webnovel

Dark side : Prolog

Aku tidak tahu apa ini yang dinamakan hidup? Setiap kali aku melangkahkan kakiku pasti ada yang namanya kehilangan, kegagalan, dan kematian. Aku tidak pernah mempunyai sesuatu, aku tidak pernah bisa mencapai sesuatu, dan yang lebih parah semua orang yang kusayangi akan menghadapi sebuah kematian. Apa Tuhan memang sedang mempermainkan ku? Apa aku terlahir kedunia ini memang hanya untuk menjadi kabar buruk bagi semua orang? Kalau memang seperti itu aku lebih baik tidak ada di dunia ini ... Kalau memang seperti itu aku lebih baik mati!

Semua itu terus berulang tanpa memperdulikan waktu yang semakin berjalan sampai suatu hari. Hari itu seperti hari terakhir untukku hidup, aku merasa hari itu aku akan terbebas dari semua penderitaan yang kuderita. Tapi pemikiran seperti itu adalah sebuah kesalahan, sebaliknya hari itu adalah saat kehidupanku menemui titik baliknya menjadi lebih baik lagi daripada yang dulu.

Saat itu kegelapan sudah menguasai dunia, sinar yang ada hanyalah dari sang rembulan. Aku berjalan mengitari sungai yang entah akan membawaku kemana sampai aku bertemu dengannya. Rambut serta mata putihnya bersinar saat terkena sinar rembulan layaknya sebuah batu permata, dia menghampiriku dengan senyuman tulus di wajahnya dan menyapaku pelan,

"Selamat malam," dia berkata.

"Malam," jawabku singkat.

Aku memandang sosoknya itu seperti sebuah cahaya yang sangat terang dibandingkan diriku yang penuh dengan kegelapan. Kulitnya putih bak salju yang baru turun dari langit yang murni. Aku tidak pernah membayangkan seseorang secantik dia bisa ada di dunia yang sama dengan dunia yang kutinggali.

Aku menundukkan pandanganku melihat dirinya yang begitu sempurna, aku tidak bisa menatapnya secara langsung karena aku takut kalau aku melakukannya dia akan tertimpa kesialan sama seperti semua orang yang bersamaku.

"Kenapa? Apa ada yang sakit?" tanyanya pelan penuh kekhawatiran melihatku menundukkan pandangan.

Bagaimana bisa seseorang seperti dia sampai repot-repot menghampiriku, menyapaku dengan senyumannya, dan bahkan mengkhawatirkan keadaanku? Aku yang hanya seorang pembawa kehancuran ini.

"Sepertinya kamu memang sedang tidak enak badan ya," sambungnya sembari merendahkan badannya dan menonggak keatas, melihat wajahku yang buruk.

"Tidak ... Aku tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan dariku," walau dia sudah berbaik hati padaku, tapi aku malah memalingkan pandanganku dan bergerak menjauhinya.

Diulurkannya tangan untuk menghentikanku tapi aku lagi-lagi tidak menghiraukannya dan malah menatapnya dengan tatapan sinis sama seperti saat aku menatap mendiang kakakku dulu,

"Jangan sentuh aku atau kau akan sama dengan yang lain, tidak akan bisa berada di dunia ini lagi!"

Walau aku sudah menatapnya begitu dan menhardiknya tapi dia tetap menatapku dengan lembut dan menaruh senyumannya yang terlihat sangat tulus,

"Tidak usah pedulikan hal itu, kamu sekarang sedang membutuhkan bantuan dan aku harus membantumu. Jadi aku mohon, biarkanlah aku membantumu, ya," katanya.

Karena semua hal itu air mata mulai mengalir dari mata kananku, kata orang kalau air mata jatuh terlebih dahulu dari mata kanan itu berarti sebuah kebahagiaan. Mungkin aku memang saat itu sedang bahagia, walau aku menolak mengakuinya.

"Tapi aku ... Aku tidak pantas kau bantu, seseorang sepertiku hanya pantas mendapatkan hinaan dan siksaan saja ...," jawabku.

"Apa yang kamu bilang? Semua orang di dunia ini pantas untuk dibantu dan disayangi, termasuk dirimu,"

Perkataannya itu membuatku larut dalam kebahagiaan, aku langsung menangis sejadi-jadinya. Dipeluknya diriku pelan, hangat ... Aku merasakan perasaan yang sangat hangat. Apakah ini yang dinamakan kasih sayang? Sudah lama aku tidak merasakannya sampai aku lupa bagaimana rasanya.

"Terimakasih, kak," entah kenapa perkataan itu keluar dari mulutku dan setelahnya aku tertidur di pelukannya.

Dia mendekapku erat membiarkanku tidur dengan sesekali mengusap kepalaku pelan. Perasaan ini aku jadi teringat masa lalu, masa dimana semua yang kualami belum terjadi, masa dimana aku masih memiliki semuanya.

To be continue~