1 Prolog

Terdengar keributan di wilayah kerajaan Amania yang di pimpin oleh seorang Raja bernama Raja Prananda yang memiliki darah Yunani. Ternyata keributan tersebut di sebebkan oleh adanya seorang penyusup masuk ke kerajaan untuk membunuh Raja Prananda.

Seorang wanita paruh baya terburu-buru belari menuju sebuah rumah terbuat dari bambu menghampiri gadis yang tenggah menyapu halaman rumah. "Kimora!!!" ucapnya terburu-buru.

Kimora menoleh dan menatap wanita itu dengan tatapan heran.

"Orang tua kamu!!!---"

"Kenapa sama mereka Bu Des?"

"Orang tua kamu meninggal!"

"Jangan becanda ya Bu! Ini bukan untuk bahan lelucon!" Kimora tidak percaya sama sekali apa yang di katakan wanita itu.

"Iya. Orang tua kamu meninggal karena ketahuan ingin membunuh Raja Prananda. Raja paling kejam pemilik 50 istri. Orang tua kamu berusaha melarikan diri dari kejaran prajurit. Tapi sayangnya mereka malah terjatuh ke jurang hingga minggal dunia. Dan jasad orang tua kamu di lempar ke danau berisi banyak buaya kelaparan." Ungkap Destrawati tetangga Kimora yang mendengar kabar kebenaran dari keributan tersebut.

"Ibu jangam bohong ya. Orang tua aku lagi pergi ke ladang untuk memetik buah stroberry. Jadi tidak mungkin mereka pergi ke istana." Kimora lagi-lagi tidak percaya.

"Astaga. Ini benar Kimora! Sebentar lagi Raja akan mencari kamu untuk menghukum mu atas kesalahan orang tua mu dengan menjadikan mu sebagai isteri ke 51 nya." Ungkap Detrawati.

Kimora langsung ambruk di tanah saat mendengar jasad orang tua nya di buang ke danau berisi buaya. Seluruh badannya lemas seketika. Ini semua seperti petir di siang bolong. Kimora tidak menyangka orang tuanya telah menjadi penyusup di kerajaannya sendiri. Bahkan Kimora tidak menyangka bahwa ia akan yatim piatu secepat ini.

"Sekarang kamu cepat segera pergi! Sebelum Raja menemukan kamu untuk menjadikan kamu sebagai Ratu selanjutnya!" Usir Destrawati agar Kimora tidak tertangkap.

Kimora masih menatap kosong pada tanah dengan mata yang berkaca-kaca. Destrawati terus menyuruhnya pergi sebelum para prajurit datang kesana untuk membawa Kimora.

"Tidak mungkin orang tua ku memiliki niat jahat sekejam itu!" Lirih Kimora.

Kimora masih diam bersimpu di atas tanah.

"Kimora!!! Cepat selamatkan dirimu. Dan balaskan dendam atas kematian orang tua mu! Mereka tidak salah untuk merebut kembali tahta yang sebelumnya adalah milik kalian!" Ungkap Destrawati lagi. Entah seberapa banyak yang wanita itu tahu tentang keluarga Kimora.

Kimora mendongakan kepalanya melihat wajah Destrawati. "Maksud kau apa Bu?"

Destrawati menggeleng. "Kamu adalah Putri kerajaan ini! Hanya saja saat kau masih di kandung Raja Prananda merebut tahta orang tua kamu! Dan kini kerajaan ini di kuasai oleh orang Yunani!"

-Jadi aku adalah anak dari seorang Raja dan Ratu? aku adalah seorang putri mahkota? tapi mengapa orang tua ku meninggalkan ku secepat ini. Kenapa mereka tidak pernah mengatakan apapun pada ku selama ini? Batin Kimora bertanya-tanya. "Terus kenapa orang tua ku tidak di siksa sejak dulu oleh nya?"

"Karena adik ayah mu menaruhkan dirinya sendiri demi kalian." Ungkap Destrawati lagi. "Raja Prananda saat itu juga akan menyiksa kedua orang tuamu. Tapi Bibi mu, Gutari melarang Raja Prananda menyiksa orang tuamu. Dan saat itu Raja Prananda menghentikan prajurit. Tapi asalkan Gutari harus mah menjadi istrinya. Dan Gutari mau menjadi istri Raja kejam itu. Saat itu Ratu Anjali sedang mengandung kamu."

"Lalu dimana Bibiku? Apa dia masih hidup Bu?" Tanya Kimora tanpa menghiraukan dirinya sedang dalam bahaya besar.

"Bibimu ada di istana. Dia baik-baik saja. Selama ini orang tuamu tinggal disini menyamar menjadi orang lain."

Kimora menganguk-ngangguk. Tak lama terdengar suara langkah kaki kuda begitu nyaring. Menandakan para prajurit kerajaan akan sampai di rumah Kimora.

Destrawati segera naik ke atas pagar memastikan. "Ah benar...mereka datang."

"Kimora!!!! Cepatlah pergi dari sini!!! ini bahaya untukmu!!!" Usir Destrawati. Pandangannya tak luput dari sekitar sana. Memastikan bahwa para prajurit masih jauh.

Kimora dengan cepat masuk ke rumah dan mengemas semua barang berharga di hidupnya. Bukan emas atau permata yang akan di bawa Kimora, melainkan barang pemberian orang tuanya saat ia masih kecil.

