1 Hi!

Hujan lagi, menyusahkan memang tapi aku suka. Bukankah aku aneh mengeluhkan hal yang kusukai. Kata orang-orang hujan identik dengan kenangan namun bagiku hujan adalah candu. Aroma nya suasananya dan semua hal yang begitu dingin.

Aku hanya seorang gadis yang menyukai semua hal dingin, apakah menurut kalian aneh? Bagiku dingin merupakan penawar racun yang paling manjur. Racun tidak selalu tentang obat-obatan, apapun hal disekitar bisa menjadi racun bahkan dirimu sendiri bisa menjadi racunnya. Ketika semesta mempermainkanmu dan semua tidak berjalan seperti yang kamu mau. Maka berhentilah dan tatap langit katakan bahwa semua akan baik-baik saja. Lakukan apapun yang membuat mu bahagia. Walaupun melakukan hal-hal aneh. Seperti minum americano dingin dengan ekstra es ditengah hujan.

Terlihat bodoh memang tapi ini caraku.

Apapun cara yang kalian pilih seaneh apapun itulah pilihan kalian sendiri orang lain tidak berhak ikut campur dengan alasan mereka peduli pada kalian. Tidak semua yang mereka katakan adalah benar. Namun bukan berarti kalian tidak membutuhkan sudut pandang orang lain. Apa yang benar adalah apa yang kalian percayai semesta pun akan berpikir demikian. Yang terpenting adalah jangan lakukan hal bodoh, seburuk apapun keadaan jangan pernah menjadi bodoh.

---

"Heh luna kamu selalu saja begini", ucap seorang gadis cantik sambil berkacak pinggang.

"Memangnya apa yang kulakuan ara?", sahutku.

Ya namaku Luna lebih tepatnya DeLuna, aku tidak tau kenapa orang tuaku memilih nama ini untukku. Maksudku nama ku berarti bulan, kalian pasti tau bahwa bulan itu redup dan tidak memiliki cahaya nya sendiri. Dan gadis yang memanggilku adalah temanku bisa dikatakan kami sahabat namanya Astara. Sesuai namanya dimanapun dia berada di memiliki cahaya sendiri layaknya bintang di semesta.

"Luna, ada masalah? kamu selalu melakukan ini jika ada masalah", duduk di sampingku dengan wajah khawatir.

Aku hanya menghela nafas dan menanggapinya singkat "Tidak, semua baik".

Aku beranjak pergi karena hujan sudah mereda hanya meninggalkan genangan air di jalanan. Aku suka hujan tapi aku benci genangan ini, membuatku tidak nyaman jika mengenai bajuku. Ara berjalan di sampingku dan sibuk dengan ponselnya. Entahlah mungkin dia bertukar pesan dengan pacarnya.

Jika kalian pikir aku seorang yang dingin kalian salah, aku juga bisa tertawa jika hal lucu terjadi sama seperti kalian. Hanya saja suasanya hatiku sedang buruk sama dengan cuaca hari ini.

Sepanjang jalan Ara bercerita tentang banyak hal, mulai dari kehidupan kampusnya hingga hubungan cinta.

"Luna, apa kamu tidak mendengarku?", sembari menjentikkan jarinya di depan wajahku.

"Aku dengar, kenapa?", aku menyingkirkan tangannya dari depan wajahku.

"Coba jawab pertanyaanku tadi!"

"Bisa kamu ulangi", aku hanya tersenyum karena sebenarnya aku tidak dengar apa yang dia tanyakan. Aku berjalan meninggalkan dia dengan wajah kesalnya.

"Hei, kamu sialan Luna", Ara terus berteriak di persimpangan jalan, karena memang rumah kami tidak begitu dekat.

"Aku tau Ara", aku berbalik dan melambaikan tangan padanya sembari tersenyum padanya , aku tau mungkin itu akan membuatnya semakin kesal.

Setelah sampai di rumah, seperti biasa dingin orang tuaku tidak di rumah mereka bekerja. Ya selalu seperti ini. Tapi syukurlah aku menyukai suasana ini tenang tanpa ada teriakan dan cacian yang membuat sakit kepala. Tapi bagiku itu biasa karena sudah kualami sejak lama.

