1 P E R T A M A

Di sebuah ruangan yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, tinggalah seorang gadis. Kamar yang bernuansa hitam dan putih itu hanya di huni satu makhluk saja. Ruangan yang sangat rapi, hanya tertata kasur yang di atasnya tertata bantal kotak dan juga guling, dan jangan lupakan lemri di samping tempat tidur.

Beberapa foto dirinya beserta poster foto kunti dan valak tertata rapi di dinding kamar. Foto- foto tersebut tertata di tembok bercat hitam. Gadis itu tidak menyukai warna lain.

Baju ataupun gaun miliknya banyak berwarna hitam dan putih. Jika celana ia memiliki warna abu, biru, merah, dan coklat. Namun paling banyak adalah hitam.

Gadis itu tidak terlalu cantik, tingginya sekitar 158cm. Memiliki kulit putih, dan wajah putih pucat. Gadis itu terlihat seperti orang yang memiliki penyakit anemia. Sedikit bicara, tapi jika kepada orang- orang terdekatnya ia akan menjadi seseorang yang tidak bisa diam. Seperti seekor ulat, terus bergerak tidak beraturan.

Banyak yang menjulukinya sebagai es. Ice princess, kulkas berjalan, dan masih banyak lagi. Mereka yang tidak mengenal Meyess pasti akan mengatakan jika Meyess seorang gadis arogant, judes, jahat, sombong, dan masih banyak lagi. Tapi yang sebenarnya adalah Meyes seorang yang baik, tidak sombong, dan gadis pintar.

Mey namanya, tapi Shapa dan juga teman- temannya yang lain memanggilnya Meyes. Putri dari keluarga sederhana. Memiliki dua orang adik dan satu kakak laki laki.

Gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah ke atas. Ia memiliki teman yang bernama Shapa, dan juga teman online bernama Gita, Dinar, dan Risma.

Oh iya, jangan lupakan Hendri di sana!

"Ih cantikk bangettt!" ucap Meyes saat melihat foto seseorang di ponselnya, "Ya ampun, tante kunti cantik banget deh ah!" lanjutnya berkata.

Meyes melihat lihat foto kunti di google. Ia sangat tergila -gila kepada kunti. Entah mengapa ia sangat menyukai kunti. Menurut Meyes kunti sangatlah cantik. Bagaikan bidadari dari surga, padahal wajah sosok itu sangat menyeramkan.

Mungkin bagi kalian yang tidak suka tentang hantu mengatakan jika wajah kunti itu menyeramkan, tapi bagi Meyes wajah mereka itu sangatlah menggemaskan. Meyes ingin sekali bertemu dengan mereka, tapi sayangnya ia tidak bisa. Karena Meyes bukanlah manusia indigo.

Meyes masih berkutat dengan foto- foto kunti di sana.

Drtt..

Suara telepon masuk.

"Lagi apa Mey?" tanya seseorang di seberang sana.

"Buka google, liatin tante kunti. Lo tahu gak sih? Caranya biar bisa kaya tente kunti?" sahut Meyes dengan girang.

"Engga! Lo kenapa sih? Kunti mulu ah, gue gak suka yaa!" teriak Shapa kesal.

"Dia itu cantik Shapa."

"Halah! Burik gitu mukanya, gak usah ngebagusin kunti deh! Mendingan lo ngerjain tugas aja!"

"Emang ada PR?" tanya Meyes kaget.

"Ada, matematika minat, sama seni budaya, buruan kerjain! Besok gue nyontek," ucap Shapa cepat sebelum memutuskan sambungan teleponnya.

Gadis itu terdiam, mendengarkan suara akhiran telepon dengan mata yang terus mengerjap-ngerjap.

Meyes langsung membuka google kembali, menscrooll beranda foto kunti di sana. Ia sangat bahagia jika sudah membahas soal kunti, tak jarang Meyes juga mencari info tentang hal mistis lainnya.

Seperti pembalut yang harus di cuci sebelum di buang, lagu lengser wengi, tentang mbak kunti yang suka menjahili manusia, kekehan mbak kunti, dan semacamnya yang berbau- bau mistis.

