webnovel

Chapter 2

Setelah sekian lama mengikuti pelajaran dari Bu Fina akhirnya jam istirahat pun berbunyi dan para murid mulai bergegas menuju kantin untuk mengisi perutnya.

"Jadi lu dari SMA 92?" Tanya Pratama tanpa melirik Tissa yang menoleh dan menatapnya saat akan ke kantin bersama Syifa.

"Kalau iya kenapa?" Tanya Tissa ketus ke Pratama yang tersenyum sinis lalu segera bangkit dan menatap gadis itu.

"Pantesan rese…" Ucap Pratama yang bener bener memancing emosi Tissa, sementara Syifa yang melihat kejadian itu cuma bisa menggelengkan kepalanya dan menenangkan gadis itu yang nampak berniat mengejarnya.

"Pratama emang kaya gitu ke orang yang belum dia kenal, tapi aslinya dia baik kok." Kata Syifa ke Tissa yang masih menatapnya kesal lalu menarik nafas panjang dan kembali tersenyum pada gadis itu dan segera bergegas menuju kantin.

"Syifa!" Panggil gadis lain yang ternyata adalah Reva nampak gadis itu berjalan cepat menyusul Syifa dan Tissa.

"Ada apa? Mau nanyain tugas kemarin?" Tebak Syifa ke Reva yang menggelengkan kepala sembari menatap Tissa dan tersenyum padanya.

"Lu murid baru itu ya? Salam kenal gue Reva," Gadis itu nampak mengulurkan tangan pada Tissa dan berkenalan sebelum akhirnya pergi ke kantin.

"Gue bayarin deh kalian hari ini hehe mumpung mood gue lagi bagus," Kata Reva yang membuat Syifa tersenyum senang dan langsung memesan cupcake serta kopi espresso kesukaannya dan membuat Tissa heran dengan pesanan Syifa yang langsung duduk dan menulis di bukunya.

"Itu menu sarapan favorit Syifa, selain buat mengganjal perut tapi juga buat membuat pikirannya rilex dan mudah untuk menulis jurnal dan narasi buat Chanel Youtube-nya," Terang Reva pada Tissa yang kagum mendengarnya dan menatap Syifa yang sibuk menulis di jurnalnya, sementara Reva memesan Soto ayam dan es jeruk untuknya dan Tissa.

"Ini Tis, lu cobain soto ayam ternikmat yang ada di seluruh kantin di kota ini," Tawar Reva sembari duduk dan menikmati  soto itu bersama Tissa yang ikut memakan soto itu.

"Tadi lu bilang Chanel YouTube ya? Emang Chanel YouTube Syifa apa?" Tanya Tissa penasaran pada Syifa dan Reva.

"Chanel YouTube yang beda dari yang lain pastinya," potong Aji yang datang bersama Brandon yang membuat Tissa dan Reva terkejut.

"Aji!! Bikin kaget aja deh." Kesal Tissa ke Aji yang tertawa sambil menunjukkan foto seekor makhluk humanoid berkepala ikan yang tampak di gorong-gorong pinggiran kota Arakat.

"Ini foto yang sempet viral di jagad dunia Maya kemarin, mitos Jin pengumpul kendaraan," Gumam Reva takjub sembari membuka hapenya mencoba mencari berita itu

"Bahan baru nih, gorong-gorong diduga sebagai tempat bermuara kendaraan yang ditinggalkan pemiliknya entah dalam kondisi apapun dan kondisi tidak terkunci." Kata Aji ke Reva yang nampak takjub dan menyalakan hpnya dan mencari info tentang tempat itu.

"Bahan baru?" Tanya Tissa ke Syifa yang kemudian membuka serta menyalakan laptopnya lalu menunjukkannya pada Tissa.

"Gue perkenalkan akun Youtube gue Myth Hunter, disini gue, Reva, Aji, dan Brandon bekerja sama untuk membuktikan kebenaran dari cerita-cerita tentang lokasi lokasi angker yang dibicarakan banyak orang." Ungkap Syifa ke Tissa yang mengangguk, pura-pura paham.

"Kalo lu gak percaya kita bisa buktikan dengan mencari dan merekam makhluk itu, si Swampangler." Kata Reva tiba-tiba ke Tissa yang dibalas tepuk tangan oleh Aji, Brandon dan Syifa.

"Bagus! seperti biasa, Main kasih nama sembarangan, itu monster kalau gak terima gimana? Bisa habis nasib lu," Kata Aji memperingati Reva yang menatap mereka sinis.

