webnovel

Darkness

Langkah kaki mu semakin menjauh dan jauh

Aku ingin mengejar jejak mu namun hati mu telah menguap hilang

Aku adalah orang yang hancur terlebih dahulu saat melihat mu berlalu untuk menyembunyikan luka tak kasat mata.

Hancur saat aku tak sanggup merengkuh bayang mu

Hanya kegelapan yang menaungi ku saat melihat mu menanti ku

***

Aku tidak punya banyak waktu lagi. Spontan aku berlari mengejar Aldo namun Aldo telah meninggalkan villa dengan mobilnya. Udara dingin dan hujan tak ku hiraukan. Entah mengapa aku merasa bahwa aku harus menjelaskan padanya kalau ini semua hanya kesalahpahaman saja. Tidak ada apa-apa antara aku dan Winner. Winner hanya bercanda padaku. Hanya itu. Namun mengatakan hal ini juga terasa sangat sulit karena Aldo seolah menutup dirinya untuk mendengar apapun dari ku. Aku berusaha menghadang mobilnya yang ingin berlalu dengan tubuh ku. Suara klakson memekakkan telinga ku. Aku tahu pasti Aldo sangat kesal padaku tapi apa ini salah ku? Hujan sudah membuat rambut ini menjadi basah. Aku tak peduli apapun saat menghadang mobil Aldo dan aku merasa senang saat Aldo keluar dari mobil dengan wajah penuh amarah.

"Ruby, kamu gila ya! Kamu bisa mati!" Winner menarik tangan ku sebelum aku dapat mengatakan sepatah katapun pada Aldo. "Ruby, kamu gak perlu menjelaskan pada Aldo karena selama ini kamu bukan pacarnya Aldo. Kamu sudah memilih dia sekarang jadi jangan mengganggu jalan ku." Jujur saja aku sangat takut saat melihat ekspresi Aldo yang seperti ini karena selama ini Aldo tak pernah marah. Aldo selama ini selalu menunjukkan sosoknya yang sempurna. Rupawan dan berbudi bak malaikat jadi melihatnya sekarang, aku benar-benar terkejut.

"Aldo, aku gak ngerti maksud kamu." Kata ku kebingungan namun aku mengerti sekarang.

Winner sengaja ingin menciptakan kesalahpahaman antara aku dan Aldo. Aku tak tahu mengapa Winner melakukan hal sejauh ini. Apa yang sebenarnya dicari oleh anak itu? Aku merasa sejak awal Winner selalu menatapku dengan canggung namun aku tak tahu apa itu. "Aldo, aku gak punya hubungan apapun dengan Winner." Kata ku kemudian aku berbalik ke arah Aldo yang tubuhnya telah basah karena derasnya air hujan. "Aku gak punya…"

"Ruby, aku tidak pernah tahu kalau kamu sudah memilih Winner. Kalau aku tahu, sejak awal aku tidak akan berharap lagi!" Kata Aldo kesal dan melimpahkan semua amarahya di hadapanku saat ini.

Dalam remang, aku dapat melihat kesedihan yang tampak dari suaranya yang getir. Aku menggenggam tangan Aldo hendak menahannya pergi namun Aldo menepis tangan ku lalu kembali masuk mobilnya. Hati ini terasa sangat sakit namun aku tak ingin menyerah dan aku tak akan menyerah. Untuk kali ini baru aku menyadari jika Aldo bukan hanya sekedar anak tetangga depan namun Aldo lebih berharga dari pada harga diri yang selama ini ku junjung dengan sangat tinggi.

"Aldo, dengerin aku!" Tangis ku pecah namun airmata ini langsung tersapu oleh derasnya air hujan yang membasahi wajah ini.

Sekali lagi, aku hendak mengejarnya namun pinggang ku ditahan oleh Winner. Winner baru melepaskan ku saat mobil Aldo sudah jauh dari pandangan. Aku sempat kembali mengejar namun percuma karena Aldo telah menghilang. Apa Aldo benar-benar akan menghilang atau aku masih dapat meraih hatinya kembali?

