membawa 3 orang penyelamat kota yang telah membantu kami semua mengalahkan si penyerang." Allana menjelaskan.
"Perlihatkan padaku ketiga orang tersebut Allana!" Sahut Pak Walikota.
"Baik pak." Jawab Allana singkat.
"Kalian bertiga masuklah!" Ucap Allana saat ia menghampiri Fenriz, Ray dan Kay yang berada di luar ruangan Pak Walikota.
"Namaku Fenriz" ucap Fenriz seraya sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda hormat.
"Saya Ray"
"Aku Kay"
"Terimakasih karena telah menolong Allana menjaga kota ini." Ucap Pak Walikota.
"Tidak apa-apa pak. Kami senang bisa membantu." Sahut Fenriz.
"Ngomong-ngomong apa kalian tidak keberatan jikalau kalian bermalam di tempatku saja. Karena kalian telah banyak membantu, anggaplah ini sebagai balas Budi kami kepada kalian." Ajak Pak Walikota pada Fenriz dan yang lain.
"Ah, kami tidak ingin merepotkan. Kami akan mencari penginapan saja di luar sana. Maaf ..." Sahut Fenriz.
"Mohon jangan tolak bantuan dari Pak Walikota." Sahut Allana memotong ucapan Fenriz.
"Tapi ... Ah, baiklah jikalau anda memaksa"
"Baiklah, tolong antarkan mereka ke rumah kita ya, Allana!" Perintah Walikota kepada Allana.
"Tu, tunggu! Rumah kita!?" Sahut Ray dalam batinnya.
"Apakah mungkin Pak Walikota dan Kapten tentaranya adalah suami istri? Ah tidak tidak, ini tidak mungkin" Kembali Ray membatin.
....
"Ini adalah rumah ku, silahkan masuk!" Ucap Allana.
"Permisi" ucap Fenriz, Ray dan Kay bersamaan saat mereka memasuki kediaman Allana.
Sebuah rumah sederhana dan tak nampak jikalau ini adalah rumah tempat tinggal orang nomor satu di kota ini. Namun, meskipun rumah ini terlihat sederhana, bagian dalam rumahnya sangatlah bersih dan rapih. Terdapat pula lukisan kota Samhradh di masa lalu beserta dokumen-dokumen bersejarah di salah satu pojok rumah ini.
"Kalian bisa beristirahat di sini selama kalian tinggal di kota ini. Kalian bebas menggunakan kamar manapun yang kalian mau. Di rumah ini ada 3 kamar, kalian bisa menggunakan semuanya." Sahut Allana menjelaskan.
"Terimakasih. Tapi bagaimana dengan kau dan walikota. Dimana kalian akan tidur nantinya!?" Tanya Fenriz.
"Pak Walikota terbiasa tidur di kantornya. Sedangkan aku, aku terbiasa tidur di barak penjaga." Jelas Allana.
"Baiklah, selamat beristirahat. Esok kau harus menemaniku menginterogasi wanita aneh yang kau tangkap tadi." Lanjut Allana seraya melangkah keluar rumah dan melambaikan tangannya.
"Baiklah, mungkin lebih baik jikalau kita beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan kita. Sebelumnya aku ingin pergi mandi terlebih dahulu. Kay apa kau ikut mandi denganku!?" Sahut Ray.
"A, apa!? Apa kau gila!!!" Teriak Kay sembari masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya.
Nampak Ray hanya dapat memberi isyarat Fenriz dengan mengangkat bahunya tanda dia tak mengerti dengan sikap Kay.
....
"Si wanita iblis, siapa dia sebenarnya?" Fenriz membatin.
"Wajahnya terasa tak asing bagiku. Seakan aku pernah melihatnya sebelumnya. Dan yang lebih aneh, nampak airmata terjatuh membasahi pipinya saat dia melihatku sampai-sampai dia menghentikan serangannya saat itu, dan membiarkanku menyerangnya. Meski aku hanya membuatnya hilang kesadaran, namun aku sangat penasaran dengan sikapnya itu." Lanjut Fenriz membatin.
....
"Virstaya, kau mengecewakanku!!!" Teriak Demon Lord di suatu tempat di mana dia bersemayam dan menunggu kebangkitannya.
Saat bulan nampak merah layaknya darah, saat bulan nampak 2 bahkan 3 kali lebih besar dari ukuran biasanya. Saat Soul yang terkumpul telah tercukupi, itulah saatnya sang Demon Lord bangkit dan siap menelan dunia dengan kegelapan yang ia miliki.