"Udah tulis aja kaya gitu Syif, repot banget perkara nama juga" Balas Reva ke Syifa yang menulis beberapa opsi judul dijurnalnya.

"Yaudah, nanti jam delapan kita segera kesana dan mulai penelusurannya," Usul Aji yang membuat Brandon terkejut.

"Ma.. ma.. malam ini?!" Tanya Brandon yang dibalas anggukan oleh Aji dan jempol tanda setuju dari Reva.

"Tissa, kalau lu mau ikut juga boleh," Kata Reva ke Tissa yang tersenyum takjub mendengar tawaran itu.

"Serius?! Gak perlu ada tes-tes apa gitu?" Tanya Tissa yang dibalas gelengan oleh Reva.

"Gue kan leadernya, dan kalau leader yang rekrut gak perlu ada persyaratan khusus," Jawab Reva yang membuat Tissa tersenyum senang mendengar itu.

"Temen-temen gue unik juga." Gumam Tissa pelan sambil tersenyum ke mereka.

"Kalau gitu pas nih anggota kita tiga cewek dan tiga cowok,"Kata Syifa yang dibalas anggukan oleh Reva, tapi ada yang membuat Tissa heran karena yang ia lihat anggota tim cowok hanya Aji dan Brandon dan saat ia bertanya siapa anggota cowok ke tiga bel masuk keburu berbunyi dan membuat pertanyaan itu hanya di kepalanya saja.

Sementara di jalan menuju kelas nampak Pratama bertemu dengan gadis yang bersandar di tembok dengan memegang sebuah jurnal dan nampak ia pun memberikan sebuah foto pada Pratama.

"Sesuai kemauan lu foto dari Swampangler," Kata gadis yang ternyata adalah Syifa.

"Thanks, sorry gue ngerepotin lu," Nampak Pratama menyimpan foto itu dan berjalan pergi.

"Lu beneran gak mau Dateng ya?" Tanya Syifa pada Pratama yang tidak menjawabnya masuk ke kelas tanpa memperdulikan pertanyaan Syifa.

"Lu yakin main rekrut aje si murid baru itu?" Tanya Aji yang saat itu berjalan bersama Reva dan dibalas senyum licik gadis itu.

"Gue punya firasat itu anak bakal berguna buat tim kita," Jawab Reva sembari menatap Aji dan mengangguk pura - pura paham rencana gadis itu.

*********

Malam harinya pukul 20.00 nampak Aji, Tissa, Syifa, Brandon, dan Reva sedang berjalan menuju sebuah gorong-gorong yang diduga merupakan tempat persembunyian dari makhluk bernama Swampangler itu.

"Oke guys ketemu lagi bareng gue Reva di penelusuran Myth Hunter, ya kita sekarang sedang berada disebuah gorong-gorong yang diduga merupakan tempat persembunyian dari makhluk mitos bernama Swampangler, ya! kalian pasti pernah dengar kan cerita tentang makhluk ini... Sosok yang katanya dalang dari hilangnya banyak mobil dan motor disekitar kota dan beberapa berhasil ditemukan disini dan telah menjadi bangkai, sekarang gue bersama tim gue bakal mencari tau kebenarannya... Penasaran kan? tapi sebelum itu subscribe dulu chanel gue ya." Kata Reva membuka intro Youtubenya yang membuat Tissa kagum.

"Emang Reva paling jago dalan hal ginian." Puji Aji sambil berjalan dibelakang Syifa bersama Brandon dan Tissa.

"Ya... Namanya juga ketua tim, pastinya jago masalah ginian." Jawab Brandon ke Aji dan Tissa yang hanya mengangguk sambil menatap sekitar tanpa mengetahui bahwa mereka diawasi oleh sepasang mata di dalam air.

"Ok guys, makin ke dalam gue ngerasa makin gak enak gitu kek ada sesuatu yang ngawasin kita," Reva menjelaskan apa yang ia rasakan pada Aji dan yang lainnya.

"Iya sih, gue ngerasa merinding juga mana bau makin menyengat juga di dalam sini," Tambah Syifa sambil mengarahkan senternya ke sekitar lorong itu diikuti Tissa yang memperhatikan sudut-sudut lorong itu dengan seksama dan mendekati Syifa.

"Gue ngerasa ada seseorang yang ngawasi kita." Bisik Tissa yang didengar oleh Reva.

"Seriusan? Darimana?" Tanya Reva cemas pada Tissa yang tersenyum dan menggelengkan kepalanya sembari kembali berjalan.