Meyes sangat menyukai hal mistis, tapi di keluarganya tidak ada yang menyukai hal mistis tersebut. Berbeda dengan Meyes, keluarga Meyes sangatlah penakut. Terkecuali ibu dan ayahnya. Mereka tidak takut dengan hantu.

Hanya kakak laki- laki Meyes dan ke dua adik Meyes lah yang takut dengan hantu. Mereka suka mendengar cerita hantu, tapi setelahnya tidak berani untuk pergi ke toilet. Walaupun toilet itu sangatlah dekat. Toiletnya ada di dalam kamar, tapi mereka tetap tidak berani.

Meyes meletakan ponselnya di atas nakas, berjalan keluar dari kamarnya, dan memilih untuk duduk di salah satu anak tangga. Memikirkan bagaimana caranya ia bisa menjadi seorang indigo.

"Oh iya! Kan bisa nanya ke orang-orang yang kek gitu," ucapnya tiba- tiba. Wajahnya yang tadi lesu kini berubah menjadi gembira.

Meyes berjalan keluar dari rumahnya, mengambil motor miliknya, dan pergi menuju rumah orang yang sangat di percaya.

***

"Shapaaaa!" teriak Meyes di depan rumah Shapa.

Seorang gadis keluar dari dalam rumahnya, berdiri di ambang pintu milik rumahnya.

Shafa Rani. Sering di panggil Shapa oleh Meyes. Sahabat terbaik Meyes.

Shapa bilang sih dia sama Meyes saudara kembar yang tidak mirip, hanya karena tanggal lahir mereka sama.

"Apa?" sahut Shapa jutek.

Gadis itu mengecurutkan bibirnya seraya berjalan menghampiri Meyess yang ada di sana, masih tetap duduk di atas motor kesayangannya dengan senyum yang tidak luntur itu.

"Hehe, jadi gini gue mau ke orang pinter lo temenin gue ya hari ini!" jelas Meyess dengan memberikan wajah memelas agar Shapa mau menemaninya.

"Ogah!! Lo aja sendiri!!" ucap Shapa, menolak mentah-mentah ajakan Meyess, "Nih ya Meyes, gue kasi tahu lo. Mendingan lo liat-liat deh di google dulu baru tu ke sana. Dan ya, gue gak mau ikut-ikutan, nggak deh ngga!" lanjutnya dengan memberikan lambaian tangan.

Meyess memejamkan matanya. Lalu ia membuka matanya kembali seraya tersenyum ke arah Shapa yang masih cemberut, "Shapaku sayang! Gue udah cari di google tapi gak ada yang bener."

Meyess memang sudah membuka laman web yang tersedia di google. Meyess sudah membaca berbagai cara, mulai dari yang mencukur alis, Meyes tidak akan mencukur alisnya. Karena ia tidak ingin alis tebal miliknya yang sangat indah itu hilang karena hanya ingin melihat hantu.

Selain itu juga, Meyes sudah membaca laman web lain, di sana tertulis jika ingin melihat hantu kita harus berkaca di malam hari, menyisir rambut tepat jam 12 malam, membakar terasi tegah malam, dan membakar sate. Semua itupun Meyess pernah kerjakan. Namun hasilnya nihil, ia tidak melihat tanda- tanda kedatangan tante kunti sang pujaan hati.

Ia hanya mendengar suara jangkrik saja. Meyess frustasi dan akhirnya ia membulatkan tekad untuk pergi ke orang pintar bersama dengan Shapa yang masih di bujuk.

"Fa, mau ya temenin gue!" bujuk Meyess lebih memelas.

"Yauda deh, pokoknya abis ini gue gak mau lagi ya kena hal-hal aneh pokoknya!" ucap Shapa akhirnya bersedia menemani temannya itu.

"Uluuu Shapaa cantik banget!" sahut Meyess sambil mencubit pipi bulat milik Shapaa dengan gemas sekali.

"Aw! aw! sakit bego!" Shapa menyentuh ke dua pipinya yang telah Meyess cubit tadi, kemudian naik ke atas motor milik Meyess.

"Mamaaa! Shapa pergii sama Meyes! Assalamu'alaikum!!" teriak Shapa kepada ibunya yang ada di dalam rumah

Setelahnya Meyess menancapkan gas, menelusuri jalanan besar dengan berbagai kendaraan pribadi.

avataravatar
Next chapter