2 2. Mytha, Anna, Gibran

Setelah Deba meninggalkan apartment. Alia memutuskan untuk bersih-bersih apart. Setelah selesai, Alia sekarang bersantai diruang tengah.

Sedari tadi ia menantikan kedatangan gadis yang telah lama ia rindukan. Mytha Andreson.

Hampir Alia memejamkan matanya karena bosan menunggu Mytha datang. Tiba-tiba suara bell terdengar dan ia bergegas membuka pintu dan ya yang datang tidak lain adalah Mytha Andreson.

"Kak Liaaa!!!!"pekik gadis itu kemudian menghambur ke pelukan Alia. Wajar mereka memang sudah dekat sejak Deba dan Alia menjadi sepasang kekasih.

"Mytha sangat merindukan kak Lia?!"

"Kakak juga merindukan Mytha."Alia membalas pelukannya.

"Kakak kemana saja? Kak Deba sudah sampai kalang kabut mencari kaka."ucapnya sambil melepaskan pelukannya.

"Tidak kemana-mana,aku masih di Indonesia Mytha."Alia mengajak Mytha masuk ke dalam apartemen milik Deba.

"Jadi sekarang kakak tinggal disini?"ucapnya setelah duduk di sofa.

"Mungkin.."jawabnya.

"Kamu mau kakak buatkan minum?"tanya Alia.

"Tidak udah kak, Mytha tidak haus."jawabnya.

"Baiklah."

Mereka masih terus berbincang, membahas hal yang penting hingga tidak penting. Mytha merasa sedikit bosan jika terus berada di apartemen ini. Maka dari itu ia mengajak Alia untuk menemaninya membeli es krim.

"Kak? Kita jalan-jalan ya?"

"Kamu mau kemana memangnya?"

"Bagaimana kalau kita membeli es krim di tempat langganan ku?"

"Emm..Baiklah. Tapi aku harus izin dengan kakakmu terlebih dahulu."

Panggilan pertama dari Alia sudah langsung mendapat jawaban dari Deba.

"Hallo? Ada apa sayang?"

"Mytha mengajakku untuk menemaninya membeli es krim, apa boleh?"

"Dimana?"

"Dia bilang , di cafe es krim langganannya."

"Baiklah, tapi aku tidak bisa mengantarkan kalian."

"Tidak apa. Kami akan pergi berdua dengan menggunakan taksi."

"Kalau begitu hati-hati dan jangan berinteraksi dengan lelaki manapun."

"Baiklah. Aku tutup telponnya."

Sambungan telepon terputus. Alia bersiap sebentar sebelum berangkat ke cafe es krim itu.

Setelah dari cafe es krim itu. Mereka berdua kini berada di sebuah pusat perbelanjaan. Sedari tadi mereka tidak berbelanja melainkan hanya mengelilingi mall itu. Aneh bukan?

"Kak aku lapar."ujar Mytha.

"Kau lapar? Baiklah, mari kita mencari makan."

Akhirnya mereka memutuskan untuk makan di restoran khas Indonesia. Sekarang mereka sedang menunggu makanan datang karena mereka sudah memesan makanan yang mereka inginkan.

Tiba-tiba ada seseorang yang memeluk lehernya dari belakang. Ia terkejut bukan main tapi setelah melihat pelakunya ia tersenyum manis. Siapa lagi kalau bukan Deba Anderson.

"Hai."sapanya dan mengecup kening Alia sekilas.

"Kau tau kami berada disini?"

"Aku sedang ada rapat disini dan ternyata kau berada disini juga."

Deba ikut bergabung, hanya duduk tidak makan. Karena tadi ia sudah makan bersama kliennya.

"Setelah ini kalian ingin kemana lagi?"tanya Deba setelah keluar dari restoran tersebut.

"Aku akan pulang kak, supir ayah sudah berada menungguku diparkiran."balas Mytha.