Tak lama ada suara derap kaki, dalam hati kukatakan pasti adikku. Aku memiliki dua adik, inilah yang membuatku selalu berusaha tidak melakukan hal bodoh aku tidak ingin mengecewakan mereka, walaupun sebenarnya aku bukan kakak yang baik. Rumah ini akhirnya menunjukkan tanda kehidupan saat mereka berdua ada, suara tawa dan jeritan bahagia bukan suara cacian itu. Walaupun sesekali suara itu terus terngiang di telinga.

Hari ini rasanya sangat lelah, walaupun hanya kuhabiskan dengan melihat keluar jendela tanpa melakukan apapun. Pada akhirnya lamunanku berakhir karena suara dering telfon ya dari kekasihku. Bukan hanya Ara yang memiliki kekasih, aku juga punya. Bedanya dia dan kekasihnya baru, sedangkan aku sudah lama.

Aku mengangkat telfonnya...

"Ada apa?", tanyaku padanya.

"Tidak, bisakah aku ke rumah hari ini? Apa kamu sibuk?", dia bertanya dengan penuh antusias.

"Datang saja jika memang ingin", sahutku singkat.

Obrolan kami memang seringkali hanya sesingkat itu, entah sudah mulai bosan atau karena hal lain. Yang kutahu setiap dia datang, dia pasti melakukan sesuatu yang bersifat dewasa. Kuharap kalian mengerti tanpa harus ku jelaskan. Pada awalnya aku juga menyukainya namun semakin lama aku menyadari bahwa itu salah. Tapi aku tidak tau bagaimana harus mengakhiri ini semua.

Dia datang dan aku menemuinya seperti biasa, kami lebih banyak diam dan fokus pada dunia kami masing-masing walaupun sesekali ada candaan dan obrolan tidak berguna diantara kami.

"Sayang, buatkan kopi dong", dia meminta padaku dengan wajah memelasnya

"Tidak aku tidak mau, buat saja sendiri", aku berusaha pura-pura acuh padanya.

"Apa kamu yakin?", dia tersenyum penuh makna sembari menggelitikku

Akupun tertawa karena tidak sanggup menahan lagi "ha ha ha, baiklah baiklah akan kubuatkan jadi berhentilah". Akupun beranjak ke dapur, di sana ada ibuku yang sedang makan. Tidak pernah lupa ibuku selalu menawari makanan atau apapun yang bisa dimakan kepada kekasihku.

"Makan dulu yuk nak, ibuk masak kesukaan kamu lo", ibuku selalu ingat dia tapi terkadang tidak ingat kepadaku.

"Nanti saja bu", dia menjawab dengan sopan. Namun aku menyahut dari dapur dengan nada sedikit mengejek

"Alah, pasti malu itu buk, kalau diambilin ya pasti mau", aku mengejeknya sembari tertawa.

Diluar dugaan ibuku malah membelanya dan berkata padaku.

"Ya ambilno, wajar kalau malu". Saat itu aku merasa kalah dan dalam hati berkata mampus. Sehingga hanya kutanggapi dengan mengangkat bahu. Dan ternyata kekasihku merasa menang karena dibela oleh ibuku. Melihat wajahku yang kecewa karena kalah mereka berdua menertawakanku dan pada akhirnya kami pun tertawa bersama juga bercanda dengan lelucon lainnya.

---

Terlihat seperti hubungan bahagia apalagi direstui orang tua. Tidak ada salahnya jika kalian berpikir demikian. Karena memang tidak semua hal ditunjukkan di depan umum. Namun sebenarnya dari setiap tawa itu ada hal yang disembunyikan agar hanya satu pihak saja yang terluka. Bisa dikatakan ini salah satu hal bodoh yang kulakukan, terkesan rela menyakiti diri sendiri demi kebahagiaan orang lain. Tapi memang inilah kenyataannya, apa yang terlihat belum tentu itu yang benar. Mudah berkata jangan melakukan hal bodoh apapun keadaannya. Banyak hal yang tidak bisa diungkapkan, kebenaran yang sesungguhnya tersembunyi di balik topeng berkedok kata cinta. Suatu kebodohan dengan alasan mempertahankan...

avataravatar
Next chapter