webnovel

Prolog

Malam minggu disebuah taman yang diiringi gemerlapnya kembang api, malam itu malam yang indah bagi para pengunjung taman, begitu pula dengan gadis yang tengah duduk dibangku taman itu. Memandang langit , hanya itu yang ia lakukan. Termenung hingga dua jam, entah apa yang ada didalam benaknya kemudian ia berdiri dan berteriak dikeramaian malam.

"Kenapa harus aku yang merasakannya?" teriaknya di keramaian malam minggu, sungguh membuat orang-orang yang tengah berada di taman itu langsung menoleh padanya dengan pandangan tak suka. Namun siapa sangka, ia tak peduli dengan pandangan tak suka dari orang -orang itu. Kemudian ia berteriak lagi, "Kenapa sih.. Aku harus yang merasakannya? Kenapa aku nggak pernah punya pacar? Apa sih salah aku?"

Siapapun yang berada di taman itu pas mendengar suara teriakan gadis ini dan menyangka gadis cantik itu sudah gila, mereka hanya menggeleng-gelengkan kepala saat gadis itu berteriak. Kemudian ada seorang laki-laki yang memakai hoodie biru tua dengan celana jeans yang berjalan menghampiri gadis itu dan kemudian duduk disebelahnya.

"Lo ngebuat pengunjung taman tak nyaman!" ujar laki-laki tersebut kemudian menyesap coklat panas di tangannya. Sontak membuat gadis tersebut menoleh.

"Kak Agres!" kaget sang gadis kemudian meninju pelan lengan lelaki disebelahnya yang bernama Agres itu. Membuat sang empu terkekeh pelan.

"Lea, ngapain lo teriak nggak jelas kayak tadi?" tanya Agres pada gadis disebelahnya yang terlihat murung.

"Aku heran kenapa aku jomblo?" tanya Alea heran dengan dirinya sendiri, sebab ia tak pernah punya pacar sejak lahir.

"Ya kenapa lo nggak terima itu si Andreas kemaren? Kan dia ganteng mana baik lagi!" kesal Agres yang geram karena menurutnya Alea terlalu pemilih dan akhirnya Alea menjadi kesal sendiri sebab ia belum punya pacar.

"Dreas ganteng,baik tapi playboy!" kesal Alea yang mengingat kejadian dulu bagaimana Andreas yang masih belum berstatus pacarnya, jalan berdua dengan gadis lain di Mall sungguh membuat Alea kesal setengah mati.

"Iya sih!, terus gimana udah dapat gebetan yang pas?" tanya Agres yang tersenyum sambil menjuil dagu sang adik.

"Nggak mau cari pacar lagi!" teriak Alea kemudian berjalan dengan menghentak-hentakan kakinya dan meninggalkan Agres yang tertawa geli melihat tingkah Alea yang menggemaskan.

"Lea,Lea.. Kapan lo gedenya sih.. kayak anak SD mulu, padahal udah SMA." kekeh Agres sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sementara Alea kini tengah berjalan-jalan santai menikmati angin malam dipinggir jalanan yang ramai karena malam ini adalah malam minggu, seperti biasa malam minggu adalah malam yang paling ditunggu para remaja untuk menghabiskan waktu bersama.

Ia melihat ada seorang nenek yang kesusahaan untuk menyebrang, baru saja ia ingin menolong, ada laki-laki tampan yang membantu nenek tua itu menyebrang jalan dan membuat Alea terkagum dengan senyum manisnya itu apalagi ada lesung pipi membuat ia semakin tampan.

Alea terus memandang kagum pada laki-laki itu sampai laki-laki itu tak terlihat, pada saat mau melangkahkan kakinya, ia hampir saja menginjak sesuatu lalu mengambilnya.

"Hei!" panggil Alea pada lelaki tersebut sebab ia tak sengaja menemukan dompet berwarna hitam milik pria baik hati itu, namun percuma saja, sebab sang empunya telah pergi.

"Huh, gimana nih.." gerutunya, ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Akhirnya ia membuka dompet hitam itu ternyata ada banyak kartu dan beberapa lembar uang seratus ribuan didalamnya tapi ia tak menemukan kartu identitas pria tersebut.

"Percuma, nggak ada KTP nya!" kesal Alea kemudian ia berusaha mencari sesuatu dalam dompet hitam itu yang bisa ia gunakan untuk mengetahui siapa nama pemilik dompet tersebut.

Ternyata ada kartu nama didalam dompet itu yang berisikan nomor telepon dan alamat sang pemilik dompet.

"Geovan Farhan Bramastha." gugam Alea kemudian ia tersenyum saat teringat pria pemilik dompet tersenyum ramah membantu nenek tua menyebrang jalan tadi.

"Besok aku harus kembalikan dompetnya." gugamnya dan akhirnya ia pulang ke rumah karena sudah hampir jam 22.00 sebab ia harus pulang sebelum jam sepuluh malam kalau tidak ia bisa diomeli ibunya.

***

Pagi ini Alea akan pergi ke sebuah perkumpulan musik di sekolahnya atau biasa disebut ekstrakulikuler, Ia sudah menyiapkan formulir pendaftaran yang ia dapat dari Nadine karena Nadine adalah anggota lama di ekskul musik itu.

