1 1. REA DAN GENG GONG

Teng.. teng.. teng.. "Sekarang saatnya upacara bendera, segera berkumpul di lapangan upacara".

Terdengar suara bel sekolah yang begitu nyaring bahkan sampai terdengar ke rumah Rea yang memang lokasinya tak terlalu jauh dari SMA tempatnya menimba ilmu. Rea, siswi kelas 10 SMA itu masih sibuk dengan buku-bukunya yang lupa dia siapkan karena terlalu asyik bermain game semalam.

"Hmmm.. Matematika wajib, bahasa indonesia, matematika peminatan, lhaaa buku kimianya dimanaaa?!" Rea berceloteh sendiri di kamar sembari sibuk memilah buku pelajaran yang akan dibawanya hari ini. Terus mencari buku kimia di kamar mirip kapal pecah dengan ciri khas dinding kamarnya yang dipenuhi dengan tempelan lukisan-lukisan hasil karyanya sejak kecil.

"Reaaaaa, bel udah bunyi kamu masih ngapaiiiiin?!" teriak mama Rea yang semakin membuat Rea panik.

"Iyaaa maaa sebentar ada yang lupa, aduuhhh dimsdana ini dasi sama topi" ujar Rea dengan kalimat sedikit bergetar karena takut gerbang sekolah sudah dikunci penjaga juga takut kena razia atribut tidak lengkap. Daaaan akhirnya atribut yang bak harta karun itu ditemukan dibawah selimut yang masih menggulung di kasurnya.

Rea segera berlari membawa kaos kaki dan sepatu di rak untuk segera dipakainya.

"Mamaaaaa, Rea mau berangkat sekarang. Duitnya manaaa??"

Mama Rea pun segera datang dengan tangan masih basah karena masih sibuk bergelut dengan cucian yang menumpuk, memberikan uang 20 ribu rupiah sebagai uang jajan Rea. "Lhaa kirain kalo buru-buru bisa lupa bawa duit" seloroh mama Rea.

"Yodah ma, makasi duitnya. Rea berangkat dulu ya ma". Rea pun berpamitan kepada mamanya tak lupa mencium tangan seraya bergegas pergi ke sekolah dengan perasaan tak karuan karena kesiangan.

Rea berlari secepat kilat yang diikuti oleh kedua kucingnya Koyi dan Kiku. "Udaah pulang aja sanaa Koyi Kiku, di rumah ada ikan bandeng" perintah Rea kepada kedua kucingnya untuk kembali ke rumah ketika dia sampai di gerbang sekolah. Sedikiit lagi gerbang sekolah tertutup rapat dan dikunci oleh penjaga, telat sebentar lagi saja mungkin Rea harus menunggu upacara bendera hingga selesai di luar gerbang sekolah.

"Paak, paakk, tunggu sebentar saya mau masuk!" pinta Rea kepada penjaga sekolah. Penjaga sekolah hanya menyunggingkan senyum tak berarti, mungkin karena bosan melihat Rea yang sering telat juga sering kabur-kaburan bersama sahabat satu gengnya yang membuat mereka kecolongan.

"Eehhh tungguin dong jangan dulu ke lapang, bentar mau nyimpen tas dulu" Rea memanggil Alka yang sedang berjalan di koridor sekolah menuju ke lapangan upacara.

" Ayo cepet makanya ah, lu telat mulu kek berangkat sekolah dari Arab aja" ujar Alka dengan kesal karena kebiasaan Rea yang seringkali telat berangkat sekolah padahal jarak dari rumah ke sekolah cukup dekat.

"Iyaa.. iyaaa besok ga telat lagi" ucap Rea yang entah kapan akan ditepati.

Seluruh siswa dan siswi pun telah berkumpul di lapangan untuk segera melaksanakan upacara bendera. Setiap siswa siswi dari setiap kelas membentuk barisannya hingga rapi, begitupun dengan petugas upacara juga guru beserta staff.

Upacara bendera pun segera dilaksanakan...

"Hormaaaaaattttt graaaakkkk" ucap pemimpin upacara dengan lantang.

Serentak seluruh siswa dan siswi pun menghormati bendera merah putih yang sedang dikibarkan oleh paskibra yang diiringi lagu Indonesia Raya.

"Aduhhh, kok pusing". Rea memegang kepalanya.

"Kenapaaa kenapaa?" Sofi yang berdiri di belakang Rea pun panik, Rea seringkali pingsan ketika upacara ataupun olahraga.

"Ah gapapa sih ini, pening doang gara-gara silau kali" jawab Rea menenangkan sahabatnya itu.

"Beneran gapapa? kalo sakit kita ke uks aja" Sofi sedikit ragu terhadap jawaban Rea.

"Udah gapapa, tuh Pak Tono pelototin kita. Ntar beres upacara tau-tau dipanggil, dapet kultum kita nanti gara-gara ngobrol waktu upacara" bisik Rea kepada Sofi sembari mata melirik ke arah pak Tono, guru penjas yang terkenal tukang razia atribut tidak lengkap juga pencatat siswa siswi tak tertib ketika upacara bendera.

Upacara berlangsung khidmat hingga selesai. Pak Tono pun mulai beraksi, lirik sana sini mencari kesalahan para siswa dan siswi. Perlahan mulai mendekat ke arah Rea juga Sofi dengan tatapan sedikit mengerikan.