"Perasaan gue aja." Ucap Tissa mencoba menenangkan Reva yang menatapnya heran lalu mengangkat bahunya dan kembali berjalan, sementara sepasang mata tadi makin mendekat dan nampak disela-sela cahaya.

Terlihat gigi-giginya yang tajam menyeringai menemukan mangsa bak buaya lapar yang menemukan rusa tersesat di sebuah danau.

"Belum ada tanda-tanda kehadiran makhluk itu." Kata Syifa ke Aji yang tertawa.

"Kenapa lu ketawa?" Syifa nampak bingung melihat tingkah aneh Aji itu.

"Sorry-sorry sebenarnya gue udah liat dari tadi kalau mereka udah ngawasin kita.... Dari sisi gelap lorong ini." Kata Aji yang menatap ke lorong itu dengan mundur dua langkah diikuti Syifa yang dengan cepat menerangi sudut yang dilihat Aji dengan wajah pucat dan malah membuat Aji tertawa.

"Becanda haha gitu aja takut..." Ejek Aji ke Syifa yang diikuti tawa Reva, sementara Syifa menatap pria itu kesal.

"Gak lucu tau gak!" Marah Syifa ke Aji yang tertawa dan meminta maaf, namun tanpa mereka sadari tatapan mata bercahaya terlihat makin jelas di belakang, lalu berteriak hingga membuat mereka terkejut dan nampak makhluk itu menyerang Aji hingga menabrak dinding.

Sementara Syifa hanya berteriak sama halnya dengan Brandon, sementara Reva dengan sigap mengambil barang besi yang berserakan di tanah dan memukulnya ke punggung Swampangler yang bukannya membuat makhluk itu kesakitan malah membuatnya kesal dan langsung menghempaskan tubuh Reva hingga membuatnya terlempar ke arah Tissa yang sedang mengambil sebuah cincin di saku jaketnya, namun cincin itu terlempar karena tubuhnya tertabrak Reva.

"Mampus Sakunta kelempar kemana lagi." Kata Tissa yang mencoba mencari cincin itu, namun dari jarak beberapa meter nampak Swampangler berjalan mendekat sambil membuka mulutnya hingga memperlihatkan gigi-giginya yang tajam.

"Grrrhh" terlihat Swampangler mulai berjalan mendekat sambil membuka mulutnya yang akan memakan Tissa dan Reva yang tak sadarkan diri.

"Tolong...!" Kata Tissa yang tidak bisa berbuat apa apa saat ini dan hanya bisa menutup matanya pasrah, namun...

"Gue kira siapa ternyata kalian." Ucap suara seseorang dan Tissa merasa tubuhnya terangkat.

"Apa ini udah di surga?" Tanya Tissa sambil tetap menutup matanya.

"Buka mata lu kalau mau tahu jawabannya." Kata suara itu dan saat Tissa membuka matanya dan saat ia menyadari siapa yang menolongnya ia malah berteriak dan meronta-ronta.

"Jangan banyak gerak bisa gak?! lu kira lu sama Reva ringan?!" Ucap suara itu yang ternyata adalah…

"Pratama?!"kaget Aji ke Pratama yang berada di hadapan mereka lalu menurunkan Tissa dan Reva.

"Gue di neraka pasti... Buktinya setannya ada disini!" Ejek Tissa ke Pratama yang menatap gadis itu kesal.

"Dasar gak tau terima kasih... Kalau gue gak datang lu pasti udah ada di perut monster itu." Kata Pratama ke Tissa yang membuang wajahnya sok jual mahal, sementara Swampangler tadi berbalik dan menatap Pratama yang berdiri lalu menatap monster itu sombong.

"Lu mau ngapain...?" Tanya Tissa heran pada Pratama yang malah berjalan menuju monster itu...

"Untung dia datang." Kata Aji yang berjalan ke dekat Tissa sambil menatap Pratama, sementara Syifa dan Brandon memastikan kondisi Tissa dan Reva baik-baik aja.

"Emang kenapa kalau dia datang?" Tanya Tissa heran ke Aji yang tersenyum bangga.

"Pratama itu ibarat kartu ACE kita dia adalah anggota rahasia yang bertugas menolong kita kalau Aji gak bisa handle gangguan dari makhluk Cryptid yang kita rekam saat penelusuran." Kata Brandon ke Tissa yang gagal paham.

"Tapi ini pertama kalinya kita dibantu tanpa harus nelfon dia," Heran Syifa sambil menatap pria itu penasaran.