Aku kembali mendekati Winner dengan wajah merah padam dan penampilan bagai bebek kecebur di comberan. Aku memukul tubuh Winner spontan karena aku merasa sangat marah namun Winner menahan kepalan tangan ku dan membuat ku membeku. Tangannya terasa hangat. Winner masih melihat ku dengan tatapan penuh kepuasan. Apa orang ini tak memiliki sedikit rasa iba pada ku?

"Apa maksud mu buat kayak ini ke aku?! Winner asal kamu tahu kalau ini sama sekali gak lucu!" Aku benar-benar marah dan jengkel. Aku tidak tahu mengapa ia ingin mengacaukan hubungan ku dengan Aldo.

"Lebih baik kamu masuk. Pesta perpisahannya sudah selesai." Kata Winner dingin seraya melepaskan tangan ku dengan santai. Tanpa ada beban.

Winner masuk ke dalam villa miliknya dengan santai. Airmata ku menjadi satu dengan hujan yang turun malam ini. Aku tidak ingin merasakan betapa dinginnya cuaca malam ini. Aku rasa Winner memang ingin menghancurkan hubungan ku dengan Aldo sehingga menyusun rencana busuk ini. Oh tidak...ciuman pertama ku. Mengapa harus dengan Winner? Aku menyesalinya dalam hati. Mengapa aku masuk perangkap yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Okay dia hanya mencium kening ku, tapi tetap saja itu adalah ciuman pertama ku.

Aku masuk ke dalam karena aku tidak ingin sakit bukan karena aku ini pengecut namun aku harus tetap sehat untuk mama. Saat ini yang ada di benakku hanya ingin segera bertemu mama, selain itu aku tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama orang semacam Winner. Aku pernah tidak tahu jika Winner lebih licik dari apa yang aku kira. Aku segera naik ke atas dan menemukan Winner di kamar ku. Winner seperti menunggu kedatangan ku. Winner hanya mengenakan celana jeans yang dikenakannya tadi. Menampakan kulit putih yang tidak pernah terekspos selama ini. Aku risih melihat pemandangan yang di depan ku sedangkan Winner tampak sangat tenang dan di saat yang sama juga terkesan dingin.

"Aku mau balik sekarang." Aku mengalihkan pandangan ku pada tas ransel yang ku bawa. Menelusuri setiap sudut jika seandainya masih ada barang ku yang tertinggal. Ku masukan semua barang ke dalam tas. Aku sudah muak dengan Winner. Apa dia pikir karena dia memiliki harta yang berlimpah, Winner bisa sseenaknya mempermainkan aku?!

Handphone ku berbunyi. Ada pesan dari Aldo. Aku sangat senang dan bersemangat saat membaca pesan darinya.

'Ruby, Andai aku ada di hati mu tolong turun ke bawah. Kita mulai dari awal lagi karena aku cinta kamu. Aku menunggu mu sekarang. Tolong turun sekarang."

Aku tidak bisa menyembunyikan rasa haru setelah membaca pesan text dari Aldo. 'Aldo, aku akan segera turun ke bawah. Tunggu aku Aldo.'

Dann entah dari mana Winner mengejutkan ku karena ponsel yang ada di tanganku sudah ada dalam genggamannya. Aku melompat agar dapat menjangkau ponsel yang diangkat oleh Winner. Aku terlalu fokus pada ponsel dan baru menyadari jika aku berada dalam pelukannya.

"Lepasin aku. Jangan bercanda, Winner. Aldo menunggu ku di bawah." Kata ku serius.

"Uhm...Ruby, aku gak berniat untuk membiarkan kamu pulang sama Aldo. Kamu gak akan bisa ketemu Aldo malam ini."

Dengan sekuat tenaga ku pijak kaki Winner. Suara kesakitan terdengar dan ini saat yang tepat bagi ku untuk segera meninggalkan tempat ini. Aku harus segera turun dan menemui Aldo. Dia pasti menunggu ku.

Aku berlari dan semakin dekat dengan pintu keluar. Aku melihat Aldo masih menunggu ku di sana. Semuanya gelap. Aku merasa sangat lelah. Tubuh ku rubuh ke tanah namun Aldo masih tak menyadari jika aku berada sangat dekat dengannya hingga aku harus membiarkannya pergi berlalu dengan kekecewaan yang terpampang jelas pada wajahnya yang rupawan.

***

Next chapter