"Kalau begitu kau pulanglah, biar Alia bersamaku."

"Kau tidak kembali ke kantor?"tanya Alia.

"Pekerjaanku sudah selesai sayang, jadi untuk apa aku kekantor? Lebih baik aku menghabiskan waktu berdua bersamamu."

"Kalau begitu aku pulang kak. Sampai jumpa kak Alia."pamit Mytha.

"Baiklah. Kau hati-hati."ucap Deba begitu juga dengan Alia.

Mytha hanya menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan Deba dan Alia menuju parkiran.

Sampai di apartemen mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Kini keduanya tengah duduk di sofa ruang tengah dengan Alia berada dipangkuan Deba.

"Apakah kamu tahu bagaimana kabar sahabatku?"tanya Alia memecahkan keheningan.

Deba mengernyitkan dahinya"Maksudmu Gibran dan Anna?"

"Tentu."

"Aku tidak tahu."ucap Deba dingin. Ia marah karena Alia menanyakan lelaki lain dihadapannya. Memang status mereka hanya sahabat, tapi persabatan antara lelaki dan perempuan tidak akan bertahan jika salah satunya tidak memiliki perasaan. Benar bukan?

"Aku ingin menemui mereka nanti."ucap Alia tanpa menyadari perubahan wajah Deba.

Setelah Alia mengucapkan itu, Deba menurunkan Alia dari pangkuannya dan beranjak meninggalkan Alia tanpa sepatah kata.

BRAKK

Deba menutup pintu kamarnya dengan sangat keras dan membuat Alia terkejut. Dan Alia baru menyadari jika Deba tengah marah saat ini.

"Kak Deba, buka pintunya."Alia mengetuk pintu kamar Deba.

"Kakk.."

Ia mencoba membuka pintu kamar itu, dan ternyata tidak dikunci dalam.

Alia melihat Deba yang sedang tengkurap di atas tempat tidurnya. Hal itu sudah biasa Alia lihat sejak dahulu jika Deba sedang sedikit cemburu padanya.

Alia menghampiri Deba. Tanpa sepatah kata ia mengelus puncak kepala kekasihnya itu. Karena ia tau jika sedang seperti Deba akan mogok bicara.

"Aku sudah mengatakan jika atu tidak senang kau menyebutkan nama pria lain di hadapanku."gumamnya.

"Kalau begitu maafkan aku."ucap Alia lembut.

Hening.

"Kau tidak mau memaafkan ku kak?"tanya Alia.

Tanpa menjawab pertanyaan Alia. Deba membalikkan badannya dan menyembunyikan wajahnya pada perut rata Alia. Bahkan tangan Alia tidak pernah berhenti mengusap puncak kepalanya.

"Dia pernah berniat merebutmu dariku."gumamnya.

"Kau salah paham kak , dia sahabat ku dan juga teman sekolahmu dulu."ujar Alia.

"Dia bukan temanku hanya saja aku mengenalnya."

"Baiklah."

Keesokan harinya Alia pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan dapur. Tidak bersama Deba tetapi dengan izin Deba.

Alia tengah memelih sayuran dan ia terkesiap karena tepukan di bahunya. Ia membalikkan badannya dan..

"Hai!"sapa seorang gadis.

"Anna!!"pekik Alia.

"Aku tidak menyangka jika kita bertemu disini."ucap gadis itu memeluk Alia erat.

Gadis itu tidak lain adalah Anna Pricilla teman sekolah Alia dahulu.

"Kemana saja kamu selama ini?"tanyanya.

"Aku pulang kampung karena nenekku sedang sakit disana."

"Begitu ya. Bagaimana jika kita makan siang bersama? Aku akan menghubungi kak Gibran sekarang."

"Baiklah, tapi aku akan membayar ini terlebih dahulu."finalnya.

Setelah membayar semuanya, kedua gadis itu meninggalkan supermarket itu dan menuju ke cafe tempat dimana mereka akan melepas rindu.