"Maksudnya?" Tanya Tissa bingung.

"Liat aja. Kemampuan kartu ACE kita" Kata Aji sambil menunjuk Pratama yang makin dekat dengan Swampangler yang membuka mulutnya bersiap memakan Pratama yang dialiri aura merah seperti darah...

SLASH!!!

Nampak tubuh Swampangler terbelah menjadi dua dan monster itu pun tumbang dan mati meninggalkan Pratama yang berdiri dengan pedang berwarna merah ditangan kanannya.

"Blood Manipulation Sword!" ucap Pratama dan nampak sebuah pedang darah terbentuk dari tangannya...

"Orang ini...." Kaget Tissa saat menatap Pratama yang menghabisi makhluk itu dalam sekejap dengan ekspresi tidak percaya.

"Kalian sudah aman sekarang." Ucap Pratama ke Aji, Brandon, Syifa, Tissa, dan Reva yang baru tersadar dari pingsannya.

"Thanks ya Pratama." Kata Aji ke Pratama yang menatapnya kesal seraya berjalan mendekati Aji dan langsung menarik kerah bajunya.

"Gue suruh lu lindungi mereka kan? Kenapa malah lu yang dilindungi mereka?!" Kesal Pratama ke Aji yang ditabrakkan ke dinding oleh pria itu.

"Sorry, Gue agak lengah tadi." Kata Aji ke Pratama yang menatapnya geram lalu melemparnya ke tanah.

"Kalau tadi mereka sampai kenapa napa! Gue pastiin Lu orang pertama yang bakal gue habisin! Dan lu juga!" Kata Pratama ke Ali dan Brandon yang terkejut saat ia ditunjuk oleh Pratama.

"Lu apa apaan sih?!" kata Tissa yang berdiri di depan Brandon lalu menatap Pratama geram sama halnya dengannya.

"Udah Pratama, Kita juga gak apa kok." Kata Syifa mencoba menenangkan Pratama yang mendekati Tissa dan secara mengejutkan ia memegang tangan kanan Tissa yang terkejut dan mencoba melepaskan tangannya, namun ditahan oleh Pratama.

"Ini punya lu kan?" Tanya Pratama yang menaruh cincin Sakunta di tangan Tissa lalu ia genggam tangan itu.

"Jaga baik baik... Lu gak mau kehilangan cincin ini kan?." Kata Pratama ke Tissa, lalu ia segera melepaskan tangan Tissa dan meninggalkannya dengan wajah yang terlihat memerah.

"Kenapa detak jantung gue berdetak lebih cepat... Ah gak mungkin!" gumam Tissa yang menggelengkan kepalanya lalu kembali menatap Pratama yang berjalan pergi meninggalkan mereka.

"Kalian pulang aja, toh yang kalian cari juga udah jadi mayat," Kata Pratama yang membuat Syifa mengangguk, lalu mengajak yang lainnya pulang.

"Thanks ya Pram," Kata Syifa seraya berjalan meninggalkan Pratama yang tidak menoleh ke mereka dan berjalan menjauh.

"Syifa bego! Kenapa harus manggil gue dengan nama itu sih!" Gumam Pratama dengan pipi memerah saat mereka sudah jauh dari sana.

Namun tanpa mereka sadari ada beberapa Swampangler yang berlari makin dalam ke sana dan melapor pada seorang pria gondrong dengan usia sekitar empat puluh tahun sedang mempreteli mobil tua.

"Apa?! Ada yang membunuh salah satu karyawan gue?! Kurang ajar!" Marah pria itu yang ditenangkan oleh salah satu anak buahnya.

"Tenang bos, mereka tidak mencari kita lebih dalam, jadi mereka mengira hanya ada satu Swampangler," Kata salah satu anak buahnya yang membuat pria itu terdiam lalu tersenyum.

"Benar juga ya, sudah selama beberapa hari kita menjual onderdil, dari barang-barang ini saja kita akan memulai operasi, nanti setelah semua kembali tenang onderdil ini cukup lah buat kehidupan kita seminggu ke depan," Kata bos Swampangler tadi, sementara di luar gorong-gorong nampak Tissa terdiam seraya mengingat kejadian Pratama yang mengalahkan Swampangler dengan mudahnya.

"Apa dia pengendali darah terakhir yang diceritakan oleh ayah dulu?" gumam Tissa pelan dan akhirnya mereka keluar dari sana.

                    TO BE CONTINUED