"Kalian tadi obrolin apa? Asyik banget ya?" celetuk pak Tono kepada Rea dan Sofi. Seluruh teman sekelas pun melihat ke mereka.

"Ini loh pak, tadi Rea kelihatan pusing. Saya tawarin aja dia ke UKS, kasihan kan kalo malah pingsan disini" jawab Sofi berusaha menjelaskan keadaan. "Iyaa bener itu pak, Sofi sama Rea ga ngobrol aneh-aneh kok waktu upacara. Kami juga khawatir melihat Rea tadi" bela salah satu teman sekelas mereka. Pak Tono pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun karena sudah mendapatkan penjelasan juga tak menemukan kesalahan yang patut diberikan hukuman.

Teng.. teng.. teng.. " Sekarang saatnya masuk kelas, jam pelajaran akan segera dimulai". Seluruh siswa siswi membubarkan diri untuk pergi ke kelasnya masing - masing.

"Alkaaa, Gitaaa, Sofiii, Fitriii, Nuruuull.. Tungguin dong, cepet amat macam buroq" teriak Rea memanggil sahabatnya satu persatu yang membuat siswa siswi lainnya memandang ke arah mereka. Sebelumnya Rea terjebak di antara kerumunan hingga membuatnya tertinggal oleh sahabat-sahabatnya.

"Dah kek guru ngabsen murid aje lu. Buruan sini, inget gak kita belum kerjain PR matematika peminatan?" ujar Alka.

Seketika Rea, Sofi, dan Gita lari berhamburan masuk kelas segera membuka buku matematika dan sibuk mencari PR mana yang dimaksud Alka.

Nurul dan Fitri hanya melongo kebingungan karena kelas mereka berbeda. Mereka pun melambaikan tangan berpamitan kepada sahabatnya yang baru ingat jika ada PR yang belum dikerjakan.

"Dadaaahhh, gue sama Nurul ke kelas dulu ya, ntar istirahat temu lagi di koperasi" ucap Fitri sambil berlalu pergi bersama Nurul.

Mereka berenam tepatnya bertujuh bersahabat ketika masuk SMA. Rea, Alka, Sofi, dan Gita berada di kelas yang sama yaitu MIPA 1. Sedangkan Fitri dan Nurul berada di kelas MIPA 3, dan satu lagi anggota geng mereka yaitu Ayu yang bersekolah di SMK bukan di SMA. Geng mereka seringkali disebut geng gong oleh orang-orang, entah apa maksudnya namun telinga mereka begitu tak asing dengan sebutan tersebut. Meskipun kelas bahkan sekolah mereka berbeda, hampir setiap hari mereka selalu menyempatkan berkumpul di rumah salah satu anggotanya secara bergantian setelah pulang sekolah.

Rea dan sahabatnya mulai ketar-ketir mencari contekan untuk mengisi PR matematika yang seharusnya menjadi pekerjaan rumah namun malah dikerjakan di sekolah.

"Ayo kita nyontek sama Ramadhan aja" ajak Sofi. "Yauda ayo, lu yang bilang ya. Gue malu soalnya kalo minta contekan sama Ramadhan" ujar Gita. Ramadhan adalah teman sekelas mereka, yang terkenal begitu pendiam, sulit di dekati, namun terkenal di kalangan guru karena kejeniusannya.

Sofi perlahan mendekati bangku tempat Ramadhan berada, "Ram, Ramadhan" ucap Sofi memanggil Ramadhan yang sedang mendengarkan musik menggunakan earphone.

"Haah? Ada apa Sof?" jawab Ramadhan sambil mencabut earphone yang sedang dia gunakan untuk mendengar ada maksud apa Sofi memanggilnya. "Ini loh, mau nyontek PR matematika. Kami lupa belom kerjain, 10 menit lagi bu Cantika dateng. Bantuin dong yaa, pleasee" Sofi memohon kepada Ramadhan agar diberi contekan PR matematikanya.

"Yodah bentar gue ambil dulu bukunya" ucap Ramadhan memenuhi permohonan dari Sofi. Sofi pun kegirangan membawa buku contekan dari Ramadhan dan memberikan kepada sahabatnya untuk menyontek bersama.

Drrrtttt.. drrtttt.. drrtttt.. HP Rea berbunyi menandakan ada notifikasi masuk, ternyata ada pesan dari pacarnya Rio. Rea dan Rio menjalani hubungan jarak jauh beda kota karena Rio memutuskan melanjutkan sekolah di kota sebelah setelah lulus SMP.

"Ayaaang, lagi apa?" Isi pesan dari Rio menanyakan kabar pacarnya yang sejak tadi belum mengabarinya.

"Lagi ngerjain PR matematika yang, ayang lagi apa?".

"Lahh kenapa ga dikerjain kemaren malem aja? Malah terus ngajak mabar" tanya Rio lagi.

"Yamaap kemaren lupa, yodah ku ngerjain dulu PR yaa.. muuuachh" pinta Rea.

"Yodah muaachh, cemunguudd eaaa". Rio pun memberi semangat dan menutup percakapan mereka.

avataravatar
Next chapter