Sesampainya di gedung bercat putih itu banyak orang yang tengah memainkan alat musik dan bernyanyi. Alea mengedarkan pandangannya untuk mencari sahabatnya, Nadine. Tapi sayangnya Nadine tak ada dalam gedung putih itu. Kemudian ia mengeluarkan ponselnya lalu mencari kontak Nadine dan segera menghubunginya.

"Halo." suara orang disebrang sana.

"Halo, Nadine, kamu dimana sekarang?" tanya Alea spontan.

"Aku lagi ada dirumah, emang kenapa Lea?"

"Kamu nggak ikut ngumpul ekskul musik?"

"Nggak, aku ada acara keluarga, maaf ya."

"Yah.. Terus aku gimana?" gerutu Alea, sebab yang mengajaknya masuk ke ekskul musik kan Nadine, sekarang dia saja tak datang.

"Udah kamu masuk aja, kemaren usah aku bilang kok ke kakak pembina kalau ada anggota baru. Yaudah aku matiin ya.. Bye bye good luck ya."

Beep.

Sambungan telepon diputuskan begitu saja oleh Nadine yang membuat Alea makin menggerutu kesal karena punya sahabat seperti Nadine.

"Dasar kutil Anoa!" teriak Alea pada ponselnya sendiri seakan ponsel nya itu adalah Nadine. Lol

Akhirnya apa boleh buat Alea pun berjalan masuk lebih dalam kedalam gedung putih itu dan melihat lihat isi didalamnya, semua orang yang sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang bernyanyi dan ada yang bermain alat musik. Ia bingung harus menyerahkan formulir pendaftaran itu kepada siapa, ingin bertanya tapi malu.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang sontak membuat Alea menoleh kebelakang dan terkejut melihat pria pemilik dompet tersenyum ramah padanya.

"Kamu calon anggota baru kan?" tanyanya memastikan.

"Iya." jawab Alea seadanya.

"Boleh liat formulinya?" pinta sang pria pemilik dompet itu.

"Ini." ujar Alea seraya menyerahkan formulir perndaftarannya dan lelaki itu mengambil formulir.

"Kalau begitu kamu bisa duduk disana dulu ya, nanti akan ada tes yang menentukan kamu lolos atau tidak."

ujarnya ramah dan kemudian memutar badannya 180° dan ketika hendak melangkahkan kakinya pergi Alea memanggilnya.

"E.. Kak," panggil Alea.

"Iya, ada yang perlu saya bantu?" tanyanya sambil tersenyum ramah.

Kemudian Alea mencari sesuatu didalam tasnya dan merogoh sesuatu didalamnya, ternyata dompet berwarna hitam lalu menyerahkannya ke sang pemilik.

"Alhamdulillah, ketemu. Makasih ya, kamu ketemu dompet ini dimana?" Tanyanya tersenyum bahagia sambil menggenggam dompet tersebut.

"Kemaren pas kakak bantuin nenek-nenek nyebrang jalan." jawab Alea apa adanya.

"Ah.. Syukurlah."kata pria tersebut.

"Kakak nggak buka isinya?" tanya Alea polos.

"Kenapa?" tanya lelaki itu heran dengan apa yang dimaksud oleh gadis cantik didepannya ini.

"Aku takut kalau ada yang hilang, soalnya kemaren aku buka dompetnya untuk mencari identitas kakak, terus nemuin kartu nama kakak, rencananya sih..mau menghubungi kakak kemaren tapi pulsa ku abis, eh malah ketemu kakak disini." Jelas Alea panjang lebar membuat pemilik dompet terkekeh pelan.

"Engga ada yang hilang kok." ujar pemilik dompet, setelah memeriksa dompetnya dengan teliti.

"Ini ada ucapan terimakasih buat kamu" sambungnya sambil menyerahkan satu lembar uang seratus ribu kepada Alea.

"Nggak usah kak, aku ikhlas kok!" tolak Alea tegas.

"Beneran?" tanyanya memastikan.

"Iya." jawab Alea mantap kemudian tersenyum.

"Sekali lagi makasih ya." ungkapan terimakasih dari pemilik dompet dan tersenyum.

"Iya, nama kakak Geovan Farhan Bramastha kan?" tanya Alea memastikan.

"Iya, panggil aja Kak Farhan, oh iya nama kamu siapa?"

"Alea." jawab Alea tersenyum ramah.

"Nama yang cantik." puji Farhan membuat pipi Alea memanas dan menyemburatkan warna kemerahan.

"Ma,makasih." ucap Alea.

"Yaudah kalo gitu saya pergi dulu ya!" pamit Farhan dan pergi meninggalkan Alea.

Kemudian Alea melangkahkan kakinya menuju sebuah kursi kosong yang berada disudut ruangan dan termenung.

"Kak Farhan perfect banget... Udah kayak malaikat aja, ganteng, baik, ramah, sopan, dermawan lagi...

Bayangin aja kalau aku punya pacar kayak Kak Farhan." Alea membatin dan membayangkan betapa bahagianya dia punya pacar seperti Farhan. Kemudian ia termenung lagi dan berpikir sejenak.

"Ya nggak mungkinlah aku sama dia, dia pasti banyak yang suka, dasar jomblo!" gugamnya kemudian menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran anehnya itu.