"Apa kau sudah membawa apa yang ingin kau bawa Kim?" Tanya Destrawati yang panik.

Kimora mengangguk.

Destrawati dan Kimora pun berlari dengan cepat meninggalkan rumah bambu mereka. Tapi sayangnya para prajurit melihat mereka berdua lari menuju hutan.

Anak panah hampir saja mengenai punggung Kimora yang hanya di balut kain trasparan hingga bisa dilihat tanda lahir berbentuk bintang disana.

"Ayo lebih cepat larinya Kim. Kalau begini kita bisa tertangkap." Destrawati menarik tangan Kimora dan memegangnya erat-erat.

Nafas Kimora sudah tersenggal-senggal. "Bu aku capek. Aku haus. Perutku sakit karena dari tadi tidak berhenti berlari."

"Ayolah. Nanti saja. Selamatkan saja diri kita dari mereka." Entah mengapa Destrawati lari begitu cepat layaknya seorang harimau mengejar mangsa. Apakah dia mantan atlet lari? Oh atau dia siluman Harimau?

"Kenapa Bu Des lari begitu cepat?"

"Aku mantan tangan kanan ayah mu Kim, saat masih memegang tahta kerajaan Amgonia yang kini menjadi Amania. Ayolah cepat... Kita hampir tertangkap."

Kimora sudah tidak kuat untuk berlari lagi, hingga langkahnya terhenti membuat jarak para prajurit semakin dekat dengan Kimora.

"Sepertinya mereka sudah tahu rencana kita dan Raja." Kata Pemimpin prajurit pada orang di sampingnya.

Sebuah anak panah hampir mengenai perut Kimora. Untung saja Destrawati melihatnya dan mendorong Kimora menjauh.

"Kim, ayo mereka sudah dekat! Lihatlah!"

Di saat Kimora dan Destrawati hendak berlari ternyata para prajurit telah mengepung mereka dari 4 arah. Arah Timur, Barat, Selatan dan Utara.

"Gimana ini mereka sudah mengepung kita dari segala penjuru." Ucap Kimora pada Destrawati.

Kini Destrawati dan Kimora telah saling membelakangi karena mereka telah di ikat.

"Nanti tuan putri kabur saja sendiri! Biarkan Ibu disini."

"Enggak Bu Des. Ibu harus temenin aku!"

"Gak bisa tuan Putri Kim. Kau harus selamat dari mereka. Dan balaskan dendam orang tua mu dan Bu Des. Rebutlah kembalu tahta nya sebagai balas budi dari kebaikan orang tua mu dan Bu Des. Berjanjilah Tuan Putri."

"Enggak. Aku enggak mau Bu Des."

Di penjuru Utara tiba tiba terbuka. Ternyata Raja kejam itu datang dengan tersenyum smirk.

"Mau kemana kalian penghianat?" Ucap Raja Prananda licik. Dan mendekatkan dirinya pada Kimora. Lalu menoel hidung mancung Kimora. "Kamu cantik juga ya." godanya.

"Lepasin aku!" Ucap Kimora berusaha menepisnya.

Destrawati memiliki cara. Ia baru ingat bahwa dirinya memiliki pisau serbaguna di saku celananya. Lalu memotong tali yang mengikatnya.

"Raja lihatlah ada gadis yang sedang mandi di ujung sana. Bukankah kau menyukai para gadis cantik?" Menipu Raja kejam itu untuk mengalihkan padangannya.

"Mana? Coba kalian lihat prajurit. Kalau memang iya bawa kesini! Cepat!" Sontak prajurit berbondong-bondong mencari gadis itu.

Diam-diam Destrawati dan Kimora berlari dari sana. Tapi tanpa sengaja Kimora menginjak ranting pohon hingga menimbulkan bunyi.

"Prajurit kejar mereka telah kabur!" Teriak Raja Prananda.

Karena tidak memerhatikan jalan hingga kaki Destrawati tersangkut di lubang hingga kakinya terkilir.

Sudah berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan kaki Destrawati yang tersangkut di lubang kecil. Tapi tetap saja tidak bisa. Sedang kan para prajurit pasti akan menangkap mereka.

"Tuan putri pergilah. Larilah sejauh mungkin cepat. Jangan hirau kan saya!"

"Enggak. Aku gak mau!" Keras kepala dan sulit di atur itulah Kimora.

Tapi lama kelamaan Kimora mau menjauh dari Destrawati. Kimora berlari dan sesekali melihat kebelakang. Saat itu juga Destrawati di tangkap oleh para prajurit dan kepala Destrawati akan di penggal.

"Akh tidak!!!" Jerit Kimora saat pedang itu sudah menempel di tengkuk leher Destrawati. Saat itu juga Kimora melarikan diri dari sana berlari sekuat tenaga menjauhi area itu.

"Ayah, Ibu, Dan Bu Des sudah pergi. Kini tinggal aku sendirian. Aku harus kemana ini?" Pikir Kimora di sela-sela ia kelelahan. Tapi para prajurit terus mengejarnya. Tidak ada cara lain, selain Kimora loncat ke sungai yang arusnya lumayan deras. Hingga jejak Kimora pun hilang begitu saja.

Lalu gimana kehidupannya selanjutnya? Apakah Kimora akan bisa hidup tanpa satupun keluarga yang menemani nya sama sekali?

avataravatar
Next chapter