Anna dan Alia sudah memesan makanan yang mereka inginkan tetapi sosok yang mereka tunggu tidak kunjung datang juga.

"Maaf aku terlambat, jalanan hari ini begitu macet."ucap seseorang yang baru menghampiri mereka.

"Tidak masalah kak. Ayo duduk dan pesan makanan."sahut Anna.

Setelah memanggil pelayan dan memesan makanan, akhirnya ia menyapa gadis yang sudah lama bertahta di hatinya.

"Hai Alia! Lama tidak berjumpa."sapanya.

"Kak Gibran apa kabar?"tanya Alia.

Iyap. Pria itu tidak lain adalah Gibran Narendra sahabat masa kecil Alia. Pria itu lebih tua tiga tahun dari Alia dia sebaya dengan Deba kekasih Alia. Kenapa mereka bisa kenal? Itu karena orang tua Alia dulu berdekatan dengan rumah orang tua Gibran.

Back to the conversation.

"Aku baik. Bagaimana denganmu? Apa kau sudah bertemu dengan kekasihmu?"

"Sudah. Bahkan aku tinggal bersamanya dan kembali menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih."

Mendengar itu Gibran tersenyum getir. " Begitu ya. Semoga kau bahagia."ucapnya dengan senyum dipaksakan.

Dan gelagat Gibran yang terlihat cemburu tidak luput dari perhatian Anna dan membuat dadanya sedikit merasa sesak.

"Sudahlah, cepat habiskan makanan kalian."sela Anna.

Kemudian mereka makan dengan diselingi beberapa perbincangan santai mengenai mereka bertiga.

Selesai makan mereka memutuskan kembali kerumah dan tidak lupa bertukar nomor telepon.

Karena kedua gadis itu tidak ada yang membawa kendaraan, jadilah Gibran yang harus mengantarkan mereka.

Gibran mengantarkan Anna terlebih dahulu karena memang jaraknya lebih dekat dibandingkan jarak ke apartemen Alia yang notabenenya adalah apartemen Deba.

Sesampainya di apartemen Alia langsung turun dan mengucapkan terimakasih kepada Gibran.

"Terimakasih kak , maaf jika merepotkan."

"Tidak masalah gadis kecil. Tapi kau harus hati-hati jika kekasihmu mengetahui kau pulang bersamaku dia sudah pasti akan semakin membenciku."ucapnya diiringi kekehan.

"Kakak ada-ada saja."ucap Alia.

"Kalau begitu aku turun kak dan sekali lagi terimakasih."

Gibran hanya menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Alia keluar dari mobilnya.

Sesampainya di apartemen Alia langsung menata barang belanjaannya di dapur. Setelahnya dia mengistirahatkan badannya di sofa ruang tamu.

"Huhh capek sekali."gumamnya.

Dering telepon yang berasal dari ponsel Alia, ternyata itu panggilan dari sang kekasih 'Kak Deba❤️'

"Hallo kak?"

"Kau dimana sayang?"

"Aku baru saja sampai di apartemen."

"Kalau begitu bersiaplah sekarang, tadi bunda menelfon ku untuk mengundang kita makan malam bersama."

"Kenapa mendadak sekali kak?"

"Akupun baru mengetahuinya sayang."

"Sudahlah kau bersiap-siap sekarang , jam 7 nanti aku akan menjemputmu."

"Baik kak."

Telepon berakhir dan sekarang saatnya Alia bersiap-siap sebelum bertemu dengan keluarga Deba. Walau sebelumnya ia sudah mengenal keluarga Anderson tetapi tetap saja rasa gugup menghampirinya.

Dan kenapa undangan makan malam ini mendadak sekali? Apakah orang tua Deba sudah tahu ia tinggal disini dan akan menentangnya? Jika memang begitu Alia tidak masalah, tapi bagaimana dengan Deba?

avataravatar